Sukses

Waspada, 4 Penyakit Ini Mengembara Melintasi Benua dan Negara

Berikut 4 penyakit yang penyebarannya mengembara melintasi benua dan negara.

Liputan6.com, Jakarta - Tahukah Anda, selain melalui kontak fisik dengan penderita, beberapa penyakit juga bisa ditularkan ke orang sehat melalui udara?

Bahkan, sejumlah penyakit disebut ikut 'mengembara' melintasi benua atau negara. Sebagian besar penyakit ini bukan penyakit ringan dan bisa membahayakan tubuh kita.

Lalu, penyakit apa saja yang perlu diwaspadai? Yang penyebarannya diutlarkan lewat udara dan 'berkelana' dari negara satu ke negara lainnya? Berikut 4 di antaranya, seperti dikutip dari DW Indonesia, Rabu (15/5/2019).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

1. Flu Burung

Flu burung adalah suatu jenis penyakit influenza yang sebenarnya menyerang unggas, baik itu unggas liar maupun unggas peternakan (ayam, bebek, angsa, atau burung), dan ditularkan ke manusia.

Dua jenis virus flu burung, yaitu H5N1 dan H7N9, sampai saat ini menyebabkan wabah di Asia, Afrika, Timur Tengah, dan beberapa bagian Eropa.

Masa inkubasi virus dari masuk ke tubuh manusia sampai menimbulkan gejala adalah 3-5 hari. Seseorang yang terkena flu burung akan mengalami gejala seperti demam, sakit kepala, pegal-pegal, pilek, batuk, dan sesak.

Namun sebelum gejala tersebut muncul, ada juga penderita flu burung yang terlebih dahulu mengalami muntah, sakit perut, diare, gusi berdarah, mimisan, dan nyeri dada.

Pengobatan flu burung harus dilakukan secepat mungkin. Jika tidak, penyakit ini sangat berpotensi menimbulkan komplikasi yang dapat membahayakan nyawa penderitanya, seperti infeksi paru-paru, acute respiratory distress syndrome, gagal multi organ (misalnya gangguan jantung dan disfungsi ginjal).

Flu burung menular melalui kontak langsung dengan unggas yang sakit atau lingkungan yang terkontaminasi, mislanya menyentuh unggas yang telah terinfeksi (baik yang masih hidup maupun yang sudah mati), kontak dengan cairan tubuh unggas yang sakit (contohnya ludah), kontak dengan debu dari kotoran unggas sakit yang telah mengering atau menghirupnya, menyantap daging atau telurnya dengan tidak dimasak sampai benar-benar matang.

3 dari 5 halaman

2. Jamur Pelahap Salamander

Jamur pemakan kulit mengancam populasi salamander api (Salamandra salamandra) di Belanda pada 2013 silam. Fungi mematikan ini diduga mendorong kepunahan salamander di Negeri Kincir Angin.

Sebuah tim ilmuwan internasional berhasil mengisolasi jamur itu, setelah menganalisis seekor salamander yang mati. Jamur tersebut bernama Batrachochytrium salamandrivorans yang berarti "pemakan salamander".

Ancaman jamur pemakan kulit tidak bisa diabaikan begitu saja. Batrachochytrium dendrobatidis(Bd), kerabat dekat jamur pemakan kulit salamander, telah mengancam lebih dari 200 spesies reptil di seluruh dunia.

B. salamandrivorans, yang menyerang kulit salamander--bagian vital bagi amfibi-- diyakini menyebar lewat kontak langsung dengan hewan yang sudah terinfeksi atau lingkungan yang terkontaminasi.

Jamur patogen ini mampu bertahan hidup di air dalam periode singkat.

4 dari 5 halaman

3. Malaria Burung

Malaria merupakan penyakit yang biasa ditemukan di kawasan tropis atau subtropis. Namun pada tahun 2012, penyakit itu telah ditemukan pada burung-burung di Alaska, dan perubahan iklim global akan mendorong penyebarannya lebih jauh lagi ke utara.

Dengan menggunakan citra satelit dan data dari berbagai sumber, peneliti berhasil memprediksi bagaimana lingkungan bisa berubah akibat pemanasan global dan bagaimana parasit malaria mampu bertahan hidup di masa depan. Diperkirakan, pada tahun 2080 mendatang, penyakit itu akan menyebar ke utara, hingga ke Coldfoot dan seterusnya.

Data yang dikumpulkan ini juga mengindikasikan bagaimana dan jika malaria pada manusia juga menyebar ke arah utara.

Malaria burung adalah penyakit yang menyerang burung. Penyakit ini disebabkan oleh Plasmodium relictum, protista (golongan makhluk yang terdiri atas organisme yang mempunyai susunan biologi sederhana, meliputi protozoa, ganggang, jamur, dan bakteri) yang menyerang burung di daerah tropis.

Terdapat beberapa spesies Plasmodium lain yang menyerang burung, seperti Plasmodium anasum dan Plasmodium gallinaceum.

5 dari 5 halaman

4. Cacing Kulit Anjing

Cutaneus Larva Migran (CLM) adalah penyakit infeksi kulit parasit yang awalnya ditemukan pada daerah-daerah tropikal dan subtropikal beriklim hangat, seperti Eropa Selatan, Afrika dan Asia. Namun saat ini, karena kemudahan transportasi keseluruh penjuru dunia, penyakit ini pun turut menyebar.

Creeping itch atau rasa gatal yang menjalar, merupakan karakteristik utama dari CLM. Faktor resiko utama bagi penyakit ini adalah kontak dengan tanah lembab atau berpasir, yang telah terkontaminasi dengan feses anjing atau kucing.

Penyakit ini lebih sering dijumpai pada anak-anak dibandingkan pada orang dewasa. Pada orang dewasa, faktor resikonya adalah pada tukang kebun, petani, dan orang-orang dengan hobi atau aktivitas yang berhubungan dengan tanah lembab dan berpasir.

Penyebab utama adalah larva yang berasal dari cacing tambang yang hidup di dalam tubuh anjing dan kucing, yaitu Ancylostoma braziliense dan Ancylostoma caninum. Selain itu, dapat pula disebabkan oleh larva dari beberapa jenis lalat, seperti Castrophillus (the horse bot fly) dan cattle fly.

Larva cacing kulit anjing disebarkan oleh nyamuk. Dulu penyakit ini hanya ditemukan di Eropa Selatan, Afrika dan Asia. Manusia bisa menjadi inang.

Larva cacing sebenarnya tidak bisa berkembangbiak di bawah kulit manusia. Tapi jika berkembang, cacing ini bisa menyebabkan penyakit meningitis.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.