Sukses

Meski Gagal, Penyelidikan Robert Mueller Bikin Pemerintah AS Ketar-ketir

Meskipun gagal membuktikan kolusi Donald Trump, penyelidikan oleh Robert Mueller diakui banyak pihak membuat pemerintah AS khawatir.

Liputan6.com, Washington DC - Selama dua tahun terakhir, Robert Mueller berupaya menggali kebenaran di balik investigasi politik paling eksplosif dalam sejarah Amerika Serikat (AS), yakni tentang apakah Donald Trump dan kampanye pilpres yang dilakoninya berkonspirasi dengan pemerintah Rusia.

Selain itu, Mueller juga bertugas untuk mengungkap teka-teki apakah Presiden AS ke-45 itu terikat perjanjian khusus dengan Kremlin sejak kemenangannya dalam Pemilu 2016.

Dikutip dari The Straits Times pada Senin (24/3/2019), jawaban dari semua pertanyaan di atas adalah "tidak". Mueller tidak menemukan bukti kolusi antara Donald Trump dan para petinggi Rusia.

Sebelumnya, Mueller pernah ditunjuk sebagai Direktur FBI hanya beberapa hari sebelum serangan teror 11 September 2011, yang menjerumuskannya ke dalam misi sangat baru untuk melindungi Amerika Serikat dari plot teror masa depan.

Lalu, 16 tahun kemudian, Mueller kembali ditunjuk untuk melakukan penyelidikan terhadap seorang Presiden Amerika Serikat, yang--menurut dugaan--mungkin terlah berkompromi dengan Rusia dalam memenangkan Pemilu 2016.

Ini menjadi misi paling baru dan sangat berat lainnya yang diemban oleh Mueller.

Dalam prosesnya, Mueller bergerak tidak terlihat, berkomunikasi melalui dakwaan sporadis, yang menyebut dirinya memiliki bukti eksplosif dan politis tentang kemungkinan kesalahan di lingkaran dalam pemerintahan Donald Trump.

Lebih dari dua tahun, tim penyidik pimpinannya, yang terdiri dari agen kontra intelijen, spesialis forensik keuangan dan penuntut kejahatan terorganisir, bekerja dengan kecepatan luar biasa untuk investigasi luas guna mengungkap kasus yang merongrong pemerintahan Trump.

Mueller dan timnya mendakwa 34 orang, termasuk enam mantan pejabat pembantu Trump, lima di antaranya mengaku bersalah atau dihukum di persidangan.

Sebagian besar sisanya--lebih dari dua lusin warga Rusia yang didakwa berkonspirasi untuk ikut campur dalam pemilu AS 2016--kemungkinan besar tidak akan pernah diadili, menyusul putusan bahwa Donald Trump bebas dari tuduhan kolusi dengan Rusia.

 

Simak video pilihan berikut: 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Membuat Banyak Pihak Gugup

Sikapnya yang kerap misterius dalam menyelidiki dugaan kolusi antara pemerintahan Trump dan Rusia, membuat para politikus dari Partai Demokrat dan Republik "ketar-ketir".

Penyelidikan oleh Mueller juga membuat para pengacara mau tidak mau harus mempelajari konstitusi lebih dalam.

Dalam dua tahun terakhri, Mueller hanya beberapa kali terlihat di depan umum, di mana salah satunya pernah berselisih dengan putra Trump, Don Jr, di Bandara Internasional Dulles, Washington DC.

Mueller hanya berbicara melalui rincian pengajuan pengadilan dalam setiap kasus, yang menyertakan ribuan halaman tentang potongan-potongan teka-teki terhadap keabsahan pemerintahan Donald Trump.

Sikap Mueller, seperti yang pernah ditulis oleh The New Yorker, membuat Gedung Putih dan kubu Republik di kongres gugup.

Meski tidak berhasil membuktikan dugaan praktik kolusi pada pemerintahan Donald Trump, namun tugas investigasi yang diemban Mueller memungkinkan dirinya merinci seberapa dalam ancaman campur tangan Rusia terhadap AS, demikian ditulis oleh News.com.au pada Senin 25 Maret.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.