Sukses

Transfer Otak... Ini 5 Eksperimen Paling Menyeramkan dalam Sejarah

Sejumlah upaya eksperimen menyeramkan pernah tercatat dalam sejarah dunia. Seperti ini faktanya.

Liputan6.com, Jakarta - Dalam dunia medis, penelitian sangat diperlukan guna menemukan sebuah inovasi yang diharapkan dapat mempermudah manusia dalam mengobati pasien.

Namun, dalam catatan sejarah tak semua eksperimen atau penelitian dilakukan dengan kaidah yang sesuai. Ada banyak malpraktek dan eksperimen yang membahayakan.

Bahkan, ada yang sampai membuat ratusan nyawa melayang. Bukan hanya mengorbankan manusia, sejumlah eksperimen berbahaya ini juga melibatkan makhluk hidup lain seperti hewan.

Seperti dikutip dari laman Thethings.com, Kamis (6/12/2018), berikut 5 eksperimen berbahaya yang pernah tercatat dalam sejarah dunia:

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 6 halaman

1. Eksperimen Kepala Anjing

Apapun yang ada hubungannya dengan eksperimen hewan pasti akan terdengar menyeramkan. Sebuah film propaganda tahun 1940 melakukan hal ini dan menggemparkan dunia.

Eksperimen ini dilakukan oleh seorang ilmuan asal Soviet bernama Dr. Sergei S. Brukhonenko dan timnya yang memenggal kepala seekor anjing dan menjaga agar binatang itu tetap hidup dengan menggunakan autojektor, jantung dan paru-paru buatan.

Video itu dikatakan palsu. Banyak yang berspekulasi bahwa itu adalah dokumenter pementasan ulang eksperimen anjing yang dilakukan oleh pelopor Lembaga Penelitian Bedah Eksperimental.

Terlepas dari itu, Brukhonenko terlihat memenggal kepala anjing tersebut dan berupaya agar membuat si anjing tetap hidup selama beberapa jam.

 

3 dari 6 halaman

2. Eksperimen Tanpa Bahasa

Sebagai orang yang paling berkuasa di Eropa selama abad pertengahan, Kaisar Romawi Frederick II melakukan eksperimen yang dianggap masyarakat sebagai tindakan biadab.

Ia berupaya untuk menemukan bagaimana bahasa dari Tuhan. Untuk menemukan hal itu, ia sengaja mengasuh dua bayi yang sejak lahir tidak pernah diajak bicara atau komunikasi.

Dengan itu, ia berharap dapat mengetahui bagaimana bahasa Tuhan. Namun, kondisi bayi itu sengat mengenaskan. Bayi tersebut akhirnya meninggal akibat tidak pernah diajak berkomunikasi.

4 dari 6 halaman

3. Eksperimen Penyembuhan Orang Gila

Dr. Henry Cotton memberikan analisa bahwa gangguan jiwa disebabkan oleh infeksi.

Alhasil, satu-satunya penanganan adalah menghilangkan organ tubuh yang terinfeksi. Praktik Dr. Henry dimulai sejak awal abad ke-20.

Awalnya, dia mengambil gigi pasien satu per satu. Jika penderita gangguan jiwa belum sembuh, maka dia akan mengambil organ lainnya.

 

5 dari 6 halaman

4. Eksperimen Transfer Otak Manusia ke Makhluk Lain

Pada tahun 2005, para ilmuwan di Salk Institute for Biological Sciences di La Jolla, California sedang dalam misi untuk membuktikan bahwa otak manusia dapat berfungsi penuh dan dapat tumbuh di kepala spesies yang berbeda.

Secara khusus, mereka menyuntikkan sel punca pada hewan pengerat, seperti tikus. Meski begitu, belum dapat dipastikan apakah hal ini berhasil.

Peneliti berupaya membuktikan bahwa otak makhluk lain akan bisa jauh lebih pintar karena menggunakan suntikan sel punca.

 

6 dari 6 halaman

5. Eksperimen Perkembangan Penyakit Sifilis

Antara tahun 1932 dan 1972, Dinas Kesehatan Umum AS melakukan studi klinis dalam bentuk percobaan yang melibatkan petani Afrika-Amerika yang terinfeksi sifilis.

Sifilis adalah infeksi menular seksual yang disebabkan oleh bakteri spiroset Treponema pallidum sub-spesies pallidum.

Sekitar 399 orang direkrut ke dalam program pengobatan gratis tetapi sebenarnya tidak diobati sama sekali karena para peneliti ingin mengetahui perkembangan penyakit jika tidak diobati.

Pada tahun 1973, subyek mengajukan gugatan class action terhadap pemerintah AS atas eksperimen yang dipertanyakan.

Sampai hari ini, litigasi terus berlanjut. Ini adalah kasus eksperimen yang dilakukan secara kasar karena seorang dokter tidak mengobati pasien yang sakit.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.