Sukses

Jack Ma Masuk Dunia Politik, Jadi Calon Pemimpin China Masa Depan?

Pendiri raksasa e-commerce Alibaba mengumumkan bergabung sebagai anggota partai berkuasa di China. Spekulasi menyebut, ia bisa jadi pemimpin masa depan.

Liputan6.com, Beijing - Pendiri Alibaba Group, Jack Ma, secara resmi diterima sebagai anggota partai berkuasa di China. Kabar tersebut dimuat di beberapa surat kabar terkemuka Tiongkok pada hari Selasa.

Pemerintah China menilai Jack Ma sebagai seorang pemimpin bisnis yang memiliki kontribusi besar terhadap pembangunan nasional. Bahkan, dia masuk ke dalam daftar 100 orang yang dihormati secara resmi oleh Komite Pusat, di mana akan resmi diumumkan ke publik dalam perayaan 40 tahun reformasi ekonomi, awal bulan depan.

Dikutip dari The Straits Times pada Selasa (27/11/2018), Jack Ma masuk ke dalam daftar prestisius itu bersama beberapa tokoh populer setempat, seperti CEO Tencent Holdings Pony Ma, CEO Baidu Inc Robin Li, dan pebasket profesional Yao Ming.

Jack Ma adalah orang terkaya di China, dengan kekayaan bersih mencapai US$ 38,4 miliar (setara Rp 556 triliun), menurut data Bloomberg Billionaires Index.

Pria kelahiran Hangzhou itu mengatakan pada September lalu, bahwa dia berencana menyerahkan peran pemimpin eksekutif Alibaba kepada CEO Daniel Zhang, tahun depan.

Alibaba, yang mendominasi sektor e-commerce di China dan telah berkembang menjadi berbagai bisnis tambahan, turun ke lantai saham (go public) pada 2014 dalam penawaran umum perdana terbesar yang pernah ada di New York.

Pada saat itu, Ma mengatakan bahwa investor akan menjadi prioritas ketiga perusahaan, setelah pelanggan dan karyawan.

Meskipun ada penurunan dalam harga sahamnya tahun ini, Alibaba diketahui masih memiliki aset lebih dari US$ 400 miliar (setara Rp 579 triliun), sehingga menjadikannya sebagai salah satu dari 10 perusahaan paling berharga di dunia.

Pendukung Xi Jinping

Di lain pihak, Jack Ma menyatakan dukungannya pada kebijakan Xi Jinping dalam beberapa tahun terakhir. Pada 2016, ia mengusulkan agar biro keamanan nasional menggunakan data besar (big data) untuk mencegah kejahatan, mendukung upaya China untuk membangun pengawasan online yang tak tertandingi terhadap miliaran penduduknya.

Setelah Presiden Xi tahun lalu menyebut bahwa mengatasi ketidaksetaraan menjadi sama pentingnya dengan meningkatkan pertumbuhan ekonomi, Jack Ma adalah salah satu yang pertama merespons.

Dia mengatakan kepada salah satu outlet media setempat, bahwa pengusaha yang telah memperoleh kemakmuran besar memiliki tanggung jawab untuk membantu meningkatkan perekonomian orang lain.

Pernyataan itu dengan cepat memicu spekulasi publik bahwa sang miliarder sedang mengambil langkah untuk menjadi presiden China di masa depan.

"Saya cinta negara saya, biarkan saya dan Anda bekerja sesuai dengan keahlian masing-masing demi kemajuan bangsa," ujar Ma menanggapi spekulasi itu.

 

Simak video pilihan berikut:

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Astronot hingga Seniman

Garis antara bisnis dan politik telah menjadi semakin kabur di China ketika Presiden Xi Jinping memimpin kampanye untuk memastikan partainya memainkan peran utama di semua aspek masyarakat.

Hal itu, menurut beberapa pengamat, dapat memicu konflik jika kepentingan swasta tidak sejalan dengan kebijakan Beijing.

"Kami melihat hubungan yang semakin erat antara perusahaan-perusahaan internet terkemuka dan pemerintah China, karena pemerintah melihat mereka sebagai salah satu cara paling efektif untuk merealisasikan inisiatif kebijakannya," kata Mark Natkin, Direktur Pelaksana Marbridge Consulting yang berbasis di Beijing.

"Menjadi anggota partai pada dasarnya memberi pengaruh pada legitimasi partai dan tidak selalu menunjukkan aktivitas politik tingkat tinggi," tambahnya.

Di bawah kepemimpinan Deng Xiaoping, China mulai meluncurkan reformasi ekonomi pada 1978, yang menjauh dari doktrin tradisional serta mengizinkan kehadiran perusahaan swasta.

Kebijakan itu kemudian memicu pertumbuhan kuat yang mengubah negara itu menjadi ekonomi terbesar kedua di dunia, di belakang Amerika Serikat (AS).

Daftar 100 orang yang akan diakui pada perayaan 40 tahun reformasi ekonomi itu akan ditinjau ulang pada 30 November, sebelum kemudian disiapkan pengumumannya dalam agenda besar nasional yang berpusat di Beijing, lapor surat kabar People's Daily.

Di luar pemimpin bisnis dan bintang olahraga, daftar ini mencakup ilmuwan, astronot, dan seniman.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.