Sukses

Pemerintah Australia Selidiki Apakah Warganya Cukup Tidur, Buat Apa?

Pemerintah Australia akan melakukan penyelidikan terhadap jam tidur orang-orang yang tinggal di negaranya.

Liputan6.com, Canberra - Pemerintah Federal Australia memprakarsai penyelidikan yang akan dilakukan oleh parlemen mengenai kecukupan tidur warganya, serta biaya ekonomi dan sosial akibat penduduk kurang tidur.

"Masalah tidur adalah masalah yang berkembang dan semakin besar di Australia, dan faktanya, penelitian yang kami lihat menunjukkan bahwa setidaknya 4 dari 10 warga Australia tidak mendapatkan tidur yang cukup secara teratur," kata anggota parlemen dari Partai Liberal Trent Zimmerman.

Dia adalah ketua Komite Tetap Parlemen Nasional bidang Kesehatan, Perawatan Warga dan Olahraga, yang akan melakukan penyelidikan ini dan diharapkan akan bisa melaporkan kembali temuannya ke Parlemen dalam beberapa bulan ke depan.

Penyelidikan ini telah menerima lebih dari 100 masukan dan akan menggelar acara dengar pendapat di seluruh Australia, demikian dikutip dari laman ABC Indonesia, Sabtu (10/11/2018).

"Kita tahu bahwa tidur sangat penting bagi fungsi tubuh kita, baik itu kesehatan mental, tingkat kewaspadaan, memori atau kemampuan kinerja kita, jadi ini adalah masalah yang terus berkembang yang perlu kita soroti," ucap Zimmerman. .

Dia mengatakan, hikmat yang diterima adalah bahwa setiap orang membutuhkan tujuh atau delapan jam tidur per malam, dan orang-orang muda dapat membutuhkan lebih dari itu saat otak mereka berkembang.

"Jadi, apakah kita benar-benar mendapatkan jumlah tidur yang cukup, baik karena gangguan tidur, tetapi juga karena keputusan gaya hidup yang kita buat," jelasnya.

Masalah Serius Bagi Pekerja

Trent Zimmerman mengatakan, seperti kebanyakan politisi, dia terbiasa dengan pola tidur yang buruk.

"Tetapi ini adalah masalah serius bagi banyak orang di dunia kerja, khususnya pekerja shift, yang jelas telah mengganggu pola tidur mereka," katanya.

"Dan kami ingin melihat, secara efektif, dukungan dan saran dan pendidikan apa yang ada bagi mereka yang berada dalam angkatan kerja yang terganggu pola tidur mereka akibat pekerjaan yang mereka harapkan untuk dilakukan."

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kerja shift dapat berdampak negatif pada kesehatan dan bahkan memperpendek harapan hidup.

Trent Zimmerman mengatakan penyelidikan akan melihat pekerjaan yang dianggap paling rentan.

"Sekitar 16 persen orang Australia adalah pekerja shift dan banyak dari mereka menjalani profesi, misalnya, pekerjaan mengemudikan kendaraan, di mana mereka membuat keputusan yang dapat memiliki dampak hidup atau mati," katanya.

"Jadi sangat penting bahwa orang-orang dalam profesi itu sadar akan apa yang harus mereka lakukan untuk mendapatkan tidur yang cukup sehingga mereka berkinerja baik."

Pemerintah telah memfokuskan sebelumnya pada diet dan kebugaran sebagai prekursor untuk masalah kesehatan, kata Zimmerman.

"Unsur ketiga, yang saya pikir benar-benar telah hilang, adalah apakah kita mendapatkan tidur yang cukup, karena kita tahu, terutama di kalangan remaja dan anak-anak, bahwa ... tidur sangat penting untuk fungsi memori, kinerja, dan kesejahteraan mental."

Dia mengatakan ada bukti kuat kurangnya tidur menyebabkan gejala depresi, dan itu merupakan masalah serius.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Penyelidikan Secara Khusus

Penyelidikan juga akan melihat secara khusus pada dampak teknologi baru pada pola tidur.

Trent Zimmerman menyalahkan perilaku FOMO (fear of missing out) istilah yang sekarang dikaitkan dengan media sosial bahwa banyak orang takut akan ketinggalan informasi sehingga mereka tidak bisa melepaskan HP dan tablet mereka, bahkan ketika hendak tidur sekalipun.

"Apa yang kita ketahui itu adalah perilaku yang dapat memiliki dampak yang sangat merusak pada pola tidur orang-orang," katanya.

"Bahkan dengan menggunakan tablet atau TV di kamar tidur Anda, jika digunakan terlalu lama maka pancaran cahaya dari gawai itu akan benar-benar dapat menipu tubuh untuk berpikir bahwa itu bukan waktu malam," katanya.

Dia berharap hasil penyelidikan ini akan membantu menasihati orang tua untuk memastikan anak-anak muda tidak akan tidur dengan perangkat di dekat tempat tidur mereka.

"Jelas ada kasus yang kuat untuk pendidikan yang lebih baik dan pemahaman yang lebih baik tentang apa dampak dari perangkat baru seperti yang dapat mereka miliki," katanya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.