Sukses

Studi: Kurang Tidur Memicu Risiko Kegemukan

Menurut sebuah studi terbaru, kurang tidur dapat memicu risiko kegemukan berlebih atau obesitas. Ini penjelasannya.

Liputan6.com, Jakarta - Sebuah studi kesehatan terbaru yang ditulis dalam jurnal SLEEP, menyebutkan bahwa kurang tidur ternyata dapat menyebabkan kegemukan.

Disebutkan, semakin tinggi intensitas kurang tidur, dapat mendorong otak mengeluarkan perasaan lapar yang tidak berkesudahan.

Hal menarik dalam studi tersebut adalah ketika peneliti menemukan fakta bahwa kondisi reseptor pada otak ketika kurang tidur, hampir serupa seperti saat dipengaruhi oleh zat adiktif pascakonsumsi ganja. Demikian dilansir dari Daily Mail, Jumat (30/3/2018).

Dengan kata lain, peneliti terkait menyebut, otak yang kurang tidur berisiko pada kondisi sakau, di mana sulit didapatkan rasa puas saat keinginan yang dimaksud terpenuhi.

Lebih jauh, penelitian ini melakukan pengujian pada kadar endocanabinoid yang dihasilkan oleh otak. 

Endacanabinoid adalah zat alami tubuh, yang berfungsi untuk menghantarkan rasa mendamba yang teramat sangat, atau craving dalam bahasa Inggris.

Pada kondisi kurang tidur dan sakau ganja, kadar endacanabinoid yang dihasilkan tubuh hampir sepadan.

Apabila kondisi terkait terjadi pada petang ke malam hari, dorongan rasa lapar pun akan kian memuncak.

Alasan utamanya adalah karena kondisi malam hari adalah kondisi alami bagi tubuh untuk beristirahat, di mana zat melatonin yang berguna bagi regenerasi sel-sel tubuh diproduksi, yakni saat tidur lelap.

Jika mengelak untuk segera beristirahat, Anda menghambat pelepasan melatonin di dalam tubuh. Karena itu, Anda pun seakan memerlukan tenaga tambahan untuk tetap terjaga.

 

Simak juga video tentang seorang pria yang tidur bebrbantalkan seekor cheetah berikut: 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Polusi Cahaya Layar Gadget Picu Kurang Tidur

Sementara itu, salah satu faktor yang memicu meningkatnya kasus kurang tidur pada masyarakat modern adalah sulitnya berpisah sementara dari gadget.

Polusi cahaya dari ponsel dan tablet sama berbahayanya bagi kesehatan seperti mengonsumsi junk food atau makanan siap saji. Hal itu dikemukakan oleh dokter terkemuka di Inggris.

Seperti dikutip dari The Sun, para ahli khawatir cahaya biru dari perangkat elektronik memicu epidemi kekurangan tidur. 

"Setiap orang harus mematikan ponsel mereka sebelum tidur. Anak-anak juga," ujar chief medical officer, Dame Sally Davies.

Lebih dari tiga perempat orang Inggris dilaporkan terpapar sinar biru sebelum tidur.

Menurut penelitian, sinar biru dari ponsel itu bisa mencegah produksi hormon melatonin -- faktor penting untuk tidur.

National Health Service (NHS) memperingatkan bahwa kekurangan tidur bisa meningkatkan risiko kondisi medis yang serius, termasuk obesitas, penyakit jantung dan diabetes, serta kegelisahan dan depresi.

Prof Davies memperingatkan bahwa cahaya biru dari ponsel dan kebisingan ditambahkan ke dalam kategori polutan sehari-hari.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.