Sukses

Raja Salman Akan Mendanai Pembangunan Stadion Sepak Bola Baru di Irak

Raja Salman dari Arab Saudi telah menawarkan bantuan pendanaan kepada Irak untuk membangun stadion sepak bola baru di Negeri 1001 Malam.

Liputan6.com, Riyadh - Raja Salman dari Arab Saudi telah menawarkan bantuan pendanaan kepada Irak untuk membangun stadion sepak bola baru di Negeri 1001 Malam.

Tawaran itu datang setelah Raja Salman melakukan dialog via telepon dengan Perdana Menteri Irak Haider Al Abadi, pada Senin 5 Maret 2018 petang waktu setempat. Demikian menurut kabar dari Kantor Perdana Menteri Irak seperti dikutip dari Gulf News (7/3/2018).

Kendati demikian Kantor Perdana Menteri Irak tak memberikan pemaparan lebih detail terkait rencana pembangunan stadion tersebut.

Rencana tersebut muncul beberapa hari usai laga persahabatan antara tim sepak bola nasional Irak vs Arab Saudi yang digelar di Basra pada 28 Februari lalu -- menjadi gelaran pertama bagi kedua negara sejak 40 tahun terakhir.

Raja Salman mendeskripsikan pertandingan itu -- yang dihadiri 60.000 penonton dan berakhir dengan skor 4-1 untuk kemenangan Irak -- sebagai sebuah perhelatan yang 'sukses'. Demikian disampaikan Kantor Perdana Menteri Irak.

Saksikan juga video berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Menjelang Pencabutan Sanksi FIFA

Selain itu, tawaran bantuan tersebut juga dilakukan selang beberapa hari menjelang pengambilan keputusan yang akan dilakukan FIFA terkait nasib sanksi larangan bagi Irak untuk menjadi tuan rumah kompetisi internasional -- sebuah sanksi yang hampir berusia tiga dekade.

FIFA akan melakukan pengambilan keputusan terkait hal tersebut pada 16 Maret 2018.

Di sisi lain, Kepala Asian Football Confederation (AFC) Salman bin Ebrahim Al Khalifa -- yang turut menghadiri laga persahabatan Irak vs Saudi di Basra -- mengatakan, "Sudah saatnya sanksi tersebut dicabut."

Irak menerima sanksi tersebut sejak tahun 1990, menyusul invasi Negeri 1001 Malam ke Kuwait yang menandai gejolak Perang Teluk I.

Sanksi tersebut tetap bertahan pada medio 2000 - 2010-an, meski rezim Saddam Hussein telah berhasil digulingkan oleh invasi Amerika Serikat dan Negara Barat ke Irak pada Perang Teluk II.

Pada 2012, sanksi tersebut sempat dicabut. Namun, kembali diberlakukan setelah pemerintah Negeri 1001 Malam tak berhasil menggelar laga persahabatan Irak vs Yordania dengan mulus -- karena stadion laga di Arbil mengalami mati lampu di tengah pertandingan.

3 dari 3 halaman

Memperbaiki Hubungan Bilateral?

Dalam sambungan telepon itu, Raja Salman dan PM Haider Al Abadi juga membahas berbagai isu bilateral, seperti cara untuk meningkatkan dan memperkuat kerja sama antara negara mereka.

Keduanya juga membahas isu seputar Dewan Koordinasi Bersama Irak-Saudi (sebuah badan yang dibentuk pada Oktober 2017 untuk memperbaiki hubungan strategis dan membantu membangun kembali daerah-daerah yang hancur usai pertempuran mengusir kombatan teroris ISIS dan yang sejenisnya di kota-kota Irak).

Telepon tersebut merupakan indikasi terbaru untuk memperbaiki hubungan kedua negara, yang telah berselisih selama beberapa dekade, dimulai dengan invasi Irak ke Kuwait pada tahun 1990.

Dari segi geo-politik, tujuan Arab Saudi untuk mendekati Baghdad merupakan opsi dari usaha untuk membendung pengaruh Iran yang semakin meningkat di kawasan Timur Tengah.

Di sisi lain, kedekatan dengan Riyadh dapat dimanfaatkan oleh Irak untuk menjaring keuntungan politik dan ekonomi.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.