Sukses

Office 39, Rahasia Mesin Uang Kim Jong-un Terkuak

Seorang pembelot Korea Utara membocorkan rahasia Office 39 sebagai sumber penghasilan uang Kim Jong-un selama ini.

Liputan6.com, Seoul - Di sebuah kantor intelijen Korea Selatan, seorang pria duduk dengan gelisah. Ia bukan sekedar pria biasa, melainkan pembelot Korea Utara.

Pria itu takut akan dibunuh agen mata-mata atas rahasia yang selama ini ia pegang.

Pun, ia bukanlah pembelot biasa, selama lima tahun, ia bekerja di Office 39, departemen pemerintah misterius. Departemen ini beroperasi sebagai penyedia dana gelap bagi keluarga Kim Jong-un agar tetap bisa hidup bergelimangan harta.

Kini, ia membocorkan 'keberadaan' Office 39 sesungguhnya.

"Office 39 adalah organisasi untuk mendapatkan mata uang asing bagi sang pemimpin," kata pria itu kepada ABC.net.au yang dikutip Liputan6.com pada Minggu (7/1/2017).

"Di Korea Utara, kami menyebutnya, 'dana revolusioner'. Kami mengekspor apa pun yang bisa kami lakukan, emas, perhiasan, pertanian, apapun kami jual untuk dia (Kim Jong-un)," lanjutnya.

Dinas rahasia di seluruh dunia memang sudah mengetahui keberadaan Office 39. Kantor itu mengendalikan sejumlah perusahaan --ilegal dan legal-- di seluruh dunia.

Diperkirakan, Office 39 mampu meraup untung dari US$ 500 juta hingga US$ 2 miliar setahun bagi Korea Utara.

Uang Tunai Bagi 'Kerajaan'

Office 39 didirikan pada 1970-an oleh pendiri Korea Utara, Kim Il-sung sebagai 'uang tunai bagi kerajaannya'.

Namanya diambil dari kantor gedung Partai Pekerja di ibu kota Pyongyang, tidak jauh dari kediaman resmi pemimpin tersebut.

Pembelot diwawancarai ABC klaim hanya bekerja di 'sisi sah' Office 39 sebagai agen di Grup Daesong, perusahaan induk yang menguasai sebagian besar perdagangan Korea Utara.

Dia ditugaskan ke perusahaan perdagangan Kumgang untuk menjual ginseng, batu permata dan emas, dan dioperasikan di berbagai lokasi di seluruh Asia.

Dia tidak akan mengungkapkan rincian lengkap tentang bagaimana operasi tersebut bekerja. Namun sebagian dari pekerjaannya adalah membantu mengelola dan menjual emas dari sungai dan tambang Korea Utara.

Emas itu diselundupkan ke China sehingga bisa dijual di pasar internasional sebagai emas China.

Si pembelot mengatakan, sanksi PBB bagi Korea Utara adalah hal biasa. Sementara, menurut sang pembelot, China memerankan peran penting, namun diam saja terhadap sanksi PBB

"Anda hanya mengganti nama perusahaan dan memiliki cabang di negara lain," katanya.

"Mudah sekali mengoperasikan perusahaan di China, perbatasannya seluas seribu kilometer dan terbuka lebar, jadi mudah untuk menyelundupkan apa saja," ujar pria pembelot Korea Utara itu. 

 

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Obat-obatan, Senjata, dan Uang Palsu?

Menurut agen AS dan PBB, Office 39 adalah pusat barang-barang haram seperti obat-obatan, senjata dan uang palsu.

Lembaran mata uang US$100, yang disebut 'supernotes' dipalsukan di Korea Utara. Dikabarkan paling mirip dibanding dengan negara lain.

Pemalsuan lembaran US$100 itu adalah pemasukan terbesar Office 39, hingga AS mulai bertindak.

Office 39 juga dipercaya telah melatih ahli kimia untuk memproduksi amfetamin dan opioid yang dijual ke Jepang dan sebagian negara Asia.

Australia sendiri pernah menghentikan pengiriman dari Korea Utara berisi 50 gram heroin pada 2003.

Tak hanya itu, dalam beberapa tahun terakhir, Korea Utara mengirim senjata ke seluruh dunia.

Pada tahun 2013, sebuah kapal dengan amunisi dan bagian rudal ditahan di Panama, sementara pemiliknya Chongchongang Shipping dipercaya sebagai perusahaan terdepan untuk Office 39.

Mulai Kesulitan

Pembelot mengatakan bahwa dia tidak mengetahui aktivitas ini, tetapi mengakui bahwa "semakin sulit bagi Korea Utara untuk melakukan operasi ilegal karena dunia menjadi lebih sadar".

Office 39 menjadi semakin putus asa.

Semakin ke sini, departemen itu memperoleh pendapatan dari bisnis di Korea Utara - produksi kelautan, pertambangan dan tekstil - untuk mendanai program nuklirnya dan gaya hidup Kim Jong-un dan elitnya yang mewah.

"Office 39 mengambil semua yang menghasilkan uang di Korea Utara, jika menghasilkan uang, mereka memonopolinya," kata pembelot itu.

"Saya memperkirakan 30 sampai 40 persen dari total ekonomi akan dipersembahkan kepada pucuk kepemimpinan sementara orang-orang hidup dalam kemiskinan," lanjutnya.

3 dari 3 halaman

Fokus Baru Office 39: Siber

Office 39 juga berkembang dan mengubah fokusnya. Untuk menjaga agar uang yang mengalir di dalamnya, mereka telah beralih ke kejahatan siber.

Pada tahun 2016, hacker Korea Utara hampir mencuri US$ 1,2 juta dari New York Federal Reserve. Namun, hanya karena kesalahan ejaan, aksi peretasan itu gagal.

Mereka mencoba menjarah rekening Bank Sentral Bangladesh ketika pihak berwenang merasa curiga dengan permintaan penarikan yang tak biasa.

Namun, para hacker masih berhasil lolos dengan US$ 103 juta, sebelum dihentikan.

Juga di bulan Mei di tahun yang sama, operasi siber terbesar di Korea Utara adalah serangan ransomware yang menyebabkan ratusan ribu komputer 'tewas' di puluhan negara dan secara singkat melumpuhkan Dinas Kesehatan Nasional Inggris.

Hanya keberuntungan belaka yang memungkinkan seorang hacker Inggris berusia 22 tahun untuk menjinakkannya.

Korea Utara telah berhasil melakukan hacking ke bank-bank Korea Selatan dan bahkan mencuri rencana perang dari jaringan komputer militer Korea Selatan.

Dunia Siber: Medan Perang Sempurna

Go Myong-Hyun, dari Asian Institute for Policy Studies yang berbasis di Seoul, mengatakan bahwa Office 39 memiliki ribuan hacker dan menuangkan banyak sumber dayanya ke dalam dunia maya.

"Mereka menemukan tanah baru dan subur di dunia maya. Mereka dapat beroperasi di lapangan bermain yang sama dan bersaing secara efektif dengan kekuatan apa pun," katanya. 

"Lebih sulit untuk dideteksi dan bahkan lebih sulit lagi untuk polisi, jadi ini adalah medan perang yang sempurna bagi mereka."

Pembelot mengatakan kepada ABC bahwa dia melarikan diri setelah melihat terlalu banyak koleganya dicurigai dan dipenjara.

Dia akhirnya menetap di Korea Selatan untuk memberi anak-anaknya kehidupan yang lebih baik.

Bagi dia, membelot relatif mudah - dia dan keluarganya memiliki paspor dan mereka berbasis di salah satu ibu kota Asia.

Akan tetapi, sebagian besar lainnya tetap terjebak di Korea Utara tanpa kebebasan bergerak, sementara pemimpin mereka mendapatkan keuntungan dari sungai uang tunai yang disalurkan melalui Office 39.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini