Sukses

Kamboja Tangkap Pemimpin Oposisi

Aparat keamanan Kamboja menangkap pemimpin oposisi Kem Sokha dengan alasan pengkhianatan terhadap negara.

Liputan6.com, Phnom Phen - Aparat keamanan Kamboja menangkap pemimpin oposisi Kem Sokha. Pria tersebut diciduk karena tuduhan pengkhianatan terhadap negara.

Pemerintah Kamboja dalam keterangan resminya menyatakan, mereka mempunyai rekaman video dan bukti lain mengenai rencana konspirasi rahasia antara Kem Sokha dan beberapa warga asing yang bertujuan membahayakan Kerajaan Kamboja.

"Aksi paling tinggi dari konspirasi rahasia ini adalah pengkhianatan," sebut keterangan Pemerintah Kamboja seperti dikutip dari Independent, Minggu (3/9/2017).

Kem Sokha (64) merupakan pemimpin partai penentang pemerintah Partai Penyelamat Nasional Kamboja (CNRP). Dia memimpin organisasi politik itu sejak pendahulunya, Sam Rainsy mundur pada Febuari 2017 lalu.

Saat peristiwa penangkapan, beberapa media di Negeri Angkor Wat menampilkan gambar Sokha tengah digiring kepolisian sembari kedua tangannya diborgol ke belakang.

Anak perempuan Sokha, Monovitha Kem di Twitter-nya menuliskan, ayahnya ditangkap dalam sebuah penyergapan yang dilakukan 200 polisi. Dan kala itu, aparat keamanan sama sekali tidak membawa surat penangkapan resmi.

"Tempat di mana Kem Sokha berada masih tidak diketahui," ucap Monovitha.

Hingga kini, Sokha sama sekali belum mengeluarkan keterangan. Dan belum ada satu pun pihak yang ditunjuk sebagai penasihat hukumnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Kamboja Jelang Pemilu 2018

Penangkapan Sokha membuat kritik terhadap Perdana Menteri Hun Sen jelang pemilu Kamboja yang digelar pada 29 Juli 2018 semakin deras mengalir.

Hun Sen dituding mencoba meredam semua media independen serta ancaman potensial yang dapat mengganggu kemenangannya pada pemilu mendatang.

Beberapa media telah menjadi "korban" Hun Sen. Sejumlah radio yang terang-terangan mengkritiknya dicabut izin siarannya.

Sementara itu, surat kabar independen Cambodia Daily diancam akan ditutup dikarenakan belum membayar pajak sebesar US$ 6 juta.

Sokha sendiri digadang-gadang sebagai calon kuat penjegal Hun Sen yang saat ini merupakan pemimpin terlama di Asia Tenggara.

Sejumlah situs pro-pemerintah menyebut, penangkapan Sokha terjadi karena pria tersebut tengah mencari dukungan Amerika Serikat. Hal tersebut diklaim terungkap dalam sebuah video yang bocor di dunia maya. Sokongan ditujukan untuk menumbangkan Hun Sen.

Sampai sekarang, Departemen Luar Negeri AS atau Gedung Putih belum mengeluarkan komentar resmi.

Beberapa bulan belakangan, pemerintah terus mengeluarkan retorika anti-AS. Pada Agustus lalu, bahkan mereka menuduh Kementerian Luar Negeri AS mendanai institut Nasional Demokrasi yang merupakan badan kajian pro-demokrasi di Kamboja.

 

Simak video berikut

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

  • Kamboja ialah salah satu negara berbentuk Monarki Konstitusional yang berada di Asia Tenggara
    Kamboja ialah salah satu negara berbentuk Monarki Konstitusional yang berada di Asia Tenggara

    Kamboja