Sukses

Kapal Induk Jadi Target Rudal, AS Lancarkan Serangan Balasan

AS menuding pemberontak Yaman menembak kapal perang miliki mereka. Serangan balas dendam terhadap milisi Houthi dilancarkan.

Liputan6.com, Washington DC - Amerika Serikat melaksanakan serangan balas dendam terhadap milisi pemberontak Houthi. Sejumlah radar milik kelompok tersebut di pantai Yaman dihajar serangan misil dari kapal perang AS.

Serangan tersebut diketahui telah mendapat persetujuan dari Presiden Barack Obama. Tindakan ini pun adalah serangan langsung AS pertama yang diarahkan ke pemberontak Houthi.

Menurut Pentagon serangan kali ini sifatnya terbatas. Radar yang menjadi target pun adalah alat yang turut andil dalam menyerang kapal perang AS USS Mason beberapa hari lalu.

"Serangan pertahanan diri terbatas dari kami dilancarkan untuk melindungi personel, kapal dan kebebasan berlayar kami," sebut Juru Bicara Pentagon, Peter Cook seperti dikutip dari Reuters, Kamis (13/6/2016).

Menambahkan pernyataan dari Cook, seorang pejabat AL AS yang namanya dirahasiakan menyatakan, serangan balasan ke pemberontak Houthi dilakukan melalui kapal perang perusak USS Nitze. Rudal Tomahawk ditembakan ke radar tersebut pada pukul 04.00 waktu setempat.

"Radar tersebut aktif dalam serangan sebelumnya dan mencoba menyerang kapal kami," sebutnya.

Ia pun menambahkan, lokasi serangan tepatnya berada di dekat Ras Isa, utara Kota Mukha.

Meski AS yakin, serangan terhadap kapal perangnya dilakukan oleh milisi Houthi, hal itu disangkal kelompok tersebut. Mereka menyatakan tak tahu menahu soal serangan terhadap USS Mason.

Pada Minggu 9 Oktober 2016, kapal perang Amerika Serikat (AS), USS Mason menjadi target serangan dua rudal yang ditembakkan dari kawasan Yaman yang dikuasai pemberontak Houthi--kelompok yang didukung Iran. Namun menurut juru bicara militer AS, tak satupun rudal berhasil menghantam kapal.

Serangan rudal terhadap USS Mason terjadi sepekan setelah kelompok yang sama menyerang kapal milik Uni Emirat Arab (UEA). Peristiwa ini memicu kekhawatiran akan risiko 'gangguan' yang akan dialami militer AS akibat konflik Yaman.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini