Sukses

Fenomena Bekam, dari Era Nabi Muhammad hingga Olimpiade 2016

Metode pengobatan bekam menjadi fenomena yang banyak diperbincangkan dalam Olimpiade Rio 2016.

Liputan6.com, Jakarta - Olimpiade 2016 menguak tren dan sisi lain kehidupan para atlet. Salah satu yang menjadi perbincangan hangat adalah populernya metode pengobatan bekam di ajang olahraga internasional yang berlangsung di Rio de Janeiro, Brasil itu.

Ini berawal pada 7 Agustus lalu, ketika bekas keunguan berbentuk bulat tampak menghiasi lekukan-lekukan otot bahu perenang unggulan Amerika Serikat (AS), Michael Phelps. Ternyata pria berusia 31 tahun itu menjalani terapi bekam.

Phelps bukan satu-satunya atlet di Olimpiade Rio 2016 yang memiliki bekas kop -- alat bekam. Alex Naddour, atlet senam artistik AS ternyata juga melakukan terapi serupa.

"Ada rahasia yang saya lakukan selama beberapa tahun belakangan sehingga kesehatan saya tetap terjaga," jelas Naddour seperti dikutip dari USA Today.

Menurut pria berusia 25 tahun itu, terapi bekam selama ini sangat membantunya dan harganya pun terbilang murah. Naddour menjelaskan hanya dengan merogoh kocek sekitar US$ 15 atau sekitar Rp 200 ribu untuk membeli satu set alat bekam lalu menggunakannya, itu sudah bisa menghilangkan rasa sakit dan ketegangan usai melangsungkan perlombaan.

"Ini pengeluaran terbaikku dibandingkan untuk hal-hal lain," imbuhnya.

Ada pula rekan satu tim Naddour, Chris Brooks, yang juga mengaku sangat bergantung pada metode pengobatan bekam. Brook menegaskan, bekam membuatnya tak lagi membutuhkan trainer atau ahli terapis.

"Ketika Anda merasa, "Oke, saya sakit di bagian ini" maka yang perlu dilakukan adalah menempel beberapa kop dan minta bantuan rekan satu tim atau Anda bahkan bisa mengerjakannya sendiri," kata dia.

Selain itu, rekan Phelps sesama perenang, Natalie Coughlin pun sempat mengunggah foto yang menunjukkan dirinya tengah menjalani terapi bekam. Tak hanya digemari para atlet, namun sejumlah selebritas Hollywood pun tercatat menggunakan metode pengobatan ini seperti misalnya Madonna, Gwyneth Paltrow, Lionel Richie, dan banyak lagi.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Metode dan Manfaat Bekam

Metode dan Manfaat Bekam

Atlet renang asal Amerika Serikat Natalie Coughlin menjalani terapi bekam. (Instagram/nataliecoughlin)

Bekam atau Chupping Therapy merupakan metode pengobatan dengan cara mengeluarkan darah statis (kental) yang mengandung toksin dari dalam tubuh manusia. Berdasarkan tekniknya, bekam dibedakan menjadi 2 jenis yaitu bekam basah dan bekam kering.

Bekam basah melibatkan sayatan tipis di permukaan kulit, yang akan membuat darah pekat keluar akibat tekanan pada kop. Para terapis menyebutnya darah kotor.

Sementara bekam kering dilakukan tanpa sayatan. Kop diletakkan begitu saja di atas kulit, lalu disedot agar tekanannya negatif sehingga permukaan kulit yang tertutup kop seperti tertarik.

Baik bekam basah maupun kering, keduanya meninggalkan bekas lingkaran berwarna ungu kehitaman. Dalam prakteknya, metode ini menggunakan peralatan yang sangat sederhana, yaitu plastik atau kop dan sebuah pompa vakum.

Saat ini sejumlah negara Barat terus melakukan penelitian ilmiah terkait dengan manfaat bekam. Namun seiring dengan hal itu, perkembangan metode itu melesat sehingga muncullah ahli dan klinik bekam di beberapa negara seperti AS dan Inggris.

Dalam buku, Ad Dawa'ul-Ajib yang ditulis oleh ilmuwan Suriah, Muhammad Amin Syaikhu, setidaknya terdapat sejumlah manfaat bekam, yaitu dapat membantu menurunkan tekanan darah, menurunkan jumlah asam urat, menaikkan tekanan darah dalam kasus darah rendah, menurunkan kadar gula darah, serta mengeluarkan eritrosit yang mengganggu kinerja sel lain.

Pada kasus bekam yang dijalani para atlet, terdapat sedikit klaim mengenai manfaat terapi itu. Sebuah studi pada 2012 yang diterbitkan dalam jurnal PLoS One mengulas 135 praktek bekam sepanjang 1992 -2010 menyimpulkan bahwa metode pengobatan ini berpotensi menyembuhkan herpes zoster, jerawat, kelumpuhan wajah, dan cervical spondylosis (ausnya jaringan-jaringan dan tulang di leher sehingga menyebabkan nyeri leher dan kepala) -- meski ini bukan kondisi mutlak yang dialami atlet.

Namun sekalipun manfaat fisik terkait metode pengobatan ini belum ditemukan para ilmuwan sependapat bahwa bekam tidak berbahaya untuk dilakukan. Hal tersebut penting untuk ditegaskan mengingat sejumlah orang termasuk atlet percaya dengan teknik-teknik di luar dunia kedokteran sehingga ini menjadi semacam efek plasebo.

Beberapa yang menjalani metode ini mengklaim telah mengalami peningkatan kondisi fisik dan psikologis.

3 dari 3 halaman

Asal Usul Bekam

Asal usul bekam dan kaitannya dengan Nabi Muhammad 

Ilustrasi bekam (Business Insider)

Meski populer, namun ada kontroversi terkait asal usul bekam. Sebagian mengklaim, metode pengobatan itu berasal dari China khususnya Provinsi Yunnan dan telah dipraktekkan selama ribuan tahun.

Seperti dikutip dari counterpunch, Jumat (12/8/2016), Ge Hong (281-341 M) yang merupakan seorang pejabat pada masa Dinasti Jin disebut merupakan orang pertama yang melakukan praktek bekam di Negeri Tirai Bambu. Kabarnya, ketika itu ia tertarik dengan alkimia, obat-obat herbal, dan teknik panjang umur.

Kata-kata Ge Hong yang populer adalah, "Akupuntur dan bekam, menyembuhkan setengah dari penyakit yang ada". Setelah itu bekam konon menyebar ke Asia dan Eropa.

Di Tiongkok, bekam atau hijamah dikenal dengan "perawatan tanduk" karena tanduk ketika itu menggantikan kop. Sementara pada Abad ke-18 di Eropa, beberapa metode ini menggunakan lintah -- kala itu sekitar 40 juta lintah diekspor ke Prancis untuk melakukan terapi ini.

Lintah-lintah itu kabarnya dibiarkan dalam kondisi lapar sehingga ketika menghisap darah akan jauh lebih efektif. Dan setelah kenyang, hewan itu tak lagi dapat bergerak sebelum akhirnya jatuh dengan sendirinya.

Sementara itu sumber lain menyebutkan, bekam berasal dari Mesir. Ini berdasarkan penemuan salah satu buku teks kedokteran yang diklaim tertua di dunia Barat, The Ebers Papyrus, yang ditulis pada 1550 SM.

Dalam buku itu digambarkan bagaimana orang Mesir menggunakan bekam untuk membantu menyembuhkan sejumlah penyakit.

Sumber lainnya menyebutkan, bekam atau hijama dalam bahasa Arab "mengakar" kuat dalam Islam. Ini didasari oleh uraian Nabi Muhammad, Sang Rasulullah, "Sesungguhnya cara pengobatan yang paling baik adalah bekam".

Adapun sabda Nabi Muhammad lainnya terkait bekam adalah, "Kesembuhan bisa diperoleh dengan tiga cara: minum madu, sayatan pisau bekam, dan sundutan besi panas, dan aku melarang umatku (melakukan) pengobatan dengan besi panas".

Dikisahkan, Nabi Muhammad pernah memakan daging domba yang telah diracun. Beberapa orang yang ikut menikmati makanan itu meninggal dunia.

Dan untuk menetralisir racun, Nabi Muhammad dikabarkan melakukan teknik hijamah atau bekam dengan menggunakan tulang tanduk dan mata pisau. Yang mempraktekkan metode itu adalah Abu Hindun.

Dalam perkembangannya, teknik pengobatan ini dimodifikasi dengan sempurna dan mudah. Alat-alat yang digunakan pun sudah semakin higienis dan praktis.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.