Sukses

Thailand Diguncang Ledakan Beruntun 8 Bom, 4 Orang Tewas

Ledakan bom di Thailand bertepatan dengan peringatan ulang tahun ke-84 Ratu Sirikit. Belum ada pihak yang menyatakan bertanggung jawab.

Liputan6.com, Bangkok - Negeri Gajah Putih dilanda serangkaian ledakan bom yang terjadi bertepatan dengan peringatan ulang tahun ke-84 Ratu Sirikit. Setidaknya ada delapan bom yang meledak di Thailand dalam kurun waktu 24 jam.

Bom pertama, seperti dikutip dari Time, Jumat (12/8/2016), terjadi Kamis jelang tengah malam waktu setempat di Hua Hin, kota yang populer di kalangan wisatawan, menewaskan 1 orang dan melukai 19 lainnya. Korban tewas diketahui sebagai pedagang kaki lima.

Kala itu, dua bom yang dikendalikan dengan telepon seluler meledak, waktunya hanya berselang 20 menit. Bahan peledak mematikan itu disembunyikan di sela-sela tanaman penghias jalanan yang sibuk di area yang terkenal dengan hiburan malam.

Kondisi kendaraan pedagang yang rusak akibat ledakan bom di kawasan resor Hua Hin, Thailand, Jumat (12/8). Bom pertama meledak di resor mewah di Bangkok Selatan. Kemudian bom kedua meledak di lokasi yang sama yaitu di sebuah bar. (Munir Uz ZAMAN/APF/AFP)

 
"Dari 19 orang yang terluka, tiga di antaranya dalam kondisi serius," kata pejabat kepolisian Kolonel Sutthichai kepada Bangkok Post. Tujuh di antara korban luka adalah warga negara asing.

Secara terpisah, bom juga meledak di Surat Thani Jumat pagi. Ledakan pertama terjadi di luar stasiun polisi perairan dan lainnya meledak di depan pos polisi. Insiden tersebut menewaskan satu orang.

Ledakan juga dilaporkan terjadi di Phuket, lokasi wisata populer di Thailand, tepatnya di Pantai Patong.

Bom juga meledak di Provinsi Trang di Thailand Selatan, lokasinya dekat dengan rumah pimpinan polisi provinsi, menewaskan 1 orang dan melukai 6 lainnya.

"Tipe bom masih diinvestigasi," kata Kepala Kepolisian Hua Hin, Sitthichai Srisopacharoenrat seperti dikutip dari Guardian.

Hingga kini belum ada pihak yang mengaku bertanggung jawab atas serangan beruntun tersebut. Namun, dilihat dari momentumnya, diduga insiden itu untuk mempermalukan pemerintahan junta militer yang berkuasa sejak dua tahun lalu.

Sebelumnya, pada Rabu malam, Perdana Menteri Prayuth Chan-ocha memuji dirinya sendiri sebagai pihak yang mengembalikan stabilitas Thailand pasca periode penuh konflik dan ketidakpastian.

Pernyataan Prayuth Chan-ocha diungkapkan menyusul "kesuksesan" referendum yang meloloskan konstitusi bikinan pemerintahan junta militer.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.