Sukses

Tak Ada Peluang 'Uang Darah' bagi Pembunuh Qandeel Baloch...

Polisi mengambil keputusan untuk melarang keluarga Qandeel untuk memaafkan pelaku pembunuhan.

Liputan6.com, Islamabad - Muhammad Azeem, ayah model seksi Pakistan, merasa keadilan terhadap anak perempuannya harus ditegakkan.

Azeem tidak rela kehilangan sang putri, Qandeel Baloch, dan mengutuk perbuatan anak laki-lakinya, Waseem Azeem. 

Sang ayah lalu melaporkan Waseem dan seorang putra lainnya yang ikut membantu membunuh Qandeel ke polisi. 

"Sangat tidak masuk akal, aku tidak pernah menyetujui membunuh untuk kehormatan," kata Azeem lirih.

Menanggapi keluhan sang ayah, pihak kepolisian akhirnya "melarang" keluarga Baloch, untuk memaafkan putra mereka Wazeem atas tindak kriminal kepada sang kakak yang telah dilakukannya.

Pihak polisi mengatakan, Waseem kan dikenakan hukuman yang setimpal dengan perbuatannya. 

Larangan untuk 'memaklumi' tindak pembunuhan atas nama kehormatan, merupakan suatu keputusan yang langka di Pakistan.

"Keputusan tersebut diambil berdasarkan instruksi pemerintah, tapi sangat jarang sekali terjadi," kata pihak kepolisian Punjab, dikutip dari Aljazeera.com, Selasa (19/7/2016).

Ibu Qandeel Baloch Menangis saat pemakaman (AFP)

Praktik "memaafkan" membuat banyak pembunuh di Pakistan dibebaskan tanpa hukuman dan bisa kembali berkeliaran dengan tenang.

Jika itu terjadi, walaupun sudah berada di tangan polisi, Wazeem dapat dibebaskan tanpa hukuman sedikit pun. Misalnya dengan membayar tebusan yang disebut dengan "uang darah".

Praktik pembebasan tersebut disahkan oleh pemerintah Punjab, untuk membebaskan pembunuh atas nama kehormatan, jika keluarga yang bersangkutan memaafkan sang pelaku.

Pria 25 tahun itu mengaku melakukan hal tersebut karena Qandeel telah mencemarkan nama baik Baloch (Reuters).

Menurut keterangan komisi HAM Pakistan, dilansir dari Time.com, ada sekitar 1,096 perempuan tewas di tangan keluarga mereka sendiri pada tahun 2015.

Kasus pembunuhan atas nama "kehormatan" Qandeel Baloch merupakan kejadian terbaru di negara mayoritas Islam itu.

Qandeel tewas di dalam rumah saat orangtuanya sedang terlelap di lantai dua kediaman mereka. Dia dibunuh oleh saudaranya, Waseem Baloch, karena dianggap telah "menodai" nama baik keluarga.

Pembunuhan 'Demi Kehormatan' Qandeel Baloch Buat Geram Publik (Reuters)

Wazeem mengakui tindakannya dan mengatakan bahwa dia tidak menyesal sama sekali telah mengakhiri hidup sang kakak.

Kematian Qandeel membuka "kesuraman" akan adanya kebencian terhadap perempuan di Pakistan. Para wanita seperti tidak mempunyai hak untuk berbicara, berpendidikan, bahkan menentukan kebahagiaan mereka sendiri. 

Mereka tidak berhak untuk memilih. Semuanya harus dilakukan berdasarkan keputusan laki-laki. Kekerasan fisik seperti dipukuli dan dibakar, menjadi konsekuensi yang harus diterima jika membangkang.

Sebelumnya, seorang gadis dibantai oleh saudara laki-lakinya, akibat menerima telepon dari pria lain.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini