Sukses

Intel AS: ISIS Punya Industri Paspor 'Aspal', Asli tapi Palsu

AS dan negara-negara Eropa khawatir militan ISIS menyamar sebagai warga Suriah masuk ke negara mereka.

Liputan6.com, Washington DC - Kelompok teroris ISIS diduga kuat memiliki sebuah industri untuk memproduksi paspor palsu. Hal itu dikemukakan oleh sebuah laporan dari dinas rahasia AS.

Senada dengan Prancis, Menteri Dalam Negeri, Bernard Cazeneuve dalam pernyataannya mengatakan, kendati operasi ISIS banyak dilakukan di Suriah, Irak dan Libya, grup tersebut masih memerlukan dokumen perjalanan berupa paspor kosong untuk mendukung aktivitas mereka.

Kini, mereka membuat industri 'dokumen aspal' alias asli tapi palsu. Cazeneuve menjelaskan hal itu setelah bertemu dengan petinggi intelijen dan menteri-menteri se-Eropa. Salah satu topik dalam pertemuan itu adalah membuat badan antiteroris yang khusus untuk mencegah masuknya orang-orang dari daerah yang dikuasai ISIS dengan dokumen palsu.

Bulan lalu, badan intelijen AS mencurigai bahwa ISIS memiliki ribuan paspor kosong dan setidaknya satu mesin pencetak setelah mereka berhasil menguasai kantor-kantor pemerintah Suriah. Pejabat dari Homeland Security Investigation (HSI) mengatakan dalam laporan sebanyak 17 halaman bahwa ISIS mampu mencetak paspor legal Suriah. Hal itu memungkinkan anggota militan mereka bisa masuk ke AS.

"Setelah lebih dari 17 bulan, semenjak Raqqa dan Deir ez-Zour jatuh ke tangan ISIS, sangat memungkinkan bahwa orang dari Suriah mendapatkan paspor buatan ISIS masuk ke AS," tulis laporan HSI seperti dilansir dari ABCNews, Selasa, (26/1/2016).

Laporan yang cukup rahasia itu tersirkulasi ke seluruh departemen di AS. Direktur FBI James Comey ketika membaca laporan HSI langsung mengemukakan kekhawatirannya.

"Komunitas intelijen khawatir kemampuan ISIS, kemampuan mereka membuat dokumen asli namun palsu," ujar Comey.

Kasus paspor palsu--namun terlihat asli ditemukan di Eropa. Yang paling terkenal adalah dokumen perjalanan yang dimiliki oleh dua bomber bunuh diri di teror Prancis, November 2015. Dua orang itu dipercaya masuk ke Eropa saat gelombang pengungsi datang dari negara yang tengah dirundung perang bersaudara.

Menurut laporan HSI seorang intel di lapangan mengatakan Suriah kebanjiran dokumen palsu.

"Sumber itu lebih lanjut menyatakan bahwa paspor palsu Suriah sangat lazim di negeri itu yang bahkan warganya tidak melihat itu sebagai sebagai dokumen ilegal," kata laporan itu.

"Sumber itu menyatakan paspor palsu Suriah dapat diperoleh di dengan membayar US$ 200 sampai US$ 400."

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini