Sukses

Revolusi Makanan: Daging Buatan dari Sel Punca

Bukan hanya itu, kegiatan peternakan juga ikut andil dalam peningkatan emisi karbon global.

Liputan6.com, Maastricht Peternakan merupakan salah satu kegiatan manusia yang paling menyerap sumber daya alam. Bukan hanya itu, kegiatan peternakan juga ikut andil dalam peningkatan emisi karbon global.

Berdasarkan pertimbangan tersebut, sejumlah ilmuwan menggagas penggunaan teknologi biomolekuler untuk menghasilkan daging tanpa menambah jumlah peternakan. Sebagai contoh, kelompok ilmuwan di Maastricht University menggunakan sel-sel punca dari daging sapi untuk menciptakan daging sapi di laboratorium yang dapat ditingkatkan menjadi pabrik daging sapi tanpa memerlukan hewan sapi sungguhan.

Prosesnya dimulai dengan mencuil sedikit sel sapi untuk dijadikan cikal bakal pembiakan sel. Sel tersebut kemudian ditumbuhkembangkan dalam cairan bergizi sehingga menjadi sel-sel daging. Seiring dengan berjalannya waktu, sel-sel daging itu merajut diri menjadi benang-benang daging sapi!

Untuk menjadi satu bongkah daging hamburger, diperlukan 20.000 benang daging sapi tersebut untuk kemudian dicampur lagi dengan bumbu-bumbu lazimnya untuk hamburger, semisal garam, bubuk telur, dan remah roti. Secara biologis, daging sapi tersebut tidak ada bedanya dengan daging sapi cikal bakalnya.

Menurut The Telegraph seperti dilansir Jumat 95/6/2015) percobaan itu merupakan buah pikiran Mark Post, seorang ahli fisiologi kedokteran di Maastricht University di Belanda. Menurutnya, hasil percobaan ini akan memicu revolusi pangan dengan hadirnya daging buatan di toko-toko dalam 10 tahun mendatang.

Di benua lain, Andras Forgacs dari Amerika Serikat mendirikan Modern Meadow yang menggagas biofabrication untuk menghasilkan daging dan kulit sapi tanpa menternakkan sapi tiu sendiri. Semuanya dihasilkan menggunakan proses biofabrication yang pada dasarnya serupa dengan apa yang dilakukan oleh Mastricht University.

Menurut Andras Forgacs, pada tahun 2050 diperlukan 100 miliar hewan daratan untuk memenuhi permintaan akan daging, susu, telur, dan barang-barang kulit jika manusia tetap melakukan kegiatan peternakan seperti cara lama. Menurutnya, hal ini bertentangan dengan keberlanjutan (sustainability) dan mengancam ketahanan pangan dunia.

Bukan hanya itu, penggunaan daging buatan dipandang sebagai cara yang lebih manusiawi untuk menghasilkan daging bagi kebutuhan konsumsi manusia, karena tidak melibatkan penghilangan nyawa hewan-hewan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini