Sukses

15-3-1981: Akhir Menegangkan Pembajakan Pesawat Komersial PK-326

Selama menjadi sandera, mereka hidup diliputi rasa tegang dan panik. Tak ada kepastian yang didapat ketika menanti masa-masa kritis itu.

Liputan6.com, Jakarta - Hampir dua minggu, penumpang dan kru pesawat Pakistan Airways dengan nomor penerbangan PK-326 berada dalam dekapan pembajak.

Pesawat mereka dibajak saat hendak terbang dari Karachi menuju Peshawar, Pakistan pada 2 Maret 2015. Kapal terbang jenis Boeing 720 itu dibajak oleh tiga pria bersenjata dari kelompok Al Zulfikar --  kelompok yang kala itu ingin menggulingkan Presiden Pakistan Jenderal Purnawirawan Zia ul-Ha -- ketika kapal terbang sedang mengudara.

Salah satu dari ketiga pembajak diketahui bernama Islamullah Khan yang merupakan pemimpin dalam aksi tersebut. Dalam aksinya, mereka mengancam kru dan penumpang dengan menggunakan pistol.

Ketiga pembajak itu meminta pilot untuk terbang ke Afghanistan. Setibanya, salah satu penumpang yang merupakan diplomat Pakistan dibunuh. Penumpang lain sungguh ketakutan.

Selama menjadi sandera, mereka hidup diliputi rasa tegang dan panik. Tak ada kepastian yang didapat ketika menanti masa-masa kritis itu. Penyandera bahkan sempat mengancam meledakkan bom. Pemerintah Pakistan berupaya melobi.

Untung saja, pada akhirnya para penumpang itu dibebaskan oleh pembajak pada 15 Maret 1981 atau sekitar 34 tahun yang lalu.

Pembebasan dilakukan setelah Pemerintah Pakistan memenuhi permintaan para pembajak untuk membebaskan 54 orang dari penjara.

Seperti dimuat BBC On This Day, Minggu (13/3/2015), total 147 penumpang dan kru pesawat dibebaskan setelah puluhan tahanan yang diminta pembajak tiba di Suriah.

Tak diketahui pasti motif dari penyanderaan ini. Namun diduga kuat bermotif politik. Para penyandera yang dari kelompok Al Zulfikar diduga kuat merupakan orang suruhan kubu Zulfikar Ali Bhutto.

Zulfikar Ali Bhutto sebelumnya digulingkan Jenderal Zia yang saat penyanderaan menjabat sebagai presiden. Zulfikar  kemudian dihukum gantung oleh pemerintah baru.

Hukuman ini menuai protes, terutama dari kubu oposisi. Dari latar belakang tersebut, pemerintah Zia menuding putra Zulfikar Ali Bhutto, yakni Murtazo Bhutto yang melakukan pembajakan. "Murtazo yang saat itu menetap di London pergi ke Bandara Kabul untuk menemui ketiga pelaku pembajakan," sebut Zia. (Riz)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.