Sukses

Cerita Ketua KND Hadapi Tantangan sebagai Mahasiswa Disabilitas di Zaman Dulu

Mahasiswa zaman dulu maupun zaman sekarang termasuk yang menyandang disabilitas pasti memiliki tantangan masing-masing dalam mengenyam pendidikan.

Liputan6.com, Jakarta Mahasiswa zaman dulu maupun sekarang termasuk yang menyandang disabilitas pasti memiliki tantangan masing-masing dalam mengenyam pendidikan.

Salah satu penyandang disabilitas yang sempat mengenyam pendidikan tinggi di zaman dulu adalah Ketua Komisi Nasional Disabilitas Republik Indonesia (KND-RI) Dante Rigmalia.

Ia menceritakan berbagai tantangan dan hambatan menjadi seorang mahasiswa penyandang disabilitas dalam menempuh pendidikan tinggi hingga jenjang doktoral.

Menurutnya, ada perbedaan tantangan dan hambatan yang mendasar antara menjadi mahasiswa di masanya dengan mahasiswa di masa sekarang.

Salah satunya terkait literasi sivitas akademika dan masyarakat terkait isu disabilitas yang pada waktu itu masih sangat terbatas.

Hal tersebut memaksa Dante untuk melakukan pola-pola advokasi diri atau self advocacy. Dan memperbanyak edukasi kepada berbagai pihak untuk memastikan pemenuhan haknya sebagai mahasiswa dengan disabilitas hard of hearing (HoH) dan disleksia bisa terpenuhi.

“Jika pada zaman dahulu literasi tentang disabilitas masih sangat terbatas, maka berbeda dengan era digitalisasi saat ini. Untuk mendapatkan sumber literasi disabilitas dewasa ini sudah sangat mudah dan cepat,” kata Dante dalam kunjungan kerja di kampus Institut Teknologi Bandung (ITB), Rabu 8 Februari 2023.

“Jadi tidak ada alasan lagi bagi para masyarakat kampus untuk tidak ikut  dalam mengarusutamakan isu disabilitas,” tambahnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Pesan untuk Mahasiswa

Perempuan asal Kota Kembang itu juga menitip pesan pada para mahasiswa agar bisa memberi manfaat pada teman-teman disabilitas sesuai dengan bidang keilmuan masing-masing.

Contohnya, ada banyak hal yang bisa dilakukan oleh mahasiswa jurusan arsitektur dan teknik sipil dalam menciptakan lingkungan yang inklusif. Misalnya, memastikan desain rancang bangun dan komposisi bangunan yang mereka buat telah memenuhi unsur universal design yang ramah bagi disabilitas.

“Konsep universal design tersebut akan memastikan terpenuhinya ruang-ruang publik yang inklusif dan ramah bagi seluruh ragam penyandang disabilitas,” ujar Dante.

3 dari 4 halaman

Suarakan Isu Disabilitas di Kampus

Dante berharap, semua sivitas akademika benar-benar memaksimalkan kesempatan untuk  membantu mewujudkan penghormatan, perlindungan, dan pemenuhan hak penyandang disabilitas.

Beberapa cara yang dapat dilakukan di kampus adalah:

- Mengoptimalkan implementasi dari Tri Dharma Perguruan Tinggi dengan memperbanyak riset-riset yang berkelanjutan tentang disabilitas.

- Mengoptimalkan program pengabdian kepada masyarakat dengan memperbanyak kampanye penyadaran atau sosialisasi dan pelatihan.

- Memastikan semua mahasiswa berhak berprestasi.

- Partisipasi mahasiswa disabilitas tanpa diskriminasi.

- Menciptakan kampus merdeka atau kampus inklusif.

- Menyediakan mata kuliah sensitivitas terhadap penyandang disabilitas di semua program studi.

- Menciptakan kegiatan atau forum mahasiswa peduli penyandang disabilitas.

- Memberikan afirmasi bagi penyandang disabilitas dalam penerimaan mahasiswa baru.

4 dari 4 halaman

Membentuk ULD

Tak lupa, Dante juga mendorong semua kampus untuk segera membentuk Unit Layanan Disabilitas (ULD) sebagai sistem dukungan kampus yang ramah disabilitas.

ULD diperlukan untuk menjamin akomodasi yang layak bagi peserta didik penyandang disabilitas. Menurut Dante, untuk menciptakan ekosistem kampus yang inklusif memang harus dimulai dengan membentuk unit layanan disabilitas.

Pasalnya, salah satu fungsi ULD adalah memastikan kampus memberikan akomodasi yang layak bagi mahasiswa disabilitas.

“KND-RI akan senantiasa berkomitmen dan mengawal kampus-kampus dalam upaya pembentukan ULD.”

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.