Sukses

Ambisi Remaja Berkursi Roda Ingin Bangun Kerajaan Media Ramah Disabilitas

Peluang teknologi aksesibilitas semakin tinggi, hal ini membuat pendiri Cripple Media Emily Flores--platform digital Gen Z pertama, memiliki ambisi untuk membangun kerajaan media ramah disabilitas.

Liputan6.com, Jakarta Awal tahun ini, Microsoft mengumumkan akan menggandakan" investasi di bidang teknologi untuk penyandang disabilitas melalui beberapa AI sebagai Hibah Aksesibilitas.

Menurut Microsoft, penyandang disabilitas mewakili salah satu kumpulan bakat terbesar yang belum dimanfaatkan di dunia. Padahal justru semua pengusaha harus lebih berani untuk memberdayakan bakat penyandang disabilitas untuk mencapai lebih.

Salah seorang yang berharap mendapatkan bantuan ini adalah pendiri Cripple Media--platform digital Gen Z pertama, Emily Flores yang memiliki ambisi membangun kerajaan media ramah disabilitas pada 2022.

Emily yang menyandang disabilitas fisik kini berusia 19 tahun merupakan seorang mahasiswa jurnalisme tahun kedua di The University of Texas di Austin. Ia juga seorang peneliti di Center for Media Engagement, dengan fokus pada propaganda komputasi, keamanan siber, dan politik digital.

Adapun menurutnya mengapa ia beri nama cripple yaitu karena nilai kejutannya bagi orang non-difabel, sekaligus memiliki makna historis dari bagaimana mereka merebut kembali kekuatan dan memastikan visibilitas mereka.

Seperti banyak anak muda di situs online, melalui komunikasi digital yang ia buat, penyandang disabilitas juga dapat menjalin hubungan dengan orang-orang yang memiliki pemikiran yang sama (termasuk bertubuh serupa).

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Fokus di bidang disabilitas

Di usia 14 tahun, Emily sudah menjadi reporter lepas yang fokus pada bidang disabilitas, meskipun ini kali pertamanya berhubungan dengan remaja disabilitas lainnya dan tergabung dalam komunitas sampai mendapat pelatihan kilat dalam gerakan hak disabilitas. Padahal saat itu ia pun seperti banyak teman sebayanya, masih mengandalkan pengasuh dewasa, yang ia rasa menghilangkan otonominya dan memperlakukannya sebagai makhluk yang lebih rendah dan bergantung.

“Sampai saat ini, saya tidak pernah memiliki teman, atau bahkan berbicara dengan seseorang,  khususnya yang memiliki disabilitas seperti saya, apalagi berhubungan dengan lansia penyandang disabilitas. Tapi di komunitas disabilitas online, saya menemukan identitas baru,” kata Emily, dikutip dari PCmag. Ia mencatat bahwa bagian terpenting dari masuk komunitas adalah ia bisa menyalurkan kemarahan yang ia rasakan atas cara penyandang disabilitas diperlakukan.

"Saya tahu perlu ada platform yang lebih besar, dengan banyak suara untuk mewakili kami, jadi saya memulai Cripple sebagai platform di mana para penyandang disabilitas muda dapat berbicara tentang masalah ini," tambahnya.

Ada banyak topik yang diangkat oleh Cripple Media, terutama terkait model sosial disabilitas. Diantaranya konsep seperti apa tubuh normal itu, menjadi lebih inklusif bagi penyandang disabilitas, mengganti model medis yang dulu menganggap penyandang disabilitas dapat bermasalah dengan obat-obatan, hingga mencari identitas keren dan dukungan yang layak yang cocok untuk remaja saat ini.

“Saat saya membaca lebih banyak tentang model sosial, dunia saya berubah. Semuanya masuk akal untuk pertama kalinya. Yang benar adalah bahwa secara sistematis, dan sengaja di beberapa tempat, masyarakat dan institusi tidak dibangun untuk badan seperti saya. Sementara penekanan seharusnya bukan pada orang-orang seperti kita, melainkan institusi yang menyangkal keberadaan tubuh seperti saya,” kata Flores.

 

3 dari 4 halaman

Banyak mendapat sponsor

Saat ini, Cripple semakin bertumbuh besar dari mendapat dukungan melalui sponsor untuk produksi konten. Tetapi Flores juga melihat masa depan dalam memberikan layanan konsultasi berbasis biaya kepada organisasi yang ingin meningkatkan posisi mereka di komunitas disabilitas.

Ada juga kelompok influencer penyandang disabilitas yang terus berkembang yang membuat konten bermerek, seperti aktor Lolo Spencer (dari Sundance 2019 smash Give Me Liberty Give Me Liberty) dan model/juru bicara Bri Scalesse, kontributor Cripple Media sendiri.

Meski demikian, Flores mengatakan bahwa platform onlinenya sepenuhnya dikelola dan dibuat melalui Wordpress. “Platform online kami sepenuhnya dikelola dan dibuat melalui WordPress. Ketika saya masih di sekolah menengah, saya menghabiskan banyak waktu di Tumblr, situs blogging. Karena Tumblr mengizinkan pengeditan HTML dan penyesuaian situs Anda, ini membuat saya cukup nyaman dengan dasar-dasar desain dan pengeditan web,” kata Flores.

"Ketika Cripple pertama kali dimulai, saya menggunakan WordPress karena saya tahu itu memungkinkan penyesuaian dan kontrol yang saya inginkan, dan dari sana saya dapat memilih dan memodifikasi tema untuk situs web kami," tambahnya.

"Hingga pada bulan Mei 2021 ketika kami sepenuhnya mendesain ulang situs web kami, kami sekarang mendapat kehormatan untuk bekerja dengan perancang seni dan web yang luar biasa, Jennifer Heale, yang sepenuhnya mengubah situs web kami dan memperluas tampilan dan fungsionalitas situs."

4 dari 4 halaman

Infografis Siap-Siap Pemberlakuan Tes PCR di Seluruh Moda Transportasi

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.