Sukses

Sering Dikira Sehat, 6 Makanan Low-Fat Ternyata Tak Sesehat yang Anda Bayangkan

Makanan low-fat atau rendah lemak sering menjadi alternatif bagi Anda yang sedang diet. Namun kenyataannya tidak demikian. Yuk, cek kenapa alasannya!

Liputan6.com, Jakarta - Makanan rendah lemak atau low-fat memang cukup populer di tahun 1980-an hingga 1990-an. Namun, jika Anda bertanya kepada ahli kesehatan masa kini, makanan tersebut mungkin lebih banyak merugikan kesehatan.

Walaupun sebenarnya ada gagasan bahwa mengurangi lemak sebenarnya bisa mengurangi kalori yang dapat mendorong penurunan berat badan, kita sekarang tahu bahwa tidak semua lemak diciptakan sama.

Seperti dilansir dari Eat This, Not That!, Senin (8/4/2024), beberapa di antaranya, seperti asam lemak omega-3 dan monounsaturated fats, memiliki manfaat kesehatan yang luar biasa seperti mengurangi peradangan dan meningkatkan kesehatan jantung. Bahkan profil kesehatan dari lemak jenuh jauh lebih kompleks dari yang selama ini kita yakini.

Sebenarnya, apa pun jenisnya, lemak bukanlah sesuatu hal yang harus dihindari. Sebab, lemak adalah makronutrien yang penting bagi kehidupan manusia.

Termasuk, mengonsumsi lemak tidak membuatmu gemuk. Namun, beberapa produsen makanan terus membuat versi produk mereka yang rendah lemak. Bagi sebagian orang yang memerlukan diet rendah lemak karena alasan medis, ini bisa menjadi keuntungan tersendiri.

Namun bagi banyak dari kita, makanan yang lemaknya telah direkayasa hingga terlupakan bukan hanya tidak diperlukan. Akan tetapi, hal ini juga berpotensi membahayakan.

Seringkali, dengan menghilangkan lemak alami, produsen makanan harus menggantinya dengan bahan lainnya, pengemulsi, dan bahan lain yang tidak terlalu sehat yang tidak menambah nutrisi.

Untuk itu, ini dia enam makanan rendah lemak yang sebenarnya tidak sesehat yang Anda bayangkan. Terlebih bagi Anda yang sedang melakukan penurunan berat badan.

1. Es Krim Low-Fat

Menghilangkan lemak dari es krim dan makanan beku lainnya tidak hanya menghilangkan kesenangan dari makanan penutup, tetapi juga cenderung melengkapinya dengan bahan tambahan yang tidak memberikan nutrisi yang sama seperti produk susu asli.

Jika dibuat dengan susu asli dan penuh lemak, sebenarnya es krim mengandung kalsium dan protein yang dibutuhkan tubuh Anda untuk kesehatan yang baik. Beberapa penelitian bahkan menunjukkan bahwa mengonsumsi produk susu utuh biasanya tidak disertai dengan risiko kenaikan berat badan, penyakit jantung, atau diabetes tipe 2 yang lebih tinggi.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

2. Selai Kacang Low-Fat

Jangan takut dengan lemak dalam selai kacang atau peanut butter! Sebab, menurut Harvard Health, selai kacang penuh lemak memiliki rasio lemak jenuh dan tak jenuh yang sama dengan minyak zaitun.

Minyak zaitun sendiri merupakan salah satu makanan paling menyehatkan jantung. Faktanya, Harvard melaporkan bahwa banyak penelitian menunjukkan orang yang rutin mengonsumsi selai kacang justru memiliki risiko lebih rendah terkena penyakit jantung dan diabetes tipe 2 dibandingkan mereka yang jarang mengonsumsinya.

Selain itu, untuk menghilangkan lemak dari selai kacang, Anda harus menghilangkan beberapa bahan yang paling penting, seperti kacang tanah. Sebab, beberapa selai kacang yang rendah lemak kebanyakan mencampurkan bahan selain kacang tanah, seperti mengandung minyak nabati.

3 dari 4 halaman

3. Energy Bars

Energy bars memiliki apa yang disebut "health halo," sehingga mudah untuk percaya bahwa camilan tersebut pada dasarnya bergizi. Namun tidak selalu demikian.

Padahal energy bars yang rendah lemak sekalipun, merupakan makanan ultra proses karena dikemas dengan bahan-bahan yang tertentu, seperti perasa, pewarna, sirup, dan minyak.

4. Light Mayonnaise

Mayonnaise yang dibuat secara tradisional mendapatkan warnanya khasnya dari kuning telur, yang masing-masing mengandung sekitar 5 gram lemak. Akan tetapi, mayonnaise yang sekarang dijual dan rendah lemak seringkali menambahkan pengental, seperti pati makanan yang dimodifikasi, dan mengandalkan minyak kedelai.

Komposisinya bukan telur untuk menjaga kehalusannya. Meskipun bahan-bahan ini tidak berbahaya, tapi tidak memberikan nutrisi seperti kuning telur asli, yang mengandung vitamin seperti A, B12, dan D, ditambah antioksidan seperti lutein, zeaxanthin, dan selenium.

4 dari 4 halaman

5. Biskuit Low-Fat

Percaya atau tidak, konsumsi gula yang tinggi ternyata lebih dikaitkan dengan penambahan berat badan dibandingkan konsumsi makanan yang tinggi lemak. Alasannya karena kue rendah lemak seringkali mengandung gula tinggi.

Jadi, dengan memilih untuk mengonsumsinya adalah sebuah pengorbanan yang mungkin tidak layak dilakukan.

Lihat saja komposisi kue-kue yang dijual, bahan utama yang sering dipakai adalah gula dan sejumlah kecil lemak yang dikandungnya sebagian berasal dari minyak sawit, minyak tropis yang dikaitkan dengan rendahnya kelestarian lingkungan.

Jika Anda ingin makan kue, sebaiknya coba saja bikin sendiri dan membuatnya dengan versi penuh lemak dengan bahan-bahan berkualitas lebih tinggi.

6. Margarin

Menurut Harvard Health, "tidak pernah ada bukti kuat bahwa penggunaan margarin sebagai pengganti mentega (butter) mengurangi kemungkinan terkena serangan jantung atau penyakit jantung."

Beberapa margarin mungkin lebih rendah lemak dibandingkan mentega asli. Namun, keduanya merupakan makanan yang tinggi kalori, jadi keduanya merupakan makanan yang harus dikonsumsi dengan hemat dan cermat.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.