Sukses

Potret Rumah Merah Langganan Lokasi Syuting Genta Buana, Kini Terbengkalai

Rumah Merah Genta Buana, saksi bisu sinetron 2000-an, kini terabaikan. Lewat TikTok, @afdhalyusmann membeberkan transformasi dramatis rumah penuh nostalgia tersebut.

Liputan6.com, Jakarta Pecinta sinetron tanah air pasti tidak asing dengan kemegahan rumah merah Genta Buana, yang seringkali menjadi panggung bagi berbagai produksi sinetron terkenal pada era tahun 2000an. Rumah megah ini tidak hanya menjadi setting untuk cerita-cerita yang penuh intrik dan dramatis, tetapi juga mencitrakan kemewahan kehidupan karakter-karakter kaya raya.

Namun, seiring berjalannya waktu, takdir rumah merah Genta Buana tampaknya berubah drastis. Salah satu aktor yang beberapa waktu lalu menjadi bintang di sinetron Genta Buana, @afdhalyusmann, baru-baru ini mengunggah video mengejutkan di TikTok. Video tersebut memperlihatkan dirinya menelusuri kondisi terkini rumah merah.

Saat melintasi gerbang yang tertutup rapat, pemandangan yang disajikan oleh Afdhal Yusman membuat banyak penggemar terkejut. Tempat yang dulu dipenuhi keramaian dan kehidupan kini telah dilanda semak belukar dan menjadi semacam hutan kecil. Meskipun demikian, ketika melangkah ke dalam rumah, suasana terlihat berbeda.

Meski beberapa bagian tampak kotor, namun perabotan di dalamnya masih nampak terjaga dengan baik, menciptakan atmosfer nostalgia yang kuat. Seolah-olah rumah ini membawa kita kembali pada era gemerlap sinetron. Namun, di balik kilau nostalgia tersebut, Afdhal Yusman mengekspresikan keprihatinannya terhadap kondisi terkini rumah merah Genta Buana.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 9 halaman

1. Akses Masuk Telah Dipenuhi Semak Belukar

Akses ke dalam rumah merah Genta Buana kini menjadi tantangan serius, karena terhalangi oleh semak belukar yang tak terkendali. Saat Afdhal Yusman memasuki gerbang, dia harus menembus semak-semak yang tumbuh begitu lebat, bahkan setinggi dirinya.

Suasana yang dulu dipenuhi gemerlap sinetron dan kisah-kisah dramatis kini tergantikan oleh hamparan semak yang menjajah setiap sudut. Penggemar yang dulu mungkin terbiasa melihat kemegahan rumah ini melalui layar kini dihadapkan pada pemandangan yang kontras dan memilukan.

Pagar putih yang dahulu menjulang megah dan menjadi penanda kemewahan rumah, kini berubah menjadi saksi bisu waktu. Besi-besi pagar yang besar dan kokoh telah tergerus oleh karat, menambah kesan usang dan terlupakan.

Seluruh permukaan tanah di sekitar rumah juga sepertinya telah menyerah pada alam, tertutupi oleh rerumputan yang menjadikan rumah itu semakin tenggelam dalam keterlantaran. Kondisi fisik yang merana ini menjadi saksi bisu akan perubahan yang tak terhindarkan.

3 dari 9 halaman

2. Terbengkalai Selama 20 Tahun

Afdhal Yusman, dengan nada lirih, mengungkapkan bahwa rumah merah Genta Buana telah ditinggalkan selama 20 tahun, menyisakan kenangan dan nostalgia yang tak terlupakan. Keterlantaran ini menjadi semacam perekam waktu, karena tidak ada usaha yang dilakukan untuk memindahkan atau mengubah apa pun dalam dua dekade terakhir.

Gading-gading megah yang menjulang di depan rumah masih kokoh berdiri, mengekang potret kejayaan masa lalu. Meskipun 20 tahun terlewati, cat putih dan merah yang menjadi ciri khas rumah ini nampaknya masih mempertahankan keanggunan mereka.

Rumah merah Genta Buana, dengan segala elemennya yang masih utuh, memberikan pandangan eksklusif kepada kita tentang bagaimana keadaan rumah ini terjaga seiring berjalannya waktu.

4 dari 9 halaman

3. Tak Terjamah, Seluruh Barang di Rumah Merah Masih Rapih

Sofa-sofa yang dulu menyaksikan berbagai adegan cinta dan konflik di sinetron Genta Buana masih dengan anggunnya menempati posisi aslinya. Bahkan hingga ke tirainya, segala barang di dalam rumah ini seakan membentuk suatu pemandangan yang membawa kita kembali ke masa kejayaan sinetron tahun 2000an.

Afdhal Yusman, sebagai saksi hidup di masa itu, mengungkapkan bahwa barang-barang tersebut tidak berubah sama sekali sejak rumah ini terbengkalai. Mereka seperti prasasti hidup dari kejayaan yang pernah ada, memberikan kesan bahwa waktu berhenti di tempat ini.

Meskipun tertutup debu, sofanya yang terbuat dari kulit masih mempertahankan kemegahannya. Bagian luar sofa yang terlihat bersih dan terawat menunjukkan ketahanan material yang luar biasa. Setiap furnitur dan hiasan di dalamnya membawa jejak cerita yang dulu hidup dan sekarang terlelap dalam kesunyian.

5 dari 9 halaman

4. Karpet yang Elegan Masih Menghiasi Tangga

Setiap anak tangga kayu di rumah merah Genta Buana masih setia ditemani oleh karpet yang panjang, namun sayangnya, keindahan motifnya kini tenggelam dalam debu yang membalutnya. Karpet yang elegan, mungkin dulu menjadi daya tarik tersendiri, kini menjadi saksi bisu dari pengabaian yang berlarut-larut.

Anak tangga yang seharusnya menjadi pemandangan memukau dengan karpet yang menyelimuti, sekarang mengundang rasa kesedihan melihat keindahan yang perlahan memudar. Jejak fotografi yang tersisa di dinding rumah merah hanya menyisakan dua bingkai, menyiratkan kehampaan yang begitu dalam.

Dinding yang didominasi warna merah keunguan dengan aksen putih memberikan latar belakang dramatis untuk dua bingkai yang menyimpan kenangan. Foto-foto tersebut, seolah menjadi saksi bisu dari masa-masa kebahagiaan yang dulu menghiasi rumah ini.

6 dari 9 halaman

5. Balkon dengan Pemandangan Rumput Menjulang di Halaman Rumah

Seiring langkahnya menapaki lantai dua, Afdhal Yusman menyaksikan bahwa furnitur di dalam rumah ini masih utuh, menyiratkan ketidakberubahannya selama dua dekade terakhir. Namun, ketika pintu balkon terbuka, Afdhal dihadapkan pada pemandangan yang berbeda.

Daun-daun yang berguguran menari-nari di lantai balkon, menjadi saksi bisu dari perjalanan waktu yang tak terelakkan. Kini, keindahan balkon ini hanya dapat terlihat dari reruntuhan daun-daun yang menyelimuti permukaan lantainya.

Balkon yang dulu menjadi tempat bersantai dengan pemandangan yang indah, kini berubah menjadi semacam hutan kecil yang terlupakan. Pohon yang rimbun dan berdaun lebat seolah menciptakan suasana hutan mini di tengah-tengah rumah yang pernah meriah. Hening yang menggantikan suara ceria yang dulu sering menggema di sini menciptakan kontras yang menyedihkan.

7 dari 9 halaman

Genta Buana film Indosiar tahun berapa?

Genta Buana Paramita telah membangun jejaknya dalam industri produksi televisi Indonesia dengan karya-karya unggulannya yang telah ditayangkan di beberapa jaringan televisi terkemuka.

Antara tahun 1999 hingga 2014, produksi mereka telah sukses menghiasi layar kaca melalui stasiun televisi Indosiar, memberikan kontribusi berharga terhadap ragam program hiburan yang disajikan kepada pemirsa.

8 dari 9 halaman

Siapa produser Genta Buana?

Pak Budi Sutrisno, sebagai produser utama di Genta Buana Paramita, telah memainkan peran kunci dalam kesuksesan produksi-pra produksi yang dihasilkan oleh perusahaan.

Dengan pengalamannya yang kaya dan visinya yang unik, Pak Budi Sutrisno telah berhasil membimbing tim produksi untuk menciptakan sejumlah program televisi yang mendalam dan menarik, meninggalkan jejak positif dalam industri hiburan Indonesia.

9 dari 9 halaman

'Misteri Ilahi' Indosiar tahun berapa?

'Misteri Ilahi' sebuah acara televisi yang menghiasi layar Indosiar pada era 2000-an, memegang peranan penting dalam membentuk selera hiburan masyarakat Indonesia pada waktu itu.

Dengan genre yang memadukan elemen misteri, religi, dan dramatis, acara ini berhasil memikat pemirsa dengan cerita-cerita yang menginspirasi dan membangkitkan rasa keajaiban.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.