Sukses

Olahraga Lari Dikatakan Efektif Mengobati Depresi Menurut Penelitian

Sebuah studi terbaru menunjukkan berlari bisa sama efektifnya dalam mengobati depresi seperti halnya obat antidepresan.

Liputan6.com, Jakarta Sebuah studi terbaru menunjukkan temuan yang dapat mengubah cara pasien dirawat. Berlari dikatakan bisa sama efektifnya dalam mengobati depresi seperti halnya obat antidepresan menurut studi tersebut. 

Para peneliti juga menemukan bahwa lari menunjukkan lebih banyak manfaat bagi kesehatan fisik seseorang dibandingkan antidepresan, yang memiliki efek sedikit negatif seiring berjalannya waktu.

Meskipun demikian, penelitian ini menemukan bahwa kepatuhan untuk berlari lebih rendah dibandingkan dengan pengobatan, yang berarti lebih banyak peserta merasa lebih mudah untuk mengikuti protokol medis dibandingkan dengan pola kebugaran.

Dilansir dari Independent, Selasa (17/10/2023) studi tersebut membandingkan efek antidepresan dengan lari untuk mengatasi kecemasan, depresi, dan kesehatan secara keseluruhan pada lebih dari 140 pasien.

Penelitian tersebut menemukan bahwa meskipun keduanya memiliki manfaat yang sama bagi kesehatan mental, lari selama 16 minggu dalam jangka waktu yang sama menghasilkan peningkatan kesehatan fisik yang lebih tinggi, sedangkan antidepresan menyebabkan kondisi fisik yang sedikit lebih buruk.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Terapi lari lebih baik dibandingkan obat antidepresan

Dalam studi tersebut, pasien ditawari pilihan pengobatan antidepresan selama 16 minggu, atau terapi lari berbasis kelompok selama 16 minggu. Empat puluh lima peserta memilih antidepresan sementara 96 ​​berpartisipasi dalam lari yang mencakup dua hingga tiga sesi kelompok 45 menit yang diawasi ketat per minggu untuk periode yang sama.

Para peneliti mengatakan anggota kelompok yang memilih antidepresan sedikit lebih tertekan dibandingkan anggota kelompok yang memilih lari.

“Penelitian ini memberi orang-orang yang cemas dan depresi pilihan dalam kehidupan nyata, pengobatan atau olahraga. Menariknya, mayoritas memilih untuk berolahraga, yang menyebabkan jumlah kelompok lari lebih besar dibandingkan kelompok pengobatan,” kata salah satu ilmuwan dalam penelitian tersebut Dr Brenda Penninx.

Pengobatan antidepresan mengharuskan pasien untuk mematuhi pengobatan yang diresepkan, dan tidak ditemukan berdampak langsung pada perilaku sehari-hari.

3 dari 4 halaman

Olahraga lari juga mengatasi gaya hidup yang kurang baik

Namun, olahraga ditemukan juga mengatasi gaya hidup yang tidak banyak bergerak yang sering ditemukan pada pasien dengan gangguan depresi dan kecemasan dengan mendorong mereka untuk pergi keluar, menetapkan tujuan pribadi, meningkatkan kebugaran, dan berpartisipasi dalam aktivitas kelompok.

Namun para peneliti juga menemukan bahwa kepatuhan terhadap protokol lebih rendah pada kelompok lari dibandingkan kelompok antidepresan, meskipun pada awalnya mereka lebih memilih untuk menggunakan antidepresan.

Meskipun pada akhir uji coba, sekitar setengah jumlah peserta di kedua kelompok menunjukkan perbaikan dalam depresi dan kecemasan, kelompok lari juga mengalami peningkatan dalam penanda kesehatan fisik seperti tekanan darah, fungsi jantung, dan berat badan.

 

 

4 dari 4 halaman

Para ilmuwan lebih menyarankan pengobatan dengan menerapkan terapi olahraga

Sebaliknya, kelompok antidepresan menunjukkan sedikit penurunan pada penanda metaboliknya, catat penelitian tersebut.

“Antidepresan umumnya memiliki dampak yang lebih buruk pada berat badan, variabilitas detak jantung, dan tekanan darah, sedangkan terapi lari misalnya memberikan efek yang lebih baik pada kebugaran umum dan detak jantung,” kata Dr Penninx.

Meskipun antidepresan terbukti aman dan efektif, serta berhasil bagi kebanyakan orang, para ilmuwan menyerukan perluasan jangkauan pengobatan dengan menerapkan terapi olahraga.

“Menyuruh pasien untuk lari saja tidak cukup. Mengubah perilaku aktivitas fisik memerlukan pengawasan dan dorongan yang memadai seperti yang kami lakukan dengan menerapkan terapi olahraga di institusi pelayanan kesehatan mental,” tambah Dr Pennix.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.