Sukses

Alasan Ilmiah Mengapa Banyak Wajah Pasangan Mirip

Tak sedikit dari kita yang mungkin menemukan bahwa ada begitu banyak pasangan yang memiliki wajah mirip. Apakah kalian pernah bertanya-tanya mengapa hal tersebut bisa terjadi?

Liputan6.com, Jakarta - Tak sedikit dari kita yang mungkin menemukan bahwa ada begitu banyak pasangan yang memiliki wajah mirip. Apakah kalian pernah bertanya-tanya mengapa hal tersebut bisa terjadi? 

Dilansir dari Fatherly, Kamis (12/1/2023), beberapa dekade yang lalu, para peneliti di University of Michigan memutuskan untuk mempelajari mengapa pasangan menikah yang tumbuh tua bersama cenderung terlihat mirip satu sama lain dari waktu ke waktu. 

Mereka menganalisis foto-foto pasangan heteroseksual kulit putih yang baru menikah, dan kemudian pasangan yang sama 25 tahun kemudian dan menemukan bahwa pasangan tersebut menjadi mirip

Mereka berteori bahwa emosi bersama selama bertahun-tahun menyebabkan kerutan dan ekspresi yang serupa. Jadi, jika pasangan Anda membuat lelucon dan Anda menertawakannya bersama, Anda akhirnya mengadopsi ekspresi satu sama lain dan mulai mengembangkan garis tawa yang sama dari waktu ke waktu.

Meskipun teori ini telah dikutip dalam penelitian selama bertahun-tahun, ada penelitian lain yang menunjukkan bahwa ini mungkin bukan tentang bagaimana Anda tumbuh tua bersama dari waktu ke waktu, dan lebih banyak tentang apa yang awalnya Anda pilih saat mencari pasangan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Banyak orang memilih pasangan yang secara genetik mirip dengannya

Sebuah studi tahun 2005 tentang anak kembar menemukan bahwa pasangan kembar lebih mirip daripada pasangan kembar non-identik. Bisa jadi tanpa sadar kita memilih pasangan yang secara genetik mirip dengan kita.

Sebuah studi yang lebih baru dari tahun 2013 mendukung gagasan ini. Peserta percobaan diperlihatkan gambar wajah pasangan mereka yang telah diubah untuk menyertakan fitur dari wajah acak atau wajah mereka sendiri. 

Peserta pria dan wanita secara konsisten menilai gambar yang menyertakan wajah mereka lebih menarik. Studi lain mencoba menemukan bukti untuk mendukung teori Sigmund Freud dengan menampilkan gambar orang tua lawan jenis dengan cepat di layar sebelum menunjukkan wajah mereka dan meminta mereka untuk menilai daya tariknya. 

3 dari 4 halaman

Orang yang mirip cenderung menemukan satu sama lain

Para peneliti menemukan bahwa peserta menilai gambar orang lain lebih menarik ketika mereka melihat gambar orangtua lawan jenis mereka terlebih dahulu.

Sebuah studi tahun 2018 mencoba menguji hipotesis ini pada pasangan biracial (orang yang lahir dari pasangan ras campuran) dan menemukan bahwa meskipun orang dewasa biracial lebih cenderung berpasangan dan tertarik pada orang yang mirip dengan orangtua mereka dibandingkan dengan mereka yang tidak, jenis kelamin orangtua sebagian besar tidak penting.

Studi-studi ini menunjukkan bahwa mungkin ada dasar teori bahwa kita memilih pasangan yang mirip dengan susunan biologis kita. Tapi ada cara lain untuk melihatnya.

Ben Domingue, asisten profesor di Stanford yang mempelajari kesamaan genetik antara pasangan dan teman, telah menerbitkan penelitian yang menunjukkan bahwa orang yang mirip cenderung menemukan satu sama lain karena kesamaan dalam konteks sosial atau landasan budaya.

4 dari 4 halaman

Kencan online membantu menjawab pertanyaan ini

Dengan kata lain, belum dipahami dengan baik apakah orang dengan susunan genetik serupa cenderung tertarik pada aktivitas sosial yang sama, atau jika itu tidak berkorelasi langsung dengan orang dengan genetik serupa yang berada di lingkungan yang sama.

“Apakah itu sifat alami atau akibat pengasuhan? Sangat sulit untuk memisahkan keduanya,” kata Domingue.

Kencan online dapat membantu kami menjawab pertanyaan ini. Karena orang sekarang dapat mencari pasangan di luar lingkaran sosial langsung mereka, pasangan yang lebih beragam pun bermunculan. 

Pew Research menemukan bahwa 17 persen pasangan Amerika adalah pasangan ras pada tahun 2015, naik dari 7 persen pada tahun 1980.

Hanya waktu (dan lebih banyak penelitian) yang akan mengetahui apakah ini mengubah cara kita memahami ketertarikan, dengan siapa kita memilih untuk menghabiskan hidup kita, dan seberapa mirip mereka dengan kita. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.