Sukses

Menunggu Inovasi Alat Kesehatan Berteknologi Canggih Karya Anak Bangsa

Bagaimana nasib alat kesehatan di Indonesia?

Liputan6.com, Jakarta - Sebanyak 12 universitas dalam negeri dilibatkan dalam upaya meningkatkan kualitas pengembangan alat kesehatan di Indonesia.

Dalam acara Pembukaan Business Matching Hasil Riset - Industri Alat Kesehatan di ICE BSD, Tangerang, Banten yang digagas Perkumpulan Organisasi Perusahaan Alat-Alat Kesehatan dan Laboratorium (GAKESLAB Indonesia) belum lama ini, dijelaskan bahwa di Indonesia masih punya gap antara alat kesehatan yang membutuhkan teknologi menegah sampai tinggi.

"Di acara ini kita ingin membuat hal yang baru, membentuk ekosistem keterhubungan antara dunia peneliti dengan industri," kata Direktur Ketahanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Roy Himawan S Farm Apt M. K. M.

Selama ini, kata Himawan, masing-masing bergerak pada jalurnya sendiri-sendiri. Industri bergerak untuk memajukan industri, peneliti bergerak untuk memajukan keilmuan.

Dengan adanya forum ini menjadi momentum untuk menyandingkan antara apa yang diteliti untuk bisa masuk ke ranah industri.

"Kita ingin semuanya berkembang. Caranya, dengan menggabungkan keduanya," ujarnya.

Apalagi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) meminta sejumlah pengusaha dan fasilitas kesehatan untuk menggunakan alat kesehatan produksi 'karya anak bangsa' sebanyak 50 persen dari total penggunaan alkes.

"Bicara kebutuhan, kita masih punya gap antara alat kesehatan yang membutuhkan teknologi menengah sampai tinggi, (seperti) mesin x-ray, digital imaging, ini yang kemudian kita masih perlu banyak dukungan penelitian," ujarnya.

"Di forum ini kita akan melihat sinkronisasi apa yang sudah mereka capai di penelitian dan keperluan dari industri," Himawan menambahkan.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Alkes Saat Ini Banyak Produk Impor

Sebagaimana disampaikan Ketua Umum GAKESLAB Indonesia, Drs H Sugihadi HW MM, tak dipungkiri bahwa saat ini masih banyak alkes yang merupakan produk impor.

Dengan adanya kebijakan pemerintah saat ini, mendorong penggunaan produksi dalam negeri yang turut mendorong industri untuk masuk ke ranah tersebut.

"Inilah sebagai terminan hari ini, itu juga salah satunya adalah pertemuan antara para inovator dari Universitas, peneliti dengan Gakeslab. Ini dorongan dari pemerintah juga bagus sekali. Karena dengan begini, nantinya harapannya berkomitmen benar-benar untuk membeli produk-produk yang hasil dalam negeri," katanya.

Terkait dengan melibatkan 12 universitas dalam negeri, Sugihadi menjelaskan bahwa perguruan tinggi tersebut sudah bekerja sama dalam pengenalan inovasi yang dilakukan mahasiswa dan para peneliti.

Salah satunya adalah Universitas Indonesia, yang telah memiliki techno park bernama IMEGA.

IMEGA sendiri diketahui telah bekerjasama dengan GAKESLAB dan programnya sudah berjalan, yaitu hilirisasi alat olahraga bernama Kinesia.

 

3 dari 4 halaman

Dukungan Pemerintah

Bagaimana dengan dukungan pemerintah? Himawan mengatakan bahwa pemerintah betul-betul fokus dalam pengembangan ini.

"Dalam arti kita tidak hanya keluarkan regulasi tapi juga aksi. Tidak hanya bicara dukungan tapi sampai dengan outcome dan output-nya," katanya.

"Jadi, kalau bicara dukungan industri alkes, pertama kita sudah keluarkan regulasi bahwa pemerintah mengutamakan produk dalam negeri. Kemudian yang sudah ada produk dalam negerinya, maka produk impornya dibentuk dari akses katalog agar tidak bisa dimanfaatkan," dia menambahkan.

 

4 dari 4 halaman

Inovasi UI

Mengenai IMEGA, Ketua Subdit Inkubasi Bisnis DISTP UI sekaligus Ketua Klaster Medical Technology IMERI FKUI, Prasandhya Astagiri Yusuf, S.Si, M.T., PhD, mengatakan, inovasi dari hasil kerjasama dengan GAKESLAB Indonesia sesuai dengan kebutuhan.

Hanya saja ternyata, inovasi sesuai dengan kebutuhan di lapangan itu tidak cukup, harus ada obrolan juga dengan industri.

"Jadi, UI inovasinya banyak, tapi inovator dari teknologi seringkali 'Saya maunya ini' tapi apakah industri bilang cocok? Belum tentu ternyata. Apakah masyarakat butuh? Belum tentu juga," katanya.

"Jadi, sekarang universitas itu bukan lagi hanya teknologi push (dari penelitinya maunya apa) tapi juga di market pull," dia menambahkan.

Itulah butuhnya kolaborasi dengan industri, asosiasi, dengan GAKESLAB Indonesia.

"Informasi itu penting sekali, jadi jangan menyesal di belakang," katanya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.