Sukses

Akhirnya, SMK Mahardhika Gratiskan Siswanya

Setelah diberitakan di media massa, akhirnya pihak Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Mahardhika menggratiskan tunggakkan tiga siswanya yang belum terbayar. Ketiga siswa tersebut Rizky Maulidiyah, Dea Intan Juniartha, dan Dita Eriyanti.

Citizen6, Surabaya: Setelah diberitakan di media massa, akhirnya pihak Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Mahardhika menggratiskan tunggakkan tiga siswanya yang belum terbayar. Ketiga siswa tersebut Rizky Maulidiyah, Dea Intan Juniartha dan Dita Eriyanti. Didampingi " Komunitas Tolong Menolong (KTM), " dua dari siswa tak mampu tersebut datang ke sekolah mereka yang berlokasi di Baratajaya, Rabu (18/7) sekitar pukul 10.30 WIB. Mereka adalah Dea Intan Juniartha yang akrab dipanggil Dea dan Dita Eriyanti yang biasa dipanggil Dita.

Dengan mengenakan pakaian bebas, kedua siswa yang mengambil bidang studi Teknologi Informasi dan Komunikasi ini langsung ditemui Kepala Sekolah Drs. Rachmad Wibowo dan Wakil Kepala Sekolah bagian kurikulum Muhdi Khoirudin. Awalnya, Dea dan Dita sempat menemui kasir sekolah, tapi " ditolak " dengan alasan disuruh terlebih dahulu menghadap kepala sekolah. " Padahal, kami sudah membawa uang untuk membayar tunggakkan Dea dan Dita, " kata Daniel Lukas Rorong, koordinator KTM.

Namun, setelah menemui sang kepsek dan berdiskusi tentang permasalahan yang sebenarnya, akhirnya menemui titik temu. Pihak sekolah membebaskan tunggakkan dari kedua siswa tak mampu tersebut. Mereka dapat membawa pulang ijazahnya tanpa dibebani biaya apapun juga alias gratis. " Dengan syarat, mereka membawa kartu keluarga miskin (gakin) atau Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM), " kata Rachmad.

Dita yang datang bersama Eriawanto ayahnya, kebetulan membawa persyaratan yang diperlukan. Sedangkan Dea harus pulang terlebih dahulu, dikarenakan ketinggalan di rumah. Setelah pihak sekolah mengcopy kartu gakin milik Dita dan SKTM milik Dea, kedua siswa tersebut dapat membawa pulang ijazah serta Surat Keterangan Hasil Ujian Nasional. Suasana haru terlihat ketika sang kepsek menyerahkan langsung ijazah yang mereka idam-idamkan. Bahkan Dea dan Dita saling berpelukan sambil menangis saat ijazah sudah ada ditangan.

Keharuan tak berhenti sampai disitu. Dea dan Dita berlinang air mata saat menerima donasi dari KTM yang diserahkan langsung oleh Daniel Lukas Rorong selaku koordinator. " Tolong diterima dan dimanfaatkan sebaik-baiknya donasi dari teman-teman KTM. Donasi ini bisa kalian gunakan untuk keperluan melamar pekerjaan, membeli pakaian layak untuk bekerja dan akomodasi pada waktu interview panggilam kerja, " pesan Daniel yang juga aktifis sosial ini.

Dijelaskan Daniel, donasi tersebut merupakan hasil sumbangan dari teman-teman Blackberry yang dititipkan melalui KTM. Setelah berhasil " menebus " ijazah Rizky Maulidiyah sehari sebelumnya, Daniel sempat pasang status di BBnya. " Puji TUHAN, tak sedikit dari teman-teman yang ada di contact list BB saya tergerak hatinya dan ikut membantu meringankan beban kedua siswa tak mampu tersebut. Dalam waktu kurang lebih 15 jam, donasi sudah terkumpul Rp. 3,3 juta, " papar Daniel. Dalam status juga menyebutkan bahwa tunggakkan Dea yang belum terbayar sekitar Rp. 1,3 juta dan Dita sendiri masih ada tunggakan sekitar Rp. 2 juta.

Tapi berhubung, pihak sekolah menggratiskan tunggakkan yang belum terbayar tersebut, pihak KTM tetap menyerahkan donasi yang berhasil terkumpul pada kedua Dea dan Dita. Malahan pihak sekolah juga mengembalikan pembayaran dari Rizky Maulidiyah sebesar Rp. 415 ribu yang diterima Daniel, koordinator KTM. " Saya rasa, inti permasalahan dari semua ini hanyalah kurangnya komunikasi antara pihak sekolah dengan orangtua wali murid dan juga siswanya sendiri, " kata Daniel.

Sementara Kepala Sekolah SMK Mahardhika Drs. Rachmad Wibowo berjanji akan membenahi sistem manajemen internalnya. " Sebenarnya, pihak sekolah tidak bermaksud menahan ijazah siswa didik. Dan jujur, bukan hanya sekali ini pihak kami membebaskan tunggakkan siswa yang tidak mampu, " aku Rachmad yang sudah puluhan tahun mengabdi di sekolahan yang berlokasi di kawasan Baratajaya ini.

Dea sendiri, setelah menerima ijazah berusaha mencari dan melamar pekerjaan. " Untuk sementara, saya akan berusaha mendapatkan pekerjaan apapun. Entah itu jadi Sales Promotion Girl (SPG) conter atau apa saja, untuk cari pengalaman dulu. Mudah-mudahan, sebelum Idul Fitri, saya sudah bekerja, " harapnya.

Sementara itu, Dita sendiri sudah bekerja sejak 1 Juli lalu menjadi SPG konter di salah satu Departement Store di Surabaya. " Meski tidak nyambung dengan pendidikan yang saya jalani di bidang multimedia, tapi paling tidak, saya tetap akan berusaha mencari pekerjaan lain yang sesuai dengan keahlian yang saya miliki, " tambahnya. (Pengirim: Daniel Lukas Rorong)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini