Sukses

Mengapa Menebus Resep di Apotek Begitu Lama?

Saat menebus resep di apotek pasti kita pasti pernah merasa lama menunggu obat diserahkan, hingga kita pernah bertanya-tanya

Citizen6, Jakarta Saat menebus resep di apotek pasti kita pernah merasa lama menunggu obat diserahkan, hingga kita bertanya-tanya, apa sih yang dikerjakan petugas apotek? Kenapa lama sekali, kan obatnya tidak diracik? Untuk itu mari kita telusuri tahapan pekerjaan yang dilakukan di apotek.

Pemerintah telah mengatur mengenai pelayanan kefarmasian di apotek. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktik kefarmasian oleh Apoteker. Sedangkan pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.

Setelah menerima resep, Apoteker akan melakukan pengkajian resep atau skrining resep. Dalam tahap ini, apoteker mengkaji resep secara adminsitratif yang meliputi data pasien, data dokter dan tanggal penulisan resep. Kemudian pengkajian secara farmasetik dan klinis atau dari sisi obat yang diresepkan yaitu mengenai bentuk obat, stabilitas obat dan ketercampuran obat. Setelah itu, apoteker mengkaji resep secara klinis apakah dosis dan aturan pakai obat sudah sesuai dengan yang seharusnya, apakah ada kemungkinan duplikasi, polifarmasi (terlalu banyak obat, baik dalam jumlah maupun dosis), efek obat yang tidak diinginkan atau adanya interaksi obat.

Pengkajian resep dilakukan juga untuk menilai apakah obat yang diresepkan sudah sesuai dengan pasien dari segi umur, jenis kelamin dan penyakit sehingga pasien mendapatkan pengobatan yang tepat dan efektif. Jika setelah pengkajian resep ditemukan adanya ketidaksesuaian maka apoteker harus menghubungi dokter penulis resep untuk meminta perubahan atau penggantian dalam resep.

 Setelah tahap pengkajian resep, petugas kasir akan menghitung harga obat serta melihat persediaan obat yang ada. Apabila sudah didapat kesepakatan jumlah dan harga obat yang dibeli dengan pasien, maka dilanjutkan dengan tahap dispensing. Dispensing terdiri dari penyiapan, penyerahan dan pemberian informasi obat.

Tahap dispensing dimulai dengan menyiapkan obat, menghitung kebutuhan jumlah obat lalu mengambil obat yang dibutuhkan pada rak penyimpanan dengan memperhatikan nama obat, tanggal kadaluwarsa dan keadaan fisik obat. Ketika pengambilan obat, petugas apotek harus menulis tanggal pengambilan obat, kode resep, jumlah obat yang diambil dan sisanya di kartu stok setiap obat. Hal ini bertujuan tidak hanya untuk mengetahui stok obat yang ada, juga  untuk memudahkan penelusuran jumlah obat yang diberikan apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan di kemudian hari, seperti adanya kesalahan jumlah obat yang diterima pasien.

Selanjutnya petugas apotek melakukan peracikan obat untuk obat racikan, memberikan etiket (warna putih untuk obat dalam/oral, warna biru untuk obat luar dan suntik, menempelkan label yang dibutuhkan untuk obat-obat tertentu) dan memasukkan obat ke dalam wadah yang tepat dan terpisah untuk obat yang berbeda. Tahap penyiapan obat ini harus dilakukan dengan tepat dan sesuai dengan resep untuk menjaga mutu obat dan menghindari penggunaan yang
salah.

Setelah penyiapan obat dilakukan tahap penyerahan obat, tetapi sebelum obat diserahkan kepada pasien, apoteker harus melakukan pemeriksaan kembali terkait penulisan nama pasien pada etiket, cara penggunaan serta jenis dan jumlah obat (kesesuaian antara penulisan etiket dengan resep) dan memeriksa ulang identitas dan alamat pasien. Kemudian apoteker menyerahkan obat yang disertai dengan pemberian informasi obat.Informasi yang diberikan antara lain informasi cara penggunaan obat dan hal-hal yang terkait dengan obat, antara lain manfaat obat, makanan dan minuman yang harus dihindari, kemungkinan efek samping, cara penyimpanan obat dan lain-lain.

Melihat tahapan-tahapan di atas, tentunya kita dapat melihat bahwa menyiapkan obat bukanlah hal yang bisa dilakukan dengan cepat dan sembarang. Tidak pula dapat kita samakan dengan seperti mengambil barang di swalayan. Dibutuhkan kehati-hatian dan ketelitian dari setiap petugas, sehingga pasien bisa mendapatkan obat yang tepat dan sesuai yang akan menghasilkan efektifitas pengobatan.

Penulis:

Nazmi Usman

**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini