Sukses

Memanfaatkan Kecerdasan Buatan dalam Membantu Kinerja Jurnalis

Berdasarkan survei yang dirilis London School of Economics (LSE) terhadap 40 lebih perusahaan media di seluruh dunia, 85 persen dari mereka sudah menggunakan AI untuk menunjang kinerja jurnalistik.

Liputan6.com, Jakarta - Perkembangan teknologi artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan mulai merambah ke berbagai sektor, tak terkecuali industri media dan jurnalistik. Chief Content Officer KapanLagi Youniverse, Wenseslaus Manggut menyebut, penggunaan AI tidak bisa dilepaskan dalam industri media massa.

Menurut Wens, berdasarkan survei yang dirilis London School of Economics (LSE) terhadap 40 lebih perusahaan media di seluruh dunia, 85 persen dari mereka sudah menggunakan AI untuk menunjang kinerja jurnalistik.

"Jadi 85 persen orang di-profesi jurnalistik sudah pakai, kalau kami enggak pakai berarti kami minoritas," kata Wens dalam acara Liputan6.com Update bertajuk "Bertahan di Era AI, Beradaptasi atau Mati" yang digelar secara daring, Jumat (28/6/2024).

Wens berpendapat, penggunaan AI ini bisa membantu kinerja jurnalis dalam memproduksi berita. Dengan menggunakan AI, kata dia, jurnalis jadi lebih efisien dan terbantu dalam hal produktifitas.

"Ini jadi kesempatan kami untuk membuat konten jurnalisme berkualitas, karena perkara volume ini bisa diambil alih oleh AI," ungkap Wens.

Ia menyebut bahwa 60 sampai 70 persen berita yang ditayangkan media mainstream saat ini memiliki sudut pandang yang sama. Sebab, berita-berita tersebut bersumber dari sumber yang sama. Wens menilai, AI bisa membantu jurnalis dalam membuat berita-berita semacam itu.

"Dengan kehadiran AI ini, itu justru memberi keleluasaan kepada jurnalis. Karena kami dikejar oleh volume, jadi volume bisa dibantu dengan AI. Jurnalis reportase ke lapangan. Kami bekerja untuk konten yang lebih bagus," tambah dia.

Wens menjelaskan, KapanLagi Youniverse sudah menggunakan AI untuk menunjang kinerja jurnalistik. Meski sudah menggunakan AI, Wens menegaskan bahwa konten yang dibantu dengan AI tetap memperhatikan keakuratan data dan kode etik jurnalistik.

"Kami tetap memperhatikan roh dasar jurnalismenya," tegas Wens.

Hal yang sama juga disampaikan Redaktur Eksekutif Liputan6.com, Reden Trimutia Hatta. Ia mengatakan, AI cukup membantu kinerja jurnalis dalam memproduksi konten, termasuk berita video dan teks.

Contohnya, berita video dengan menggunakan news anchor atau pembawa berita yang dibuat tools AI. Sedangkan untuk teks, AI bisa membantu dalam pengumpulan data dan pemilihan judul yang ramah SEO. 

"Dari sejumlah percobaan, yang kami temukan dengan penggunaan promt yang tepat, AI bisa mengumpulkan data-data dari sumber resmi dengan sangat cepat. Tools AI apapun ketika kita menggunakan promt yang tepat, detail, hasilnya juga akan sesuai harapan. Begitu juga sebaliknya," tambah Trimutia.

Meski sudah menerapkan AI, Trimutia memastikan, Liputan6.com tetap memiliki kebijakan untuk mengecek kembali data-data dari konten yang dibantu dibuat oleh AI. Hal ini untuk mencegah misinformasi pada setiap konten.

"Dari pengecekan ini terlihat peran jurnalis tidak akan pernah digantikan oleh AI. Walaupun menggunakan AI, jurnalis tetap mengecek terhadap hasil yang ditampilkan AI," kata dia. 

 

2 dari 2 halaman

Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Melawan hoaks sama saja melawan pembodohan. Itu yang mendasari kami membuat Kanal Cek Fakta Liputan6.com pada 2018 dan hingga kini aktif memberikan literasi media pada masyarakat luas.

Sejak 2 Juli 2018, Cek Fakta Liputan6.com bergabung dalam International Fact Checking Network (IFCN) dan menjadi patner Facebook. Kami juga bagian dari inisiatif cekfakta.com. Kerja sama dengan pihak manapun, tak akan mempengaruhi independensi kami.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan di email cekfakta.liputan6@kly.id.

Ingin lebih cepat mendapat jawaban? Hubungi Chatbot WhatsApp Liputan6 Cek Fakta di 0811-9787-670 atau klik tautan berikut ini.

Video Terkini