Sukses

Bola Ganjil: Prinsip Herbert Prohaska, Pemain Terbaik Austria Sepanjang Masa

Simak kisah Herbert Prohaska, pemain yang terbaik Austria sepanjang masa.

Liputan6.com, Jakarta - Jauh sebelum Andi Herzog, Toni Polster, Andreas Ivanschitz, Christian Fuchs, Marko Arnautovic, hingga David Alaba yang baru saja membantu Bayern Munchen juara Liga Champions 2019/2020, Austria memiliki Herbert Prohaska.

Namanya jarang terdengar. Padahal Prohaska berstatus pemain terbaik Austria sepanjang sejarah.

Lahir di WIna pada 1955, Prohaska mulai menekuni sepak bola pada usia sembilan tahun. Dia mengasah kemampuan di klub lokal Vorwarts XI dan SC Ostbahn, sebelum bergabung dengan klub terbesar Austria Vienna pada 1972.

Debut di umur 16 tahun, Prohaska perlahan menahbiskan diri sebagai bagian penting. Tidak hanya di klub, dia juga membantu timnas lolos ke Piala Dunia 1978 demi mengakhiri penantian 20 tahun. Prohaska mencetak gol penentu kemenangan 1-0 atas Turki yang berbuah tiket turnamen utama.

Di sana Austria mampu melangkah ke fase grup putaran kedua. Namun, setelah dipastikan gagal mencapai semifinal, mereka justru mencatat hasil historis di laga tidak menentukan.

Austria menaklukkan juara bertahan Jerman Barat 3-2, yang kala itu membutuhkan hasil imbang untuk menembus 4 besar. Kemenangan ini merupakan hasil positif pertama mereka atas tetangga dalam 47 tahun.

Sebagai bagian tim tersebut, legenda Prohaska semakin besar. Permainannya juga terus berkembang. Kualitas dribel dan visi dalam mengirim umpan membuatnya mudah melukai lawan.

Prohaska pun berkembang melampaui sepak bola Austria. Maka ketika Serie A Italia membuka pintu bagi pemain asing pada 1980, dia tidak bisa menolak pinangan Inter Milan.

Selama delapan tahun membela Austria Vienna, Prohaska mencetak 62 gol dalam 259 pertandingan serta memenangkan tiga gelar liga dan empat titel piala domestik.

Saksikan Video Sepak Bola Austria Berikut Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Mengibarkan Inter Milan

Prohaska tampil baik selama dua musim memperkuat I Nerazzurri dan mempersembahkan gelar Coppa Italia. Salah satu momen terbaik lainnya bersama klub adalah perannya ketika membuat rival sekota AC Milan nestapa.

Dia mencetak gol ke gawang I Rossoneri dan membantu Inter Milan berjaya jelang berakhirnya kompetisi. Hasil itu menambah keterpurukan AC Milan hingga terdegradasi pada 1981/1982.

Selepas Inter Milan, Prohaska kembali membela Austria di Piala Dunia. Sayang, dia gagal membawa negara melampaui capaian edisi sebelumnya. Mereka tetap terhenti di 8 besar.

Tidak ada juga kesan positif. Yang ada Austria bermain mata dengan Jerman Barat pada partai pamungkas fase grup putaran pertama. Mereka tumbang 0-3 sehingga membuat kedua negara lolos ke putaran selanjutnya.

3 dari 5 halaman

Rebut Scudetto

Kembali ke Italia, Prohaska pergi ke AS Roma. Dia kemudian menjadi keping pelengkap pada lini tengah yang berisi Carlo Ancelotti, Paulo Roberto Falcao, dan Agostino Di Bartolomei.

Statistik menunjukkan besarnya peran Prohaska bagi I Giallorossi. Dalam 26 penampilan bersamanya, AS Roma hanya kalah dua kali. Dia pun membantu klub meraih Scudetto pertama setelah menunggu 41 tahun.

Sayang Prohaska hanya setahun di AS Roma. Selepas kepergiannya, I Giallorossi mencapai final Piala Champions dan mengakhiri Serie A di urutan dua, serta memenangkan Coppa Italia. Jika Prohaska masih bertahan, bisa jadi AS Roma menjuarai ketiga ajang tersebut.

4 dari 5 halaman

Pulang Kampung

Yang bersangkutan sendiri memutuskan pulang ke Austria Vienna. Dia langsung meninggalkan kesan mendalam pada musim pertamanya kembali dengan membantu tim menyingkirkan Inter Milan di Piala UEFA.

Prohaska lalu membantu tim kembali mendominasi sepak bola lokal dan mencapai perempat final Piala Champions 1984/1985.

Sampai akhirnya kontribusinya berkurang seiring bertambahnya usia. Prohaska gantung sepatu pada 1989.

5 dari 5 halaman

Pemain Terbaik

Pada UEFA Jubilee Awards tahun 2004, Prohaska dianugerahi gelar Pemain Terbaik Austria Abad Ini. Dalam kesempatan itu, dia mengaku tidak pernah bermimpi memenangkan penghargaan tersebut. Prohaska mengklaim lebih berambisi menjadi juara dunia bersama Austria atau membawa Austria Vienna berjaya di Eropa.

Komentar tersebut menunjukkan karakter Prohaska sebenarnya. Dia berusaha meningkatkan kualitas tim walau akibatnya namanya jadi tidak terekspos. Suatu prinsip yang sudah dia tunjukkan sepanjang kariernya. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.