Sukses

Kenapa Diet Keto Tak Disarankan untuk Atlet?

Diet keto belakangan ini sangat ramai diperbincangkan, tapi amankah untuk para atlet?

Liputan6.com, Jakarta Sebuah studi menemukan diet keto ternyata tidak cocok diterapkan bagi para atlet. Sebab, diet dengan prinsip rendah asupan karbohidrat, tapi tinggi asupan lemak berbahaya bagi kesehatan tulang. 

Peneliti mengikuti aktivitas atlet selama beberapa minggu menjalani latihan berat, hingga menemukan para atlet yang mengikuti diet ketogenik mengembangkan indikasi gejala awal keropos tulang.

"Diet keto yang ramai diperbincangkan ini memang 90 persen kalorinya berasal dari lemak. Jika mengikuti diet ketogenik dengan rutin, tubuh akan membentuk ulang proses metabolismenya," kata peneliti, mengutip Nytimes.

Awalnya, metabolisme tubuh mengubah karbohidrat menjadi sumber energi. Tapi bagi yang mengikut diet ketogenik, tubuh mereka akan segera membakar sisa karbohidrat yang tersimpan dan mengandalkan lemak sebagai sumber energi.

Sedangkan lemak harus dipecah terlebih dulu dan organ hati melepaskan zat keton untuk dapat mengubah lemak menjadi energi.

Kebanyakan pengikut diet keto mengharapkan menurunkan berat badan, mengontrol gula darah atau menjaga kesehatan mereka. Dan bagi para atlet yang mengikuti diet keto mengharapkan peningkatan ketahanan fisik, karena faktanya pembakaran lemak lebih lama dan lebih tahan lama daripada karbohidrat.

Beberapa studi telah mengemukakan dampak diet keto terhadap perubahan metabolisme tulang. Anak-anak yang menderita epilepsi (kejang) yang mengikuti diet keto untuk mengontrol kondisi mereka cenderung memiliki kepadatan tulang yang rendah. Sedangkan bagi para atlet, mengikuti diet keto sehari-dua hari tanpa karbohidrat dapat mengubah kadar darah pada tulang.

 

Saksikan juga video menarik di bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Diet keto mempengaruhi tulang

Tulang merupakan jaringan aktif yang sedikit demi sedikit berkurang dan membentuk ulang sendirinya sesuai dengan bagaimana kita ingin membentuknya. Inilah mengapa para peneliti memeriksa kadar zat tertentu (yang terkait dengan kerusakan, pembangunan kembali dan metabolisme keseluruhan tulang) dalam darah para atlet.

Berdasarkan studi terbaru yang dirilis di Frontiers in Endocrinology edisi Januari, para peneliti Australia menemukan perbedaan kepadatan tulang pada atlet yang mengikuti diet keto dengan yang tidak. Tanda-tanda keropos tulang lebih banyak ditemukan pada diet keto, mengutip dari NYTimes.

Namun Louise Burke, kepala nutrisi olahraga di Australian Institute of Sport di Canberra dan salah satu penulis utama studi baru, mengungkapkan hubungan tulang dengan pola makan masih belum jelas.

"Kami percaya bahwa diet keto dapat memengaruhi metabolisme tulang karena efek perubahan drastis pada ketersediaan karbohidrat pada hormon-hormon tertentu, bersama dengan faktor-faktor lain," katanya. Sehingga masih memerlukan studi lebih lanjut.

 

3 dari 3 halaman

Efek Jangka Panjang Ditelusuri

Tetapi penelitian ini memang mengingatkan kita bahwa interaksi nutrisi dan olahraga itu rumit dan kita belum sepenuhnya memahami implikasinya bagi kesehatan kita.

Dr. Burke dan temannya berencana untuk mempelajari efek jangka panjang dari diet ketogenik dan olahraga dalam studi selanjutnya.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.