Sukses

Produsen Otomotif RI Siap Hadapi Perdagangan Bebas Asean

Industri otomotif Indonesia siap menghadapi persaingan dengan prodouk otomotif asal negara di kawasan Asia Tenggara lainnya hadapi MEA 2015.

Jelang bergulirnya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada 2015 mendatang, industri otomotif yang ada di dalam negeri menyatakan siap menghadapi persaingan dengan produk-produk otomotif asal negara di kawasan Asia Tenggara lainnya.

Para produsen otomotif ini bahkan telah siap jika ada ketentuan soal mesin hingga mampu menghasilkan emisi gas buang berstandar Euro 4 yang telah diterapkan di negara-negara maju. Produsen malah mempertanyakan kesiapan pemerintah untuk mendukung para pelaku industri otomotif dalam hal tersebut.

"Tidak masalah, kalau industri itu kan sudah siap, mau Euro 4 pun kita siap. Kan yang tidak ada itu BBM yang khusus untuk spesifikasi jenis itu jadi kita belum tidak bisa Euro 4. Kalau kita tidak masalah," ujar Sekretaris Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo),  Noegardjito di Bandung, Jawa Barat, seperti ditulis Senin (9/12/2013).

Dia juga mengatakan, pelaku industri dalam negeri sendiri tidak terlalu khawatir dengan kemampuan negara-negara tetangga untuk memproduksi mobil berskala mewah karena telah ada produsen otomotif yang menanamkan investasinya di negara tersebut seperti Thailand.

Hal tersebut lantaran dia yakin Indonesia dapat mengimbangin dengan produksi dengan mobil jenis yang juga memiliki permintaan yang cukup banyak.

"Kalau saya untuk pick up dan bis kita cukup kuat. Jadi praktis tidak ada masalah. Untuk MPV juga cukup kuat, kecuali MPV mewah seperti Alphard itu sulit. Tetapi kalau sedan seperti Mercedes Benz, BMW, Suzuki sudah ada, nanti Toyota juga mau buat sedan di sini," tutur Noegardjito.

Sementara itu, untuk ketersediaan komponen kendaraan, Noegardjito juga mengaku tidak khawatir. Justru dengan adanya MEA ini, produsen di Indonesia dipermudah untuk mengimpor komponen asal negera lain.  Namun dia yakin para produsen akan mengutamakan komponen asal dalam negeri dibanding dari negara tetangga.

"Kalau nanti MEA, komponen dari negara-negara ASEAN harus 40%, bukan Indonesian content saja. Jadi bisa Indonesia 20%, Thailand 10% Malaysia 10%, tetapi yang asal Indonesia jelas harus diatas itu," tandasnya. (Dny/Ahm)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.