Sukses

Butuh 3.000 Ahli Tekstil, RI Baru Punya 3 Sekolah

Peningkatan investasi di sektor industri di Indonesia, belum diikuti dengan peningkatan sumber daya manusia (SDM).

Peningkatan investasi di sektor industri di Indonesia, tidak diikuti dengan peningkatan sumber daya manusia (SDM). Hal ini terjadi karena masih minimnya lembaga pendidikan yang berbasis industri.

Direktur Industri Tekstil dan Aneka Direktorat Jenderal Basis Industri Manufaktur Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Ramon Bangun menyebutkan hingga kini Indonesia baru mempunyai 3 sekolah tekstil.

Padahal kebutuhan perguruan tinggi pencetak tenaga ahli bagi sektor tekstil dan produk tekstil (TPT) masih besar.

"Indonesia baru mempunyai 2 perguruan tinggi swasta di bidang TPT dan 1 dimiliki Kemenperin. Mesin-mesin TPT sudah memakai sistem teknologi yang tinggi dan Indonesia membutuhkan lebih dari 1.000 tenaga ahli," ujar dia di Purwakarta, Jawa Barat, Senin (23/9/2012).

Menurut dia, saat ini total kebutuhan tenaga ahli di sektor TPT mencapai 30 ribu orang. Sebab itu, pemerintah terus memulai pelatihan untuk meningkatkan kapasitas tenaga kerja dalam bidang industri ini. Hal ini dibuktikan dengan pelatihan-pelatihan yang dilakukan sejak 2012.

"Tahun lalu, pemerintah telah melatih 5.100 tenaga kerja untuk tekstil dan banyak perusahaan yang siap untuk menampung. Tahun ini, kami melatih 2.000 orang dan di Jawa Tengah butuh 20 ribu orang, total seluruh Indonesia butuh 30 ribu orang tenaga ahli di bidang TPT," lanjut dia.

Sementara itu, Wakil Menteri Perindustrian (Wamenperin) Alex Retraubun mengharapkan lebih banyak lembaga pendidikan berbasis industri guna menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015. Hal ini ditujukan agar masyarakat Indonesia memiliki daya saing untuk menciptakan produk-produk industri.

"Saat ini kita menginginkan SDM industri yang berstandar utk menghadapi MEA 2015. Maka diharapkan semakin banyak pendidikan berbasis industri," tutur dia.

Dia mengatakan, Indonesia sebenarnya telah menghabiskan uang triliunan rupiah di semua kementerian untuk membicarakan pendidikan ini. Sayang, hasilnya belum bisa dirasakan sebagian besar masyarakat. "Kita hanya lebih banyak hit and run, membahas tetapi tidak ada apa-apa," tandas dia. (Dny/Nur)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini