Sukses

Kisah Robert Francis Prevost, Perjalanan Paus Baru Terpilih dari Chicago hingga Vatikan

Dari Chicago hingga Vatikan: Kisah Robert Francis Prevost, Paus Leo XIV, pemimpin Gereja Katolik pertama dari Amerika Serikat yang mendedikasikan hidupnya untuk membangun jembatan dialog dan perdamaian.

Diperbarui 09 Mei 2025, 15:45 WIB Diterbitkan 09 Mei 2025, 15:45 WIB

Liputan6.com, Jakarta - Dunia menyaksikan sejarah baru terukir pada 8 Mei 2025. Kardinal Robert Francis Prevost, seorang uskup agung asal Chicago, Illinois, Amerika Serikat, terpilih sebagai Paus ke-267.

Ia pun mengambil nama kepausan Leo XIV, menandai tonggak sejarah sebagai Paus pertama yang berasal dari Amerika Serikat (AS).

Robert Francis Prevost, yang lahir di Chicago pada 14 September 1955, memiliki darah campuran Prancis, Italia, dan Spanyol.Ia memiliki dua saudara laki-laki yakni Louis Martin dan John Joseph. Ia menghabiskan masa kecil dan remajanya bersama keluarganya dan belajar pertama kali di Seminari Menengah Para Bapa Augustinian.

Dari pendidikan di Seminari Kecil para Pastor Agustinian dan Universitas Villanova, hingga menjadi misionaris di Peru, setiap langkahnya menorehkan jejak pelayanan yang mendalam.

 

Pendidikan formal Robert Prevost dimulai di Seminari Kecil para Pastor Agustinian, kemudian dilanjutkan di Universitas Villanova, Pennsylvania, tempat ia meraih gelar sarjana Matematika dan belajar filsafat pada 1977. 

Pada 1 September tahun yang sama, Prevost masuk novisiat Ordo Santo Agustinus (O.S.A.) di Saint Louis, di Our Lady of Good Counsel Chicago, dan mengucapkan kaul pertamanya pada 2 September 1978. Pada 29 Agustus 1981, ia mengucapkan kaul khidmatnya.

Paus baru terpilih itu menerima pendidikan teologinya di the Catholic Theological Union di Chicago. Pada usia 27 tahun, ia dikirim oleh atasannya ke Roma untuk mempelajari Hukum Kanon di Pontifical University of Saint Thomas Aquinas (Angelicum).

Di Roma, ia ditahbiskan sebagai imam pada 19 Juni 1982, di Kolese Agustinian Santa Monica oleh Uskup Agung Jean Jadot, yang saat itu menjabat sebagai wakil presiden Sekretariat untuk Non-Kristen, yang kemudian menjadi Dewan Kepausan untuk Dialog Antaragama dan kemudian Departemen untuk Dialog Antaragama.

Sebelum terpilih sebagai Paus, Prevost telah menorehkan prestasi gemilang dalam karier gerejawi. Paus Fransiskus mengangkatnya menjadi Uskup pada 2015 dan Kardinal pada 2023.

Sebagai Prefek Dikasteri untuk Uskup dan Presiden Komisi Kepausan untuk Amerika Latin, ia berperan penting dalam pemilihan uskup baru dan kunjungan apostolik Paus. 

2 dari 3 halaman

Jadi Misionaris di Peru

Setelah itu, ia mengabdikan diri sebagai misionaris di Peru selama bertahun-tahun, memimpin seminari Agustinian di Trujillo dan menjabat sebagai administrator apostolik Keuskupan Chiclayo. 

Ia kembali berkala ke AS untuk melayani sebagai pastor dan kepala biara di kota asalnya. Prevost juga dikenal sebagai tokoh yang bekerja dengan masyarakat terpinggirkan. Ia menghabiskan 10 tahun sebagai pastor paroki setempat dan sebagai guru di sebuah seminari di Trujilo di Peru Barat Laut.

Dalam kata-kata pertamanya sebagai Paus, Leo XIV berbicara dengan penuh kasih tentang pendahulunya, Fransiskus. "Kita masih mendengar di telinga kita suara Paus Fransiskus yang lemah namun selalu berani, yang memberkati kita," ujar dia.

"Bersatu dan bergandengan tangan dengan Tuhan, mari kita maju bersama," katanya kepada orang banyak yang bersorak, seperti dikutip dari BBC.

Ia juga berbicara tentang perannya dalam Ordo Agustinian. Ia berusia 30 tahun ketika pindah ke Peru sebagai bagian dari misi Agustinian.

Fransiskus mengangkatnya sebagai Uskup Chiclayo di Peru setahun setelah menjadi Paus.

Ia dikenal baik oleh para kardinal karena perannya yang menonjol sebagai prefek Dikasteri untuk Para Uskup di Amerika Latin yang memiliki tugas penting untuk memilih dan mengawasi para uskup.

Ia menjadi uskup agung pada saat yang sama pada Januari 2023 dan dalam beberapa bulan Fransiskus mengangkatnya menjadi kardinal. Karena 80% kardinal yang ikut serta dalam konklaf ditunjuk oleh Fransiskus, tidak mengherankan jika seseorang seperti Prevost terpilih, meskipun ia baru saja ditunjuk.

 

3 dari 3 halaman

Pesan Perdamaian Paus Leo XIV

Pemilihannya sebagai Paus Leo XIV bukan hanya momen bersejarah bagi Amerika Serikat, tetapi juga bagi seluruh dunia. Ia menjadi Paus pertama dari ordo Agustinian, dan Paus kedua dari Amerika setelah Paus Fransiskus, tetapi kali ini dari Amerika Utara.

Dalam pidato pertamanya setelah terpilih, Paus Leo XIV menyampaikan pesan yang kuat dan penuh harapan. Ia menekankan pentingnya membangun jembatan melalui dialog dan pertemuan untuk mencapai persatuan dan perdamaian. Pesan ini mencerminkan komitmennya untuk memimpin Gereja Katolik dengan pendekatan inklusif dan penuh kasih.

Pemilihan Paus Leo XIV disambut dengan antusiasme dan ucapan selamat dari berbagai pemimpin dunia, termasuk Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Hal ini menunjukkan pengakuan internasional atas kepemimpinannya dan harapan besar terhadap kepemimpinannya di masa depan.

Paus Leo XIV, dengan latar belakangnya yang kaya dan pengalamannya yang luas, diharapkan mampu memimpin Gereja Katolik menghadapi tantangan zaman modern. Komitmennya pada dialog dan perdamaian menjadi sebuah harapan baru bagi umat Katolik di seluruh dunia.

Kepemimpinan Paus Leo XIV diharapkan mampu membawa perubahan positif bagi Gereja Katolik dan dunia.

Paus Leo XIV, dengan latar belakangnya yang kaya dan pengalamannya yang luas, diharapkan mampu memimpin Gereja Katolik menghadapi tantangan zaman modern. Komitmennya pada dialog dan perdamaian menjadi sebuah harapan baru bagi umat Katolik di seluruh dunia.

 

EnamPlus