Sukses

Tekan Emisi Karbon Bandara Soekarno Hatta, InJourney Kenalkan Green Airport

InJourney Airports, kenalkan konsep Green Airport, kepada masyarakat luas di Terminal 3 Bandara Internasional Soekarno Hatta. Terlihat, di dalam terminal tersebut ditanami tanaman serba hijau di setiap sudut ruangannya.

Liputan6.com, Jakarta - Angkasa Pura Indonesia (InJourney Airports) mulai mengaplikasikan dan memperkenalkan konsep Green Airport kepada masyarakat luas. Salah satu wujud konsep Green Airport tersebut adalah diwujudkan melalui di setiap sudut ruangan Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta dipenuhi tanaman serba hijau.

Konsep ini dikenalkan setelah adanya peleburan Angkasa Pura I dan Angkasa Pura II dalam Angkasa Pura Indonesia yang berada di bawah naungan InJourney. Perusahaan ini memperkenalkan konsep baru bandara di Indonesia yang diklaim dapat menyeimbangi polusi udara yang dihasilkan dari pesawat.

Konsep Green Airport mulai dikenalkan melalui Bandara Soekarno Hatta karena bandara ini termasuk paling sibuk di dunia. InJourney akan berusaha menekan emisi karbon di kawasan Bandara Soetta.

Perkenalan konsep tersebut di Terminal 3 Keberangkatan Bandara Soekarno Hatta. Terdapat berbagai macam pameran di dalamnya. Seperti karya desainer lokal merk Sejauh Mata Memandang, dimana setiap pembelian produk pakaiannya sama saja dengan menyumbang satu bibit pohon untuk menunjang penghijauan di hutan Indonesia.

Juga ada karya seni instalasi menyerupai bumi, dimana di dalamnya ada peta Indonesia, yang keseluruhannya dibuat dari bambu dan juga sisa kain batik hasil karya Sejauh Mata Memandang.

Direktur Komersial InJourney Airport Rizal Pahlevi mengatakan, Bandara Soekarno-Hatta terpilih menjadi penerapan pertama konsep Green Airport setelah sebelumnya memiliki road map menuju kawasan hijau di area bandar udara.

"Dua perusahaan ini bergabung dan berkomitmen membangun ESG (Enviromental, Social, dan Governance), green action itu harus lebih serius, Cengkareng (Bandara Soetta) sendiri punya road map," katanya dikutip Kamis (12/8/2024).

 

2 dari 4 halaman

Langkah Menekan Emisi Karbon

Lanjut dia, di bawah naungan InJourney, Bandara memang difokuskan untuk bisa menjadi Green Airport, lantaran memang emisi karbon yang dihasilkan oleh pesawat terbang sangat besar. Sehingga, untuk menyeimbangkannya, berbagai cara harus dilakukan.

"Perusahaan keren enggak ngomong soal laba lagi, tapi kepedulian lingkungan, tata kelola, kita pengen seperti ini. Jadi program ini harus berkelanjutan, ujungnya kita nanti enggak sekedar wacana," ujarnya.

Bandara Soetta, sebelumnya pun telah menerapkan beberapa langkah untuk menekan emisi karbon. Mulai dari pengurangan penggunaan listrik, tenant yang tidak diperkenankan kembali menggunakan plastik kemasan, meminimalisir kendaraan beremisi karbon dan beralih ke kendaraan listrik, hingga penanaman pohon di lahan seluas 5.000 meter persegi.

"Seperti tenant kita sudah tidak boleh pakai plastik, kami jargonkan 'no plastic fantastic', lalu mengurangi kendaraan yang menggunakan energi fosil seperti bensin, solar dan beralih ke listrik, termasuk taksi dan ada penanaman pohon juga. Sehingga, konsep Green Airport ini nantinya bisa diterapkan menyeluruh," ungkapnya.

Lalu, InJourney juga ikut menanam pohon di atas 5 hektar hutan lindung di Aceh. Setidaknya, akan ditanami lebih dari 1.385 pohon di sana.

3 dari 4 halaman

Angkasa Pura Indonesia Jadi Pengelola Bandara Terbesar Kelima Dunia

Sebelumnya, PT Angkasa Pura I (AP I) dan PT Angkasa Pura (II) resmi berganung pada Senin (9/9/2024). Entitas baru gabungan kedua BUMN ini adalah PT Angkasa Pura Indonesia (Injourney Airports). Penggabungan usaha ini disaksikan langsung oleh Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir.

Direktur Utama PT Aviasi Pariwisata Indonesia (Persero) atau InJourney, Dony Oskaria mengatakan setelah merger PT Angkasa Pura Indonesia resmi menjadi operator bandar udara terbesar nomor lima dunia.

"Pasca merger, tepat di hari ini kita menjadi operator airport nomor 5 terbesar di dunia," kata Dony dalam  acara Konferensi Pers di Kantor Pusat Injourney Sarinah, Jakarta, Senin (9/9/2024).

Dony menyebut, proses untuk menyatukan PT Angkasa Pura I dan PT Angkasa Pura II tidak mudah karena banyak terdapat perbedaan bisnis diantara keduanya. Misalnya perbedaan kebijakan operasional bisnis bandara hingga sistem rekrutmen pegawai.

Kesulitan lainnya, pelaksanan proses merger ini juga diharuskan untuk tidak mengganggu operasional kedua bandar udara demikian kenyamanan penumpang. Dengan ini, diperlukan waktu hingga sembilan bulan untuk menyelesaikan proses penggabungan usaha sejak dimulai pada Desember 2023 lalu.

"Dan Alhamdulillah proses merger ini sudah selesai, termasuk di dalamnya kami menyelesaikan 69 aturan yang untuk supaya sesuai dengan aturan yang berlaku," beber dia.

 

4 dari 4 halaman

Bisnis Non-Aero

Ke depan, PT Angkasa Pura Indonesia difokuskan untuk meningkatkan pendapatan di luar sektor non-aeronautika (non-aero). Salah satu strategi untuk memacu bisnis non aero adalah memanfaatkan lahan-lahan yang menganggur di seputar kawasan bandara agar menjadi optimal.

"Kita menyadari  pendapatan kita masih didominasi oleh aero. Tapi, tahun ini kita berhasil memberikan kontribusi yang cukup signifikan, kita growth sebesar 49 persen ini satu pencapaian yang cukup baik, tentu saja dan harapan kita di depan bawah pengelolaan bandara kita lebih  baik," tandas dia.

Video Terkini