Sukses

Lagi-lagi Harga Emas Dunia Cetak Rekor Tertinggi sepanjang Sejarah

Harga emas cenderung memiliki hubungan terbalik dengan suku bunga. Ketika suku bunga turun, emas menjadi lebih menarik dibandingkan dengan aset pendapatan tetap seperti obligasi.

Liputan6.com, Jakarta - Harga emas dunia menguat dan kembali mencetak level tertinggi sepanjang masa pada perdagangan hari Senin. Pendorong kenaikan harga emas dunia ini karena ekspektasi penurunan suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed) dan daya tarik logam mulia ini sebagai aset save haven.

Mengutip CNBC, Selasa (2/4/2024). harga emas di pasar spot naik 0,3% dan diperdagangkan pada level USD 2.240,04 per ounce. Sedangkan harga emas berjangka AS naik 0,8% menjadi USD 2.257.10 per ounce.

Harga logam mulia ini mencapai level tertinggi di angka USD 2.286,4 per ounce.

“Saya pikir ini adalah momen yang sangat menarik untuk emas,” kata analis pasar World Gold Council, Joseph Cavatoni kepada CNBC.

 

“Apa yang sebenarnya mendorong hal ini adalah menurut saya, banyak spekulan pasar yang benar-benar mendapatkan kepercayaan dan kenyamanan [dalam] pemotongan suku bunga The Fed,” katanya.

 

Para analis dan pengamat memperkirakan the Fed akan memangkas suku bunga pada bulan Juni.

Berdasarkan data yang dirilis pada Jumat lalu, pengukur inflasi utama The Fed untuk Februari naik 2,8% YoY. Kemungkinan akan membuat bank sentral AS menahan diri sebelum dapat mulai mempertimbangkan penurunan suku bunga.

The Fed tetap mempertahankan suku bunga pada akhir pertemuan bulan Maret kemarin. Namun tetap bertahan pada perkiraan penurunan suku bunga sebanyak tiga kali pada tahun ini.

Harga emas cenderung memiliki hubungan terbalik dengan suku bunga. Ketika suku bunga turun, emas menjadi lebih menarik dibandingkan dengan aset pendapatan tetap seperti obligasi, yang akan memberikan imbal hasil yang lebih lemah di lingkungan dengan suku bunga rendah.

Harga Emas Batangan

Manajer portofolio di perusahaan manajemen investasi Gabelli Funds Caesar Bryan mengatakan, harga emas batangan menguat karena permintaan luar negeri yang melambung.

“Di Tiongkok, investor swasta tertarik pada emas karena kinerja sektor real estate yang buruk,” kata Bryan, seraya menambahkan bahwa perekonomian Tiongkok secara umum masih lemah dan pasar saham serta mata uangnya tidak berkinerja baik.

Reli emas sejauh ini dipicu oleh kuatnya pembelian dari bank sentral dunia dalam upaya mendiversifikasi portofolio cadangan karena risiko geopolitik, inflasi domestik, dan melemahnya dolar AS, kata Cavatoni dari World Gold Council.

“Dasar yang sangat kuat bagi mereka untuk terus membeli. Tetapi mari kita lihat apakah jumlah mereka akan terus meningkat dan bertahan lama,” tambahnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Harga Emas Dunia Masih Perkasa, Bagaimana Prediksinya di Awal April 2024?

Sebelumnya, harga emas terus melonjak dan tidak dapat dihentikan karena mencatat kinerja sangat baik dengan menutup bulan dan kuartal mendekati rekor tertinggi, jauh di atas USD 2.200 per ounce.

Para analis mencatat bahwa kinerja emas pada Kamis, 28 Maret 2024 yang mengakhiri minggu perdagangan yang dipersingkat menjelang akhir pekan panjang Paskah, lebih mengesankan jika dibandingkan dengan Indeks dolar AS, yang diperdagangkan mendekati level tertinggi enam minggu di atas 104 poin.

Harga emas terakhir diperdagangkan di kisaran USD 2.241 per ounce, naik 2,7% dari minggu lalu. Untuk bulan ini, emas naik 9%, dan untuk kuartal ini, logam mulia naik 8%.

Dorongan emas lebih lanjut ke wilayah langit biru juga terjadi menjelang data inflasi yang penting. Meskipun pasar tutup pada hari Paskah, namun hari tersebut bukan merupakan hari libur pemerintah, sehingga Biro Analisis Ekonomi AS akan merilis Indeks Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE). Menurut perkiraan konsensus, para ekonom memperkirakan inflasi akan meningkat 0,3% di bulan Februari.

Prediksi Analis

Beberapa analis mengatakan bahwa emas menarik momentum baru karena ancaman inflasi tidak sebesar sebelumnya. Pekan lalu Federal Reserve memberi isyarat mereka masih memperkirakan tiga kali penurunan suku bunga tahun ini meskipun mereka melihat inflasi bertahan di atas target 2%.

Analis Pasar Senior di Barchart, Darin Newsom mengatakan reli emas adalah sinyal bahwa investor khawatir bahwa Federal Reserve tidak akan mampu mengendalikan inflasi karena mulai menurunkan suku bunga.

“Ketakutan geopolitik masih ada dan akan terus meningkat menjelang pemilu AS pada bulan November,. Jika The Fed mulai menurunkan suku bunga, imbal hasil obligasi akan turun, sehingga menjadikan emas sebagai aset safe-haven yang lebih menarik,” kata Newsom, dikutip dari Kitco, Minggu (31/3/2024). 

3 dari 4 halaman

Harga Emas dan Dolar AS

CEO broker Eropa Mind Money, Julia Khandoshko dalam sebuah wawancara dengan Kitco News Emas mengungkapkan harga emas tidak mahal, tetapi dolar AS yang murah.

“Ini karena pemerintah membanjiri perekonomian global dengan dolar tersebut,” jelas Khandoshko. 

Meskipun Federal Reserve telah memperketat neraca keuangannya sebagai bagian dari kebijakan moneternya yang agresif, beberapa analis mencatat bahwa jumlah uang beredar di negara tersebut terus meningkat.

David Kranzler, analis logam mulia dan pencipta The Mining Stock Journal mengatakan dalam komentar di media sosial Basis Moneter AS, yang diukur dengan Money Zero Maturity (MZM), naik hampir 10% sejak Maret 2023.

“Emas mencium adanya program pencetakan uang besar-besaran yang akan terjadi suatu saat nanti. Padahal sudah terjadi pencetakan uang bermutu rendah,” jelasnya.

4 dari 4 halaman

Sentimen Makroekonomi AS

Meskipun emas mengakhiri minggu perdagangan yang singkat ini dengan catatan yang kuat, minggu depan memang menghadirkan risiko baru. Kalender ekonomi minggu depan akan fokus pada pasar tenaga kerja AS dengan laporan nonfarm payrolls bulan Maret pada Jumat sebagai sorotan utama.

Minggu depan juga menampilkan jajaran pembicara bank sentral yang solid termasuk Ketua Federal Reserve Jerome Powell, yang akan berbicara di Forum Bisnis, Pemerintahan, dan Masyarakat Stanford.

Beberapa analis mengatakan angka lapangan kerja yang lebih kuat, ditambah dengan inflasi yang tinggi dapat memaksa Federal Reserve untuk menunda dimulainya siklus pelonggaran kebijakannya.

Analis komoditas di TD Securities menuturkan, hal ini memberikan beban pada data yang akan datang untuk menguatkan prospek The Fed untuk tiga kali pemotongan suku bunga tahun ini.

Namun kekuatan data yang terus berlanjut dengan sedikit perubahan nada dari FOMC juga meningkatkan risiko pemogokan pembeli pada Treasury, yang mengarah pada kenaikan suku bunga yang secara otomatis dapat menyebabkan penurunan suku bunga. 

Ini membebani emas melalui akumulasi kembali akuisisi jangka pendek pedagang makro.

  

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.