Sukses

Inflasi Indonesia 2023 Tembus 2,61 Persen, Pengamat Beri Saran Jurus Jaga Inflasi Tahun Ini

Secara tahunan, inflasi Indonesia masih terbilang rendah, masih berada di dalam rentang target pemerintah dan BI, 3 plus minus 1.

Liputan6.com, Jakarta Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi pada Desember 2023 sebesar 0,41 persen. Sedangkan inflasi Indonesia mencapai 2,61 secara tahunan (year-on-year/yoy). 

Pengamat Ekonomi dari Indonesia Strategic and Economic Action Institution Ronny P. Sasmita, mengatakan inflasi Desember dan November cukup tinggi dibanding bulan-bulan lainya pada 2023.

"Dua bulan menjelang akhir tahun, inflasi tercatat terus naik, dari 0,38 persen di bulan November ke 0,41 persen di Desember. Padahal di bulan Oktober masih 0,17 persen," kata Ronny kepada Liputan6.com, Rabu (3/1/2024).

Ronny menjelaskan, sebagaimana telah disebutkan BPS, kontribusi kenaikan harga beras sangat besar, akibat fluktuasi harga yang nyaris tak terkendali sejak dua bulan terakhir akibat ancaman kekeringan pasokan yang disebabkan musim kemarau (El Nino) yang berkepanjangan.

Namun secara tahunan, inflasi Indonesia masih terbilang rendah, masih berada di dalam rentang target pemerintah dan BI, 3 plus minus 1.

Hal itu bisa terjadi terutama karena lemahnya permintaan sejak awal tahun, yang bisa dilihat dari penurunan kontribusi konsumsi rumah tanggal sejak kuartal II lalu. 

"Jadi angka 2,61 persen didorong secara signifikan oleh inflasi bulan November dan Desember yang menyumbang sekitar 0,79 persen dari keseluruhan inflasi," jelasnya.

Menurutnya, rendahnya raihan inflasi ini harus menjadi catatan penting oleh pemerintah agar sisi permintaan harus benar-benar dikawal di tahun depan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Jaga Supply

Di satu sisi dan penjagaan supply untuk komoditas pokok harus dilakukan sejak awal tahun di sisi lain, agar fluktuasi harga bahan pokok tidak mendadak naik secara drastis karena krisis pasokan. 

"Dari sisi permintaan, daya beli harus benar-benar dijaga agar kontribusinya kembali ke pola normal dengan tumbuh di atas pertumbuhan ekonomi, terutama daya beli kalangan menengah ke bawah," ujarnya. 

Sementara dari sisi supply, kepastian pasokan, terutama komoditas pokok, mulai dari kepastian sumber pasokan sampai pada pembenahan tata niaga pasokan, juga harus dibenahi segera, agar saat memasuki masa puncak-puncak konsumsi, terutama Lebaran dan Nataru tahun ini, tidak lagi terjadi lonjakan harga secara dadakan.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.