Sukses

Harga Minyak Dunia Anjlok Nyaris 2%, Ini Gara-garanya

Harga minyak mentah AS turun USD 1,46 atau 1,93% menjadi USD 74,11 per barel. Sementara patokan global Brent turun USD 1,42 atau 1,75% menjadi USD 79,65.

Liputan6.com, Jakarta Harga minyak turun hampir 2% pada perdagangan Rabu. Hal ini menggerogoti kenaikan harga minyak hari sebelumnya karena investor memantau perkembangan di Laut Merah, tempat para pengirim barang kembali beroperasi meskipun ada serangan lebih lanjut pada hari Selasa.

Dikutip dari CNBC, Kamis (28/12/2023), harga minyak mentah AS turun USD 1,46 atau 1,93% menjadi USD 74,11 per barel. Sementara patokan global Brent turun USD 1,42 atau 1,75% menjadi USD 79,65.

Perusahaan pelayaran Denmark, Maersk, mengatakan pihaknya telah menjadwalkan beberapa lusin kapal kontainer untuk melakukan perjalanan melalui Terusan Suez dan Laut Merah dalam beberapa minggu mendatang setelah menyerukan penghentian sementara rute tersebut bulan ini setelah serangan oleh milisi Houthi yang didukung Iran di Yaman.

CMA CGM Perancis juga mengatakan pihaknya melanjutkan perjalanan melalui Laut Merah setelah pengerahan satuan tugas multinasional ke wilayah tersebut.

“Saya pikir kita harus menunggu dan melihat apakah peningkatan patroli angkatan laut dan pengalihan rute kapal akan menyebabkan penurunan serangan,” kata Kepala Komoditas di Investec Callum Macpherson. 

Patokan harga minyak dunia baik Brent maupun WTI ditutup naik dari 2% di sesi sebelumnya karena serangan terbaru terhadap kapal di Laut Merah memicu kekhawatiran akan gangguan pengiriman.

Prospek kampanye militer Israel yang berkepanjangan di Gaza tetap menjadi pendorong utama sentimen pasar.

Pasukan Israel menyerang Gaza tengah melalui darat, laut dan udara pada hari Rabu, sehari setelah Kepala Staf Israel Herzi Halevi mengatakan kepada wartawan bahwa perang akan berlangsung selama berbulan-bulan. 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Stok Minyak AS

Di tempat lain, pemuatan minyak di pelabuhan Novorossiisk di Laut Hitam Rusia ditangguhkan karena badai. Namun, terminal Konsorsium Pipa Kaspia (CPC) di dekat pelabuhan telah dibuka, kata kementerian energi Kazakhstan.

Stok minyak mentah AS diperkirakan turun 2,6 juta barel pada pekan lalu, sementara persediaan minyak sulingan dan bensin diperkirakan meningkat, menurut jajak pendapat awal Reuters pada hari Selasa.

Laporan inventaris dari American Petroleum Institute dan Energy Information Administration masing-masing diharapkan dirilis pada hari Rabu dan Kamis, satu hari lebih lambat dari biasanya karena libur Natal.

Produksi minyak di Rusia, produsen minyak terbesar ketiga di dunia setelah AS dan Arab Saudi, diperkirakan akan stabil atau bahkan meningkat tahun depan karena Moskow telah berhasil mengatasi sebagian besar sanksi Barat. 

3 dari 4 halaman

Isi Cadangan, AS Borong 3 Juta Barel Minyak

Amerika Serikat telah menyelesaikan kontrak pembelian 3 juta barel minyak mentah untuk membantu mengisi kembali Cadangan Minyak Strategis (SPR) setelah penjualan terbesar dalam sejarah 2022 lalu. AS kini telah membeli sekitar 14 juta barel untuk diisi ulang setelah penjualan tahun lalu.

Mengutip US News, Rabu (27/12/2023) Departemen Energi AS mengatakan bahwa pihaknya membeli minyak tersebut, untuk dikirim ke sebuah lokasi di Big Spring, Texas, dengan harga rata-rata USD 77,31 per barel, di bawah rata-rata harga jual minyak pada tahun 2022 lalu sebesar USD 95 per barel.

Pemerintahan Presiden AS Joe Biden telah melakukan penjualan minyak tahun lalu, termasuk rekor penjualan tertinggi sebesar 180 juta barel, untuk membantu mengendalikan harga minyak setelah perang Rusia-Ukraina pecah.

Sekitar 4 juta barel juga kembali ke SPR pada Februari 2023 karena perusahaan minyak mengembalikan pasokan yang telah dipinjamkan kepada mereka melalui pertukaran.

Pada transaksi terakhir, Sunoco Partners Marketing & Terminals LP menjual 1,2 juta barel minyak ke SPR, sementara Macquarie Commodities Trading US LLC dan Phillips 66 masing-masing menjual sekitar 900.000 barel minyak, ungkap Departemen Energi AS di situs resminya.

Sebelumnya, Departemen Energi AS telah mendapat pembatalan 140 juta barel minyak mentah penjualan SPR, yang diamanatkan oleh kongres yang dijadwalkan mulai akhir tahun ini hingga akhir 2026.

Pembatalan tersebut "telah membawa kemajuan signifikan menuju pengisian minyak kembali," jelas departemen tersebut.

4 dari 4 halaman

S&P: AS Bakal Jadi Produsen Minyak Terbesar di Dunia

Amerika Serikat disebut-sebut akan menjadi negara yang memproduksi minyak terbanyak dibandingkan negara mana pun dalam sejarah.

Melansir CNN Business, Rabu (20/12/2023) laporan yang diterbitkan S&P Global Commodity Insights mengungkapkan bahwa AS akan memproduksi minyak mentah dan kondensat dengan rekor global sebesar 13,3 juta barel per hari selama kuartal keempat 2023.

Jumlah tersebut sedikit di atas rekor era pemerintahan mantan Presiden Donald Trump sebesar 13,1 juta yang dicapai pada awal tahun 2020, tepat sebelum krisis Covid-19 mengganggu produksi dan harga anjlok.

Hal ini membantu membatasi harga minyak mentah dan bensin.

S&P mengatakan, produksi minyak Amerika Serikat, yang dipimpin oleh pengebor minyak serpih di Texas dan Permian Basin di New Mexico sangat kuat sehingga dapat mengirimkan pasokan ke luar negeri.

Amerika mengekspor minyak mentah, produk olahan, dan cairan gas alam dalam jumlah yang sama seperti yang diproduksi Arab Saudi atau Rusia, S&P menyebutkan.

"Ini adalah pengingat bahwa AS mempunyai cadangan minyak yang sangat besar. Industri kita tidak boleh dianggap remeh," kata Bob McNally, presiden Rapidan Energy Group.

Produksi AS yang memecahkan rekor membantu mengimbangi pengurangan pasokan agresif yang dimaksudkan untuk mendukung harga tinggi OPEC+, terutama Arab Saudi dan Rusia.

Produsen minyak non-OPEC lainnya, termasuk Kanada dan Brasil juga memproduksi lebih banyak minyak dibandingkan sebelumnya. (Brasil akan bergabung dengan OPEC+ tahun depan).

Kuatnya output Amerika telah membuat para ahli lengah.

Analis Goldman Sachs pada hari Minggu memangkas perkiraan harga minyak tahun depan. Bank tersebut menjelaskan, alasan utama di balik penurunan perkiraan ini adalah melimpahnya pasokan dari AS.

Permintaan minyak global diperkirakan akan mencapai rekor tertinggi pada tahun 2024. Namun, proyeksi S&P menunjukkan hal tersebut akan dapat dengan mudah dipenuhi melalui pertumbuhan pasokan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini