Sukses

Rupiah Hari ini Loyo Lagi, Tembus 15.556 per USD

Nilai tukar (kurs) rupiah loyo pada Kamis pagi. Kurs rupiah melemah sebesar 0,14 persen atau 22 poin menjadi 15.556 per USD dari sebelumnya 15.534 per USD.

Liputan6.com, Jakarta Nilai tukar (kurs) rupiah loyo pada Kamis pagi. Kurs rupiah melemah sebesar 0,14 persen atau 22 poin menjadi 15.556 per USD dari sebelumnya 15.534 per USD.

Analis Bank Woori Saudara BWS Rully Nova memperkirakan rupiah menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada kisaran 15.450 - 15.520 per dolar AS karena sentimen neraca perdagangan Indonesia yang kembali surplus ke-42 kali secara beruntun.

 

“Membaiknya data neraca perdagangan Indonesia memberikan sentimen yang besar karena harapan yang tinggi yang akan melampaui surplus neraca perdagangan pada era pemerintahan SBY (Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) 42 bulan surplus,” kata dia dikutip dari Antara, Kamis (16/11/2023).

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan barang Indonesia pada Oktober 2023 mengalami surplus 3,48 miliar dolar AS, atau berada dalam kondisi surplus selama 42 bulan berturut-turut sejak Mei 2020.

Surplus perdagangan Oktober 2023 tercatat naik 0,07 miliar dolar AS dibandingkan capaian pada September 2023 (month to month/mtm), namun turun 2,12 miliar dolar AS dibandingkan capaian pada periode yang sama tahun 2022 (year on year/yoy).

Rupiah akan Menguat

Di sisi lain, Rully menganggap rupiah akan menguat karena dipengaruhi faktor eksternal laju inflasi AS Oktober 2023 yang melambat, yakni 0 persen dengan perkiraan sebelumnya 0,1 persen secara month to month (MoM), dan year on year (YoY) 3,2 persen dengan ekspektasi 3,3 persen. Selain itu, harapan Federal Reserve (The Fed) yang mulai mengurangi pengetatan kebijakan moneter turut bakal memperkuat rupiah.

“Diharapkan The Fed sudah memulai rencana penurunan suku bunga acuannya paling lambat pada semester pertama tahun 2024,” ungkapnya.

 

 

2 dari 3 halaman

Jaga Inflasi, BI Awasi Dampak Kenaikan Harga Energi dan Pangan Global

Bank Indonesia (BI) akan terus mencermati sejumlah risikoyang dapat menimbulkan tekanan terhadap tetap terkendalinya inflasi di ke depannya. Ini termasuk dampak kenaikan harga energi dan pangan global serta tekanan depresiasi nilai tukar Rupiah terhadap imported inflation.

Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter (DKEM) Bank Indonesia (BI) Erwindo Kolopaking, menyebutkan Inflasi IHK Oktober 2023 tercatat sebesar 2,56%(yoy) dan tetap terjaga dalam kisaran sasaran.

Sementara inflasi inti disebut terjaga tercatat sebesar 1,91%(yoy), lebih rendah dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya sebesar 2% (yoy).

"Ke depan target IHK akan turun dari 3,0±1% pada 2023 menjadi 2,5±1% pada 2024. Jadi kita pastikan ini adalah inflasi yang terjaga ekspektasi inflasinya terutama," jelas dia di Papua, akhir pekan kemarin.

Kelompok volatile food mencatat inflasi sebesar5,54% meningkat dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang tercatat sebesar3,62%(yoy). Dikatakan ini sebagai dampak dari kenaikan harga beras.

 

3 dari 3 halaman

Kelompok Administered Prices

Inflasi kelompok administered prices juga meningkat menjadi 2,12%(yoy),dari bulan sebelumnya sebesar1,99%(yoy).

"Seperti kita tahu beras di oktober sangat tinggi tetapi pemerintah melakukan intervensi cukup besar sehingga kita melihat angka relatif menurun jadi administered prices relatif stabil," jelas dia.

Dalam pemaparannya disebutkan, inflasi yang terjaga merupakan hasil nyata dari konsistensi kebijakan moneter serta eratnya sinergi pengendalian inflasi antara Bank Indonesia dan Pemerintah (Pusat dan Daerah) dalam Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP dan TPID) melalui penguatan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) di berbagai daerah.