Sukses

Kekhawatiran Konflik Israel-Hamas Mereda, Harga Minyak Dunia Cetak Pelemahan Mingguan

Dalam hitungan mingguan, harga minyak Brent berjangka turun 4,9% sementara WTI telah turun 5,1% sejak minggu lalu.

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak dunia bergerak menguat pada perdagangan Jumat tetapi diperkirakan akan mencetak penurunan mingguan ketiga. Pelemahan harga minyak dunia sepanjang ini terjadi karena kekhawatiran akan gangguan pasokan minyak akibat konflik Israel-Hamas telah surut.

Mengutip CNBC, Sabtu (11/11/2023), harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Januari naik 73 sen menjadi USD 80,74 per barel. Sedangkan harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS kontrak berjangka untuk pengiriman Desember berada di USD 76,40, naik 66 sen.

Dalam hitungan mingguan, harga minyak Brent berjangka turun 4,9% sementara WTI telah turun 5,1% sejak minggu lalu. Penurunan selama tiga minggu ini merupakan penurunan mingguan terpanjang untuk kedua kontrak sejak penurunan empat minggu dari pertengahan April hingga awal Mei.

“Ancaman gangguan pasokan dari Timur Tengah terus menurun,” kata ANZ Research dalam sebuah catatan.

“Konflik masih dapat diatasi dengan baik di Gaza, meskipun ada kekhawatiran bahwa konflik akan meningkat karena negara-negara tetangga Arab menunjukkan ketidaksenangan mereka.”

Gedung Putih mengatakan pada hari Kamis bahwa Israel telah setuju untuk menghentikan operasi militer di bagian utara Gaza selama empat jam sehari, meskipun tidak ada tanda-tanda akan berhenti sepenuhnya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Sentiman China

Sentimen kekhawatiran akan gangguan pasokan akibat konflik Israel-Hamas mulai mereda digantikan dengan meningkatnya kekhawatiran terhadap permintaan, terutama dari China, importir minyak terbesar di dunia.

Data ekonomi China yang lemah minggu ini meningkatkan kekhawatiran akan berkurangnya permintaan akan minyak mentah. Selain itu, pabrik penyulingan di China, pembeli minyak mentah terbesar dari eksportir terbesar dunia, Arab Saudi, meminta lebih sedikit pasokan dari Arab Saudi untuk bulan Desember.

Namun, analis di Citi mengatakan dalam sebuah catatan pada hari Kamis bahwa pihaknya memperkirakan tekanan ke bawah akan mereda dan harga akan pulih setelah jatuh ke level terendah sejak Juli awal pekan ini.

“Kami memperkirakan harga akan berkonsolidasi, dan kami mempertahankan perkiraan harga jangka pendek dengan dukungan yang diharapkan datang dari pelonggaran pemeliharaan kilang dan pergeseran risk-reward bagi investor setelah aksi jual baru-baru ini,” kata Citi.

“Memang terdapat banyak risiko kenaikan dibandingkan level saat ini, potensi (Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya) untuk mengambil tindakan untuk mempertahankan harga, sementara risiko pasokan di Timur Tengah tetap tinggi."

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini