Sukses

Sulap Tanah Hibah Jadi Lahan Pertanian, Petani Kalteng Kini Panen Untung

Pengembangan ketahanan pangan di daerah membantu [petani selama pandemi, sehingga tidak perlu khawatir dengan penyediaan pangan.

Liputan6.com, Jakarta Sebagai komitmen mendukung ketahanan pangan masyarakat, PT Mustika Sembuluh, Wilmar Central Kalimantan Project bekerja sama dengan Kelompok Tani Menabur Benih Menuai Hasil di Desa Bangkal, Kecamatan Seruyan Raya, Kabupaten Seruyan  mengolah lahan 30 hektare (ha) untuk ditanami tanaman pangan

Ketua Kelompok Tani Menabur Benih Menuai Hasil Suharno menuturkan, lahan tersebut merupakan hibah dari salah satu warga untuk dimanfaakan dalam budidaya tanaman pangan.

Awalnya, masyarakat kesulitan mengolah lahan tersebut sehingga hasilnya kurang baik. Pada 2019, kelompok tani itu mulai bekerjasama dengan PT Mustika Sembuluh. Bantuan dari perusahaan membantu mereka bergerak lebih maju.

"Dengan bantuan perusahaan, kami bisa bergerak. Saat mengalami pendemi, kami sudah panen jagung. Dengan kemandirian, kami tidak kekurangan pangan di sini. Bantuan luar biasa, ada untuk pengerukan tanah, tadinya tidak punya air sekarang dibuatkan kolam," terang Suharno dikutip Senin (23/10/2023).

Pihaknya bersyukur karena pengembangan ketahanan pangan tersebut membantu mereka selama pandemi, sehingga tidak perlu khawatir dengan penyediaan pangan. Selain untuk konsumsi anggota kelompok tani, hasilnya ada yang dijual kepada perusahaan. 

Dari total luas 30 ha, saat ini masyarakat telah menggarap lahan hingga 20 ha. Area itu ditanami berbagai sayuran, jagung, kacang tanah, kacang panjang, terong, dan lain-lain.

Hibah Lahan

Pemberi hibah lahan, Subandi menyambut baik kerjasama dengan perusahaan. Terlebih, perusahaan tidak menuntut apapun dari petani, sehingga mereka dapat menikmati hasilnya secara bersih. Dia berharap, kelompok tani tersebut mampu berkembang lebih maju, bahkan mampu menjadi percontohan bagi kelompok tani lainnya.

“Ketahanan pangan sangat penting, selain dapat memenuhi kebutuhan sendiri, petani juga mendapatkan tambahan pengetahuan dalam mengelola lahan dari perusahaan,” ujar dia.

Menurut Estate Manager PT Mustika Sembuluh I, Hendra Lubis, pihaknya memberikan bantuan peralatan dan bantuan pendampingan bagi kelompok petani yang sudah berdiri sejak 2007 itu.

"Sebelumnya ada (kerja sama) tapi tidak terlalu banyak. Saat terkena pendemi, masyarakat diminta menggalakkan ketahanan pangan. Kami hadir di sini untuk ikut bekerja sama membantu kelompok tani agar berkembang lebih baik," papar Hendra.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Menyulap Lahan Tidur Jadi Sawah Subur, Sanggup Hasilkan Padi 7 Ton per Ha

PT Wilmar Padi Indonesia (WPI) bersama petani di Desa Kedung Rawan, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur menggelar panen raya di sebuah lahan tidur seluas 6 hektare (ha). Dalam pendampingan itu, mereka berhasil menghidupkan lahan tidur, sehingga mampu memperoleh produktivitas hingga 6-7 ton per ha.

Menurut Kepala Desa Kedung Rawan Machrudi, pada panen kedua kali ini produktivitas petani naik signifikan dibanding sebelumnya. Ketika panen pertama, produktivitasnya rendah akibat 70-80 persen dari total luas lahan ditumbuhi gulma rumput.

Saat itu hasilnya hanya 1 ton per ha. Meski sudah dilakukan land clearing, gulma masih sulit dihilangkan karena sudah tumbuh belasan tahun sehingga benih-benihnya masih ada.

Belajar dari musim tanam pertama, WPI dan petani berupaya untuk mengatasi gulma, sehingga pada panen kedua produktivitas melonjak karena serangan rumput berkurang menjadi 30 persen.

“Pada panen kedua ini produksi bisa mencapai 6 ton per ha. Ini di luar dugaan, karena tadinya kami menargetkan hanya 5 ton per ha,” kata Machrudi dikutip Senin (9/10/2023).

 

3 dari 3 halaman

Pendampingan bagi Petani

Dia menyebut, pendampingan tersebut bermanfaat bagi petani karena membantu meningkatkan produktivitas. Lahan tidur itu adalah tanah gogol (tanah komunal/desa), yang telah terbengkalai selama 10 tahun terakhir.

Petani enggan mengolah lahan karena sering banjir dan banyak serangan tikus. Biaya untuk mengolah lahan tersebut juga tidak sedikit.

Untuk mengolah kembali lahan tidur, petani bersama WPI membuat tiga saluran pembuangan air dan melakukan lima kali land clearing untuk membasmi gulma. Dengan sejumlah upaya, pada musim tanam berikutnya diharapkan produktivitas meningkat menjadi 8 ton per ha.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.