Sukses

Inflasi Melonjak, Wisatawan Dunia Urungkan Niat Jalan-Jalan

Laporan terbaru dari perusahaan riset Morning Consult menunjukkan bahwa niat bepergian di beberapa negara cenderung datar atau akan menurun.

Liputan6.com, Jakarta - Para wisatawan di seluruh dunia diperkirakan akan membatasi rencana perjalanan mereka. Penurunan ini salah satunya disebabkan oleh lonjakan inflasi yang mendorong kenaikan biaya perjalanan.

Mengutip CNBC International, Senin (2/10/2023) laporan terbaru dari perusahaan riset Morning Consult menunjukkan bahwa niat bepergian meningkat di beberapa negara, namun cenderung datar atau akan menurun di negara lain, terutama di kawasan Eropa.

Laporan "The State of Travel & Hospitality" dari Morning Consult yang diterbitkan pada September 2023 menunjukkan, niat untuk bepergian turun 11 poin persentase di Prancis dan enam poin persentase di Jerman sejak tahun 2022.

Hal serupa juga terjadi di Kanada dan Rusia (masing-masing turun 4 poin persentase).

"Ya, data kami menunjukkan demikian," kata Lindsey Roeschke, analis perjalanan dan perhotelan di Morning Consult, tentang kemungkinan akhir dari permintaan perjalanan yang tertunda.

"Hal ini tidak berarti bahwa jumlah perjalanan akan kembali menurun secara signifikan, namun singkatnya, sebagian besar dari mereka yang menunggu untuk melakukan ‘perjalanan balas dendam’ telah melakukan hal yang sama," katanya.

Perlambatan mungkin lebih terasa di Eropa, ungkap Roeschke.

"Sebagian besar hal ini berkaitan dengan kondisi perekonomian. Inflasi telah menggerogoti tabungan konsumen pada tahun lalu dan menyebabkan mereka memprioritaskan kembali cara mereka membelanjakan uangnya," bebernya.

Masuknya wisatawan Amerika Utara selama musim panas mendorong harga lebih tinggi, sehingga membuat perjalanan menjadi lebih mahal bagi masyarakat Eropa.

Secara keseluruhan, hal ini menggambarkan "pandangan perjalanan yang lebih pesimis dibandingkan wilayah lain."

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Daya Tahan di Asia

Sementara itu, permintaan yang terpendam diperkirakan akan memiliki daya tahan yang lebih besar di Asia-Pasifik, karena pembatasan perbatasan COVID-19 diberlakukan lebih lama dibandingkan wilayah lain di dunia.

Namun, laporan terbaru dari firma penasihat ekonomi Oxford Economics mengatakan "perjalanan balas dendam jangka pendek kemungkinan akan memudar" di kawasan tersebut.

Permintaan yang terpendam memicu perjalanan di Asia-Pasifik pada paruh pertama tahun 2023, namun sejak saat itu, tren tersebut mulai berbalik arah, karena penurunan jumlah pengunjung warga Singapura ke Malaysia menyusul lonjakan pada akhir tahun 2022.

"Kami memperkirakan dinamika serupa akan terjadi di wilayah lain, meski tidak terlalu terasa, seiring dengan mulai meredanya aktivitas perjalanan jarak pendek," kata laporan Morning Consult.

3 dari 3 halaman

Wisatawan Amerika hingga Eropa Diprediksi Menyusut

Laporan tersebut menyebutkan kedatangan wisatawan dari belahan dunia lain, terutama Amerika Serikat dan Eropa, kemungkinan besar juga akan berkurang, karena efek tertunda dari pengetatan kebijakan moneter berdampak buruk pada dompet wisatawan di kawasan ini.

"Kami tetap berpegang pada seruan kami bahwa AS akan memasuki resesi pada pergantian tahun," sebut Morning Consult dalam laporannya.

"Perjalanan sebagian besar merupakan barang mewah dan merupakan salah satu hal pertama yang harus dikurangi ketika masa menjadi lebih sulit," tambahnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.