Sukses

Harga Minyak Dunia Terbang Tinggi, Sri Mulyani Pusing Atur Subsidi BBM

Harga minyak dunia kian meroket hingga mencapai ke level tertinggi dalam 10 bulan terakhir. Tren tersebut menimbulkan kekhawatiran bakal turut berdampak terhadap harga BBM di Tanah Air.

Liputan6.com, Jakarta Harga minyak dunia kian meroket hingga mencapai ke level tertinggi dalam 10 bulan terakhir. Tren tersebut menimbulkan kekhawatiran bakal turut berdampak terhadap harga BBM di Tanah Air.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati tidak menampik kenaikan harga minyak dunia jadi salah satu perhatian utama pemerintah. Tak hanya menyangkut harga minyak, tapi juga mengenai subsidi kompensasi energi untuk listrik hingga LPG 3 kg.

Oleh karenanya, Sri Mulyani terus menghitung bersama dengan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif dan Menteri BUMN Erick Thohir, bagaimana bisa menjaga berbagai objektif tersebut untuk tujuan stabilitas harga, termasuk subsidi BBM tepat sasaran.

"Produksi naik dari sisi upstream-nya, dan juga dari sisi downstream-nya kita akan lebih mentargetkan subsidi supaya lebih tepat sasaran. Itu menjadi salah satu PR yang harus kita lakukan," ujar Sri Mulyani di sela-sela acara The International Convention on Indonesian Upstream Oil and Gas (ICIOG) Ke-4 di Bali Nusa Dua Convention Center, Rabu (20/9/2023).

Kenaikan Harga Minyak

Sri Mulyani mengabarkan, dirinya sudah membahas dengan DPR terkait perkembangan kenaikan harga minyak dunia yang sangat-sangat tinggi.

"Karena di satu sisi ada sisi suplainya Saudi dan Rusia, OPEC secara secara khusus mengendalikan atau menurunkan jumlah produksinya," imbuh dia.

Di sisi lain, ia menambahkan, permintaan ternyata masih cukup tinggi. Sehingga pemerintah menganggap itu menjadi tren yang harus dimonitor secara terus menerus.

"Sebab pengaruhnya kepada APBN, baik dari penerimaan pajak maupun dari PNBP. Di sisi lain juga kebutuhan energi di Indonesia dengan pemulihan dan pertumbuhan ekonomi di atas 5 persen pasti akan meningkat terus," tutur Sri Mulyani.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Harga Minyak Dunia Meroket, Sentuh USD 95,96 per Barel

Harga minyak naik ke level tertinggi dalam 10 bulan pada hari Selasa sebelum melemah, karena investor mengambil keuntungan setelah tiga sesi kenaikan harga minyak dunia menyusul pengurangan produksi yang berkepanjangan dari Arab Saudi dan Rusia.

Patokan global, minyak mentah berjangka Brent menetap 9 sen lebih rendah pada USD 94,34 per barel. Sebelumnya, harga mencapai puncak sesi USD 95,96 per barel, tertinggi sejak November.

Sementara untuk harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate AS turun 28 sen menjadi USD 91,20 setelah sebelumnya mencapai USD 93,74 per barel, juga tertinggi sejak November.

Setelah Brent mencapai USD 95 per barel pada hari Selasa, bank investasi UBS mengatakan dalam sebuah catatan bahwa pihaknya mulai mengambil keuntungan.

Namun, para ahli strategi di sana memperkirakan Brent akan diperdagangkan pada kisaran USD 90-100 per barel dalam beberapa bulan mendatang, dengan target akhir tahun sebesar USD 95 per barel.

Penguarangan Pasokan

Menambah kekhawatiran pasokan, anggota OPEC+ Arab Saudi dan Rusia pada bulan ini memperpanjang pengurangan pasokan gabungan sebesar 1,3 juta barel per hari hingga akhir tahun.

Pemerintah Rusia sedang mempertimbangkan untuk mengenakan bea ekspor pada semua jenis produk minyak sebesar USD 250 per metrik ton – jauh lebih tinggi dari biaya saat ini – mulai 1 Oktober hingga Juni 2024 untuk mengatasi kekurangan bahan bakar, kata sumber kepada Reuters pada hari Selasa.

 

3 dari 3 halaman

Produksi Minyak AS

Selanjutnya, produksi minyak AS dari wilayah penghasil serpih terbesar berada di jalur penurunan menjadi 9,393 juta barel per hari (bph) pada bulan Oktober, terendah sejak Mei 2023, menurut Administrasi Informasi Energi AS pada hari Senin. Ini akan menjadi penurunan bulanan ketiga berturut-turut.

Pelaku pasar menunggu data persediaan minyak AS, yang diperkirakan turun sekitar 2,7 juta barel pada pekan lalu, menurut analis yang disurvei oleh Reuters.

Data industri dari American Petroleum Institute dirilis pada pukul 16:30. EDT (2030 GMT) pada hari Selasa, diikuti oleh data pemerintah AS pada hari Rabu.

Ada beberapa ketidakpastian permintaan yang dapat membebani pasar.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini