Sukses

Konsumsi Rumah Tangga dan Investasi Bantu Pertumbuhan Ekonomi di Kuartal II-2023

Pada tahun lalu mesin utama pertumbuhan perekonomian Indonesia adalah ekspor, karena harga komoditas produk ekspor utama Indonesia melonjak tinggi.

Liputan6.com, Jakarta Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar mengatakan basis pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal II-2023 adalah konsumsi rumah tangga dan investasi. Kedua basis tersebut dinilai lebih berkelanjutan. 

 "Maka dari segi keberlanjutan dan peningkatan untuk jangka waktu yang panjang, perekonomian berbasis pda konsumsi rumah tangga dan investasi jauh lebih berkelanjutan. Menurut saya itu fakta yang penting," kata Mahendra Siregar dalam acara Like it!, di Jakarta, Senin (14/8/2023).

Mahendra menjelaskan, transisi perekonomian Indonesia saat ini strukturnya semakin berbasis pada perekonomian domestik. Lantaran, rantai pasoknya kini berorientasi kepada pertumbuhan konsumsi masyarakat.

Seperti diketahui, pertumbuhan perekonomian Indonesia pada kuartal II-2023 diangka 5,17 persen, relatif lebih tinggi dari apa yang dianggap konsensus pasar yaitu 4,93 persen.

Namun, yang terpenting dari tingkat pertumbuhan pada kuartal II-2023 adalah perubahan mendasar pada mesin utama pertumbuhan. 

Jika tahun lalu mesin utama pertumbuhan perekonomian Indonesia adalah ekspor, karena harga komoditas produk ekspor utama Indonesia melonjak tinggi. 

Maka pada kuartal II-2023, basis pertumbuhan ekonomi Indonesia adalah konsumsi masyarakat atau rumah tangga yang mencapai 5,23 persen dan investasi yang meningkat 4,63 persen. 

"Dua mesin pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan investasi ini adalah 80 persen dari PDB Indonesia, dibandingkan ekspor yang walaupun tahun lalu tinggi tapi secara potensi pertumbuhan hanya 20 persen dari PDB Indonesia," pungkasnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Ekonomi China Lesu Bakal Bebani Prospek Pertumbuhan Global

Selama lebih dari serempat abad, China identik dengan Pembangunan tanpa henti dan mobilitas. 1,4 miliar penduduk China semakin menyukai barang global yakni film Hollywood, barang elektronik Korea Selatan, dan bijih besi yang ditambang dari Australia.

Ekonomi global didorong oleh mesin pertumbuhan ekonomi yang tampaknya tidak ada habisnya. Saat ini, mesin itu tergagap-gagap menimbulkan risiko yang mengkhawatirkan bagi rumah tangga China dan ekonomi global. Demikian dikutip dari Yahoo Finance, ditulis Minggu (13/8/2023).

China lama menjadi inti globalisasi yang meningkatkan keuntungan, dan kini beralih ke kartu liar terakhir saat ketidakpastian luar biasa bagi ekonomi global.

Risiko ini telah diperkuat dalam beberapa minggu terakhir dengan sejumlah perkembangan. Ekonomi China melambat sehingga meredakan harapan ekspansi yang kuat setelah pencabutan COVID-19 yang ekstrem.

Pekan ini membawa data yang menunjukkan ekspor China telah menurun selama tiga bulan berturut-turut, sementara impor susut selama lima bulan berturut-turut, indikator lain dari prospek yang lesu.

Kemudian datang berita harga telah turun dari berbagai barang mulai dari makanan hingga apartemen meningkatkan momok China berada di ambang apa yang disebut deflasi atau penurunan harga yang berkelanjutan, pertanda aktivitas komersial yang lesu.

Sebagai tanda tekanan yang semakin mendalam di pasar properti China. Persimpangan antara keuangan, konstruksi dan kekayaan rumah tangga, pengembang real estate Country Garden melewatkan pembayaran obligasi dan perkirakan kerugian hingga USD 7,6 miliar pada semester I 2023.

3 dari 3 halaman

Dibandingkan dengan Jepang

Di sisi lain, rumah tangga China menjadi salah satu penabung luar biasa di dunia. Ini seiring fakta, jaring pengaman sosial sangat sedikit. Selama semester I 2023, total simpanan rumah tangga dalam sistem perbankan China tumbuh 12 triliun yuan atau sekitar USD 1,7 triliun, ekspansi terbesar dalam satu dekade.

Namun, jumlah tabungan yang meningkat serta lemahnya investasi dan belanja konsumen tampaknya mencerminkan terpangkasnya kepercayaan publik secara umum.

Selama pandemi COVID-19, kebijakan berubah dari lockdown total menjadi tanpa kontrol, yang baru-baru ini disebut ekonom Adam Posen sebagai economic long covid-19.

Bagi konsumen China, beberapa semangat untuk menyimpan uang mencerminkan pengakuan luas kalau real estate adalah cerita yang penuh dengan akhir yang tidak menyenangkan. Investasi berlebihan oleh pengembang dalam dekade ini telah hasilkan seluruh kota dengan apartemen kosong.

Saat harga anjlok, pengembang hentikan proyek di tengah jalan, meninggalkan kerangka bangunan tingkat tinggi yang berfungsi sebagai monument.

Kondisi China telah memicu perbandingan dengan Jepang. Saat pecahnya gelembung real estate spekulatif pada awal 1990-an. Hal itu sebabkan penurunan selama tiga dekade. Inti dari penurunan Jepang adalah deflasi.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.