Sukses

Presiden Bank Dunia Sering Terjaga di Tengah Malam, Ini yang Jadi Penyebab

Banga juga menyoroti isu perubahan iklim, yang berisiko memberikan dampak terkeras bagi negara negara miskin.

Liputan6.com, Jakarta Presiden baru Bank Dunia, Ajay Banga memperingatkan bahwa meningkatnya kesenjangan antara negara kaya dan miskin berisiko memperdalam kemiskinan di negara berkembang.

Melansir AlJazeera, Rabu (19/7/2023) dalam pertemuan menteri keuangan dan gubernur bank sentral G20 di India, Banga kembali mengingatkan bahwa masih ada beberapa negara yang belum pulih dari dampak pandemi virus corona, juga dampak dari perang Rusia Ukraina – yang memukul harga energi dan komoditas global.

Tak hanya itu, Banga juga menyoroti isu perubahan iklim, yang berisiko memberikan dampak terkeras bagi negara negara miskin.

Ajay Banga mengatakan, dia khawatir kurangnya kemajuan akan membahayakan ekonomi global, sehingga merugikan negara-negara termiskin di dunia.

"Hal yang membuat saya terjaga di malam hari adalah ketidakpercayaan yang secara diam-diam memisahkan bagian dunia Utara dan Selatan pada saat kita perlu bersatu," kata Banga dalam pertemuan para menteri keuangan dan kepala bank sentral di Gandhinagar, India.

"Frustrasi kawasan Selatan dapat dimengerti. Dalam banyak hal mereka membayar harga untuk kemakmuran kita," ucapnya.

"Saat mereka berkuasa, mereka khawatir sumber daya yang dijanjikan akan dialihkan ke rekonstruksi Ukraina, mereka merasa aturan energi tidak diterapkan secara merata, membatasi ambisi, dan mereka khawatir cengkeraman kemiskinan akan menarik generasi berikutnya," imbuh Banga.

Bank Dunia mengungkapkan, pihaknya sedang bekerja untuk meningkatkan kemampuan keuangannya, termasuk dengan meningkatkan modal hibrida dari pemegang saham untuk memacu pertumbuhan dan pekerjaan.

Tetapi, Bank Dunia juga mengakui ekonomi global di masa mendatang tidak dapat mengandalkan ekspansi dengan mengorbankan lingkungan.

"Kebenaran sederhananya adalah: kita tidak dapat menanggung periode pertumbuhan intensif emisi lainnya," ungkap Banga.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Transformasi Menjadi Tantangan dengan Beban Utang

 

Menteri Keuangan India Nirmala Sitharaman, dalam kesempatan itu menyampaikan kepada para delegasi tentang tanggung jawab mereka "untuk mengarahkan ekonomi global menuju pertumbuhan yang kuat, berkelanjutan, seimbang dan inklusif”.

AS mengatakan, upaya untuk mereformasi pemberi pinjaman multilateral, termasuk Bank Dunia dan lembaga regional lainnya dapat menghasilkan USD 200 miliar selama dekade berikutnya.

Kesepakatan restrukturisasi utang untuk negara-negara berpenghasilan rendah telah menjadi fokus utama Kelompok negara G20, tetapi janya ada sedikit kemajuan.

Menteri Keuangan AS Janet Yellen mengungkapkan, lebih dari setengah dari semua negara berpenghasilan rendah berada di dekat atau dalam kesulitan utang, dua kali lipat jumlahnya pada tahun 2015.

3 dari 4 halaman

Bos Bank Dunia Soal Ekonomi Global Diramal Sulit: Ramalan Tidak Sama dengan Takdir, Bisa Diubah

Presiden Bank Dunia Ajay Banga mengatakan bahwa perekonomian global berada di tempat yang sulit tetapi tidak akan bertahan lama.

"Faktanya adalah ekonomi dunia berada di tempat yang sulit. Itu telah mengungguli apa yang dipikirkan semua orang tetapi itu tidak berarti tidak akan ada tantangan lagi," ujar Banga, dikutip dari US News, Selasa (18/7/2023).

"Ramalan tidak sama dengan takdir. Kita bisa mengubah takdir, itu yang harus kita pikirkan saat ini," kata Banga di sela-sela pertemuan G20 di Gandhinagar, India.

Pada Juni 2023, Bank Dunia menaikkan prospek pertumbuhan ekonomi global tahun 2023. Dalam laporan Prospek Ekonomi Global terbarunya, badan keuangan internasional itu mengatakan bahwa PDB global diproyeksi tumbuh 2,1 persen tahun ini.

Angka itu menandai kenaikan dari perkiraan 1,7 persen yang dikeluarkan pada bulan Januari, tetapi masih di bawah tingkat pertumbuhan 2022 sebesar 3,1 persen.

 

4 dari 4 halaman

Bank Dunia Ramal Ekonomi Global Tumbuh 2,4 Persen di 2024

Untuk tahun 2024, Bank Dunia memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi global menjadi 2,4 persen dari 2,7 persen pada bulan Januari lalu. Pemangkasan ini imbas dari efek perlambatan dari pengetatan moneter bank sentral, serta kondisi kredit yang lebih ketat yang mengurangi investasi bisnis dan residensial.

Bank Dunia menjelaskan, faktor-faktor tersebut akan memperlambat pertumbuhan lebih lanjut pada paruh kedua tahun 2023 dan memasuki tahun 2024.

Terkait proyeksi ekonomi global tahun ini, Kepala Ekonom Bank Dunia, Indermit Gill mengatakan bahwa 2023 masih akan menandai salah satu tahun pertumbuhan paling lambat untuk negara maju dalam lima dekade terakhir.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini