Sukses

Ant Group Milik Miliarder China Jack Ma Kena Denda Rp. 15,1 Triliun

Denda itu dikenakan atas pelanggaran undang-undang tentang perlindungan konsumen dan tata kelola perusahaan.

Liputan6.com, Jakarta China mengumumkan denda senilai lebih dari USD 1 miliar atau setara Rp. 15,1 triliun terhadap perusahaan keuangan termasuk raksasa teknologi miliar Jack Ma, Ant Group.

Melansir BBC, Selasa (11/7/2023) denda itu dikenakan atas pelanggaran undang-undang tentang perlindungan konsumen dan tata kelola perusahaan.

Dalam pernyataannya, bank sentral China dan regulator sekuritas mengatakan mereka beralih dari kampanye mereka untuk mereformasi raksasa teknologi dan beralih ke "pengawasan yang lebih normal".

Denda terhadap Ant Group termasuk penyitaan lebih dari 550 juta yuan atau Rp. 1,1 triliun dalam "pendapatan tidak sah", menurut keterangan bank sentral China

Menanggapi denda tersebut, pihak Ant Group mengatakan akan "mematuhi ketentuan hukuman dengan segala kesungguhan dan ketulusan".

Saham raksasa e-commerce Alibaba yang terdaftar di AS, yang memiliki saham besar di Ant Group melonjak hampir 10 sersen dalam perdagangan di New York setelah pengumuman denda tersebut, karena investor menyambut tanda-tanda bahwa tindakan keras telah selesai.

Sebelumnya, pada tahun 2021, raksasa ecommerce milik miliarder Jack Ma, Alibaba juga membayar denda senilai USD 2,8 miliar atau sekitar Rp. 42,4 triliun menyusul penyelidikan terkait antimonopoli.

Perusahaan lain yang terkena denda serupa termasuk raksasa ride-hailing China, Didi dan perusahaan pengiriman makanan, Meituan.

Denda juga dialami oleh pesaing Ant Group, Tencent, yang dikenal dengan platformnya yaitu Wechat dan Tenpay, yang akan membayar hampir 3 miliar yuan. Bos Tencent, Ma Huateng, mengatakan dia yakin pemerintah sekarang dapat beralih ke "mendukung dan mendorong perusahaan platform".

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Joseph Tsai Tangan Kanan Jack Ma Jadi Chairman Baru Alibaba, Ini Sosoknya

Pemilik klub basket Brooklyn Nets sekaligus salah satu pendiri raksasa e-commerce Alibaba yakni Joseph Tsai resmi jadi chairman Alibaba. Terpilihnya dia untuk mengambil alih perusahaan itu guna menghidupkan kembali pertumbuhan karena menghadapi persaingan yang meningkat di tengah pemulihan pasca-pandemi China yang lamban.

Sebagai bagian dari perombakan manajemen seperti yang diumumkan kemarin, Joseph Tsai yang kini berusia 59 tahun menggantikan Daniel Zhang sebagai ketua dewan. Sedangkan salah satu pendiri lainnya Eddie Wu akan mengambil alih sebagai CEO dari Zhang saat dia mengundurkan diri pada bulan September.

Sementara itu, Zhang yang keluar ternyata akan fokus untuk memimpin bisnis komputasi awan Alibaba saat unit tersebut bersiap untuk penawaran umum perdana yang mungkin terjadi pada awal tahun depan, menurut pengumuman Alibaba baru-baru ini.

Salah satu pendiri Jack Ma, yang saat ini merupakan orang terkaya ketujuh di negara itu dengan kekayaan bersih USD 24 miliar, muncul kemarin di kantor cabang komputasi awan di Hangzhou, menurut seseorang yang mengetahui masalah tersebut. Dia mengundurkan diri dari kepemimpinan Alibaba pada 2019 dan lebih memfokuskan waktunya pada pendidikan dan filantropi sejak saat itu.

Analis mengatakan bahwa Tsai yang merupakan orang kepercayaan lama Ma, kemungkinan akan berusaha untuk menangkis perlawanan dari para pesaing, seperti Pinduoduo, dengan menjalankan strategi yang digariskan sang maestro dalam pertemuan baru-baru ini.

Ketika pemulihan ekonomi negara kehilangan tenaga, Alibaba dapat mengorbankan margin dengan mengenakan biaya lebih sedikit dari pedagang dan menjual lebih banyak produk berbiaya rendah untuk menarik pengguna, menurut seorang analis di 86 Research yang berbasis di Shanghai Charlie Chai.

Di samping itu, Tsai juga mempertahankan pendekatan manajemen yang relatif lepas tangan dan mungkin membiarkan manajer tingkat menengah membuat lebih banyak keputusan sendiri, kata direktur pelaksana di Blue Lotus Capital Advisors yang berbasis di Shenzhen Shawn Yang. Akan tetapi, investor mengambil sikap menunggu dan melihat — dengan saham Alibaba yang terdaftar di New York turun 4,5 persen semalam.

Faktanya, perusahaan senilai USD 230 miliar saat ini telah kehilangan lebih dari 70 persen nilainya sejak mencapai puncaknya pada akhir 2020.

Hal itu karena tindakan keras Beijing China terhadap seluruh industri internet telah menyebabkan investor menilai kembali prospek Alibaba. Sementara itu, persaingan semakin ketat dari sebelumnya. Selain Pinduoduo yang berkembang pesat, platform video pendek Douyin juga mencoba menjual produk yang muncul di beberapa alirannya.

3 dari 4 halaman

Tsai Tetap Bertahan

Sementara Ma menghabiskan bertahun-tahun bersembunyi dan bepergian ke luar negeri setelah kritiknya pada 2020 terhadap sistem perbankan negara itu memicu kemarahan Beijing, Tsai tetap bertahan sebagai wakil ketua eksekutif.

Dia adalah anggota tim pendiri Alibaba, setelah melepaskan pekerjaan investasi ekuitas swasta yang berbasis di Hong Kong di Investor AB, yang merupakan sarana investasi utama keluarga Wallenberg Swedia, untuk bergabung dengan perusahaan e-commerce di Hangzhou pada 1999 selama sebulan.

Di tahun-tahun berikutnya, ia menjadi chief financial officer, posisi yang dipegangnya hingga 2013. Ia kemudian memulai peran wakil ketua eksekutif, yang sebagian bertanggung jawab atas aktivitas pembiayaan dan investasi strategis raksasa e-commerce itu. Lalu sang maestro juga telah mendiversifikasi kekayaannya, dengan rencana untuk menjual saham Alibaba senilai sekitar USD 260 juta yang diungkapkan ke pasar menjelang akhir 2022.

4 dari 4 halaman

Kekayaan Joseph Tsai

Saat ini, Tsai masih memperoleh sebagian dari kekayaan bersihnya senilai USD 7,7 miliar dari 1,3 persen saham di Alibaba. Namun, dia juga membangun kerajaan olahraga dan hiburan. Tsai mengambil kendali penuh atas Brooklyn Nets dalam kesepakatan senilai USD 2,35 miliar pada 2019 setelah pertama kali mengakuisisi 49 persen saham dari miliarder Rusia Mikhail Prokhorov dua tahun sebelumnya. Dan waralaba olahraga lainnya termasuk kepemilikan New York Liberty dari Asosiasi Bola Basket Nasional Wanita, dan dua tim lacrosse, San Diego Seals dan Las Vegas Desert Dogs.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.