Sukses

Ketakutan Resesi Global Bikin Nilai Tukar Rupiah Jatuh ke 15.040 per Dolar AS

Pelemahan nilai tukar rupiah disebabkan karena ketakutan investor akan resesi global. Selain itu, rupiah melemah juga karena sentimen The Fed yang memberikan sinyal menaikkan suku bunga acuan dua kali dan belum akan memangkas suku bunga tahun ini.

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah pada pembukaan Senin pagi ini. Pelemahan rupiah ini karena adanya kekahwatiran resesi global. 

Pada Senin (26/6/2023), nilai tukar rupiah dibuka pelemahan 42 poin atau 0,28 persen menjadi 15.040 per dolar AS dari sebelumnya 14.998 per dolar AS.

Analis Bank Woori Saudara (BWS) Rully Nova berpendapat pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada pembukaan perdagangan Senin pagi ini, disebabkan peningkatan kekhawatiran resesi global seiring kenaikan suku bunga acuan di beberapa negara Eropa.

"Ke depan rupiah masih akan tertekan terhadap dolar AS karena tren meningkatnya yield obligasi pemerintah AS dan index dolar AS sebagai safe haven saat resesi," ujar dia dikutip dari Antara.

Sementara itu, pengamat pasar uang Ariston Tjendra mengatakan pula bahwa pelemahan rupiah masih karena sentimen The Fed yang memberikan sinyal menaikkan suku bunga acuan dua kali dan belum akan memangkas suku bunga tahun ini karena inflasi yang masih belum mencapai target 2 persen.

Pasar juga dinilai mewaspadai kenaikan suku bunga acuan di berbagai negara yang berpotensi melambatkan pertumbuhan global.

"Pasar masih mencermati perkembangannya (suku bunga acuan), tapi sentimennya tak terlalu positif. Rupiah bisa mendapatkan tekanan lagi terhadap dolar AS," ucapnya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Harapan Semakin Jauh

Sebelumnya, analis pasar mata uang Lukman Leong menyatakan rupiah tertekan oleh penguatan dolar AS pada Jumat 23 Juni 2023 usai Ketua Dewan Gubernur Bank Sentral AS Federal Reserve (Fed) Jerome Powell mengatakan kenaikan suku bunga oleh The Fed belum mendekati akhir.

"Testimoni kedua Powell lebih tegas dan hawkish. Investor melihat harapan untuk pelonggaran kebijakan tingkat suku bunga oleh bank-bank sentral semakin menjauh," ungkap Lukman.

Menurut dia, harapan investor yang semakin jauh terkait kebijakan tingkat suku bunga dikarenakan inflasi pada umumnya masih bertahan tinggi.

"Adapun dalam kasus The Fed, mereka melihat inflasi inti yang menurun sangat pelan dan masih di atas 5 persen," ucapnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.