Sukses

Ekonomi Sri Lanka Susut 11,5 Persen di Kuartal I 2023, Krisis Terburuk dalam Beberapa Dekade

Penurunan ekonomi Sri Lanka didorong oleh inflasi yang tinggi dan suku bunga yang tinggi.

Liputan6.com, Jakarta - Ekonomi Sri Lanka menyusut 11,5 persen pada kuartal I 2023, ketika negara itu masih berada dalam cengkeraman krisis keuangan terburuk dalam beberapa dekade.

Mengutip Channel News Asia, Jumat (16/6/2023) penurunan ekonomi Sri Lanka didorong oleh inflasi yang tinggi dan suku bunga yang tinggi, kenaikan biaya komponen, serta pembatasan impor dan pendapatan yang rendah dari ekspor pakaian jadi.

Departemen Sensus dan Statistik Sri Lanka mengungkapkan bahwa sektor pertanian negara itu tumbuh hanya 0,8 persen dari tahun sebelumnya, sementara output dari industri turun 23,4 persen dan jasa turun 5 persen.

Bank sentral Sri Lanka memproyeksikan bahwa PDB akan menyusut sebesar 2 persen tahun ini sementara Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan kontraksi sebesar 3 persen.

"Ini adalah kontraksi yang sedikit lebih besar (pada kuartal pertama) dari ekspektasi kami sebesar 9 persen-10 persen. Tapi kami memproyeksikan pertumbuhan akan kembali positif pada paruh kedua tahun ini," kata Shehan Cooray, kepala penelitian di Acuity Stockbrokers.

Bank sentral Sri Lanka telah memangkas suku bunga sebesar 250 basis poin awal bulan ini, penurunan pertama dalam tiga tahun, karena mengalihkan fokus untuk memulihkan ekonomi.

"Peningkatan kredit sektor swasta akan menjadi pertumbuhan positif dan pertumbuhan kredit akan meningkat selama enam sampai sembilan bulan ke depan," tambah Cooray.

Tahun lalu, ekonomi Sri Lanka sudah mengalami kontraksi dengan rekor 7,8 persen setelah cadangan devisanya mencapai rekor terendah. Kemudian di tahun ini, Sri Lanka mulai melihat tanda-tanda pemulihan ekonomi setelah mendapatkan bailout senilai USD 2,9 miliar dari IMF pada bulan Maret, dan pada arus masuk dolar yang lebih baik dan inflasi yang agak berkurang.

Tetapi Sri Lanka masih harus menyelesaikan pembicaraan restrukturisasi utang pada bulan September untuk tinjauan IMF yang pertama.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Inflasi Sri Lanka Turun Signifikan 33,6 Persen di April 2023, Krisis Ekonomi Mereda?

Inflasi Sri Lanka kembali menunjukkan penurunan, menandai keringanan pada negara yang tengah dilanda krisis ekonomi terburuk dalam tujuh dekade.

Melansir Channel News Asia, Selasa (23/5/2023) Indeks Harga Konsumen Nasional (NCPI) Sri Lanka turun menjadi 33,6 persen year on year di April 2023, setelah naik 49,2 persen di bulan Maret, menurut data dari departemen statistik negara itu.

Inflasi harga pangan di Sri Lanka juga menurun tajam menjadi 27,1 persen pada bulan April dari 42,3 persen pada Maret 2023, sementara inflasi non-makanan berada di angka 39 persen.

"Pengurangan ini sebagian besar disebabkan oleh efek dasar yang tinggi dari tahun lalu dan penurunan biaya transportasi baru-baru ini. Selama dua bulan ke depan kami perkirakan inflasi akan turun drastis menjadi sekitar 20 persen atau bahkan di bawah itu," kata Dimantha Mathew, kepala penelitian di First Capital Holdings.

Data tersebut muncul saat tim Dana Moneter Internasional melakukan perjalanan ke Kolombo, mengevaluasi ekonomi Sri Lanka untuk pertama kalinya sejak pemberi pinjaman global itu menyetujui bailout senilai USD 3 miliar pada Maret 2023.

Sri Lanka telah berjuang dengan inflasi yang melonjak sejak awal tahun lalu tetapi telah menurun pada tahun 2023, dengan analis memperkirakan akan mencapai level satu digit pada bulan September.

Melonggarkan tingkat inflasi juga dapat mendorong Bank Sentral Sri Lanka (CBSL) untuk melonggarkan suku bunga tinggi, kemungkinan mulai sekitar bulan Agustus, beber Mathew. Indeks Harga Konsumen Kolombo, yang dirilis setiap akhir bulan, turun menjadi 35,3 persen pada April 2023 dari 50,3 persen pada Maret 2023, data dari departemen statistik menunjukkan.

3 dari 3 halaman

Masih Dihantui Krisis, Ekonomi Sri Lanka Diproyeksi Susut 2 Persen di 2023

Perekonomian Sri Lanka, yang tengah dilanda krisis lonjakan harga, diperkirakan menyusut 2 persen pada tahun 2023 ini.

Hal itu diungkapkan oleh bank sentral Sri Lanka dalam laporan tahunan pada Kamis (27/4), saat negara itu berjuang untuk keluar dari krisis keuangan terburuk dalam beberapa dekade.

Mengutip Channel News Asia, Jumat (28/4/2023) bank sentral memproyeksikan ekonomi Sri Lanka akan tumbuh sebesar 3,3 persen pada 2024, menurut laporan itu.

Pada tahun 2022 lalu, perekonomian Sri Lanka menyusut sebesar 7,8 persen yang didominasi oleh ketidakstabilan politik yang dalam, lonjakan inflasi, dan depresiasi mata uang yang tajam ketika berjuang dengan krisis keuangan yang dipicu oleh cadangan devisa yang rendah.

Namun, perkiraan pertumbuhan ekonomi Sri Lanka oleh bank sentral di tahun 2023 lebih optimis daripada kontraksi 3,1 persen yang diproyeksikan oleh Dana Moneter Internasional (IMF). 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini