Sukses

The Fed Naikkan Suku Bunga Acuan Jadi 5,25 Persen, Indonesia Perlu Was-was?

Federal Reserve (Fed) atau Bank Sentral Amerika Serikat (AS) resmi menaikkan suku bunga ke level tertinggi dalam 16 tahun. Upaya Fed mendongkrak suku bunga terus menerus ini dalam perjuangannya menstabilkan angka inflasi yang mengganas.

Liputan6.com, Jakarta - Federal Reserve (Fed) atau Bank Sentral Amerika Serikat (AS) resmi menaikkan suku bunga sebesar 0,25 persen. Dengan kenaikan ini, maka suku bunga acuan The Fed berada di kisaran 5 persen dan 5,25 persen. Langkah ini dalam menstabilkan angka inflasi yang mengganas.

Diketahui, kenaikan suku bunga itu adalah yang tertinggi dalam 16 tahun. Namun, The Fed telah mengisyaratkan bahwa kenaikan kali ini mungkin akan menjadi yang terakhir untuk saat ini.

Lantas bagaimana pengaruhnya terhadap Indonesia?

Gubernur Bank Indonesia(BI), Perry Warjiyo mengaku tidak kaget dengan kenaikan suku bunga tersebut karena sebelumnya Bank Indonesia telah memprediksi kenaikan tersebut.

"Pertanyaannya tentu saja bahwa Fed fund rate seusai prediksi BI, kemarin kenaikan terakhir 5,25 persen akan melihat kembali dampak pengetatan yang dilakukan pada penurunan inflasi disana. Itu sesuai dengan prediksi BI," ujar Perry dalam konferensi pers, Senin (8/5/2023).

Perry menegaskan, meskipun The Fed menaikkan suku bunga, Bank Indonesia tidak akan menaikkan suku bunga dalam negeri. Seba tekanan inflasi di Indonesia terus menurun dan mendukung stabilitas perekonomian.

Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) secara bulanan tercatat 0,18 persen (mtm) lebih rendah dari pola historisnya di periode awal bulan Ramadhan, sehingga secara tahunan turun dari level bulan sebelumnya sebesar 5,47 persen (yoy) menjadi 4,97 persen (yoy).

Tekanan inflasi yang terus menurun tersebut dipengaruhi oleh dampak positif kebijakan moneter Bank Indonesia yang pre-emptive dan forward looking serta sinergi yang erat dalam pengendalian inflasi antara Bank Indonesia dan Pemerintah (Pusat dan Daerah) dalam TPIP dan TPID melalui penguatan GNPIP di berbagai daerah.

Oleh karena itu, Bank Indonesia pun optimis, kenaikan Fed Fund rate sebesar 5,25 persen kemungkinan akan menjadi yang terakhir di tahun ini. Oleh karena itu, Bank Indonesia semakin percaya diri jika nilai tukar rupiah Indonesia akan menguat.

"Dengan kenaikan Fed Fund rate 5,25 persen itu mungkin yang terakhir, makannya Bank Indonesia semakin confident rupiahnya akan menguat. Tempo hari belum menguat karena belum ada kepastian dari fed fund rate, sekarang ada kepastian dan rupiah bakal menguat mengarah pada nilai fundamentalnya," pungkasnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

The Fed Kerek Lagi Suku Bunga ke level 5 - 5,25 Persen, Tertinggi dalam 16 Tahun

Federal Reserve (Fed) atau Bank Sentral Amerika Serikat (AS) resmi menaikkan suku bunga ke level tertinggi dalam 16 tahun. Upaya Fed mendongkrak suku bunga terus menerus ini dalam perjuangannya menstabilkan angka inflasi yang mengganas.

Melansir BBC, Kamis (4/5/2023) The Fed meningkatkan suku bunga utamanya sebesar 0,25 persen. Ini adalah kenaikan ke-10 dalam 14 bulan.

Pergerakan tersebut telah mendorong suku bunga acuan The Fed antara 5 persen dan 5,25 persen. Kurang lebih setahun lalu atau tepatnya Maret 2022, suku bunga acuan ini masih berada di kisaran nol persen.

Namun, The Fed telah mengisyaratkan bahwa kenaikan kali ini mungkin akan menjadi yang terakhir untuk saat ini.

"Kami tidak lagi mengatakan bahwa kami mengantisipasi (kenaikan suku bunga lainnya),", kata ketua Federal Reserve Jerome Powell dalam sebuah konferensi pers setelah pengumuman suku bunga.

Tetapi Powell juga menolak untuk mengesampingkan tindakan lebih lanjut, dengan mengatakan: "(Langkah) kami akan didorong oleh data yang masuk."

Suku bunga yang lebih tinggi secara tajam meningkatkan biaya pinjaman di seluruh negara ekonomi terbesar dunia, memacu perlambatan di sektor-sektor seperti perumahan dan menjadi salah satu faktor keruntuhan tiga bank di AS baru-baru ini.

The Fed mulai menaikkan suku bunga secara agresif tahun lalu ketika biaya pangan dan energi di AS melonjak dengan laju tercepat dalam beberapa dekade.

Bank sentral di seluruh dunia, termasuk di Inggris dan Eropa, juga mengambil tindakan serupa.

Tingginya suku bunga dapat membuat biaya pembelian rumah, pinjaman untuk memperluas bisnis atau mengambil hutang lainnya. Dengan menaikkan biaya tersebut, para pejabat memperkirakan permintaan akan turun dan inflasi juga turun.  

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.