Sukses

SVB Silicon Valley Bank Bangkrut, OJK Jamin Tak Ada Bank di Indonesia Terdampak

Otoritas Jasa Keuangan menilai penutupan Silicon Valley Bank (SVB) oleh Federal Deposit Insurance Corporation (FDIC) Amerika Serikat pada 10 Maret lalu, tidak berdampak langsung terhadap industri perbankan di Indonesia. Pasalnya fundamental ekonomi di Indonesia dalam kondisi yang kuat, begitupun dengan kondisi lembaga jasa keuangannya.

Liputan6.com, Jakarta Fundamental ekonomi di Indonesia dalam kondisi yang kuat, begitupun dengan kondisi lembaga jasa keuangannya. Oleh sebab itu, Otoritas Jasa Keuangan menilai penutupan Silicon Valley Bank (SVB) oleh Federal Deposit Insurance Corporation (FDIC) Amerika Serikat pada 10 Maret lalu, tidak berdampak langsung terhadap industri perbankan di Indonesia. 

"Di Indonesia kami dari OJK sudah menyampaikan dampak SVB itu di Indonesia tidak terjadi langsung, karena fundamental ekonomi Indonesia baik di perbankan pun terkendali, saya sampaikan pertumbuhan kredit di atas 10 persen kemudian NPL pun sangat terkendali," kata Kepala Eksekutif Pengawas Perasuransian, Penjaminan, dan Dana Pensiun OJK Ogi Prastomiyono, saat ditemui di Nusa Dua, Bali, Kamis (16/3/2023).

Berdasarkan data OJK, kondisi perbankan Indonesia menunjukkan kinerja likuiditas yang baik, misalnya untuk AL/NCD dan AL/DPK diatas threshold yakni sebesar 129,64 persen dan 29,13 persen jauh diatas ambang batas ketentuan masing-masing sebesar 50 persen dan 10 persen.

Aset perbankan juga terjaga pada komposisi yang proporsional dengan komposisi Dana Pihak Ketiga (DPK) yang didominasi oleh current account and saving account (CASA) atau dana murah yang semakin meningkat sehingga tidak sensitif terhadap pergerakan suku bunga.

Tak hanya itu saja, kinerja lainnya seperti risiko kredit, risiko pasar, permodalan, dan profitabilitas masih terjaga dan tumbuh positif.

Bank di Indonesia Tak Alami Kesulitan Keuangan

Lebih lanjut, Ogi menegaskan, tidak ada bank umum di Indonesia yang masuk dalam kategori "Bank Dalam Resolusi" yaitu bank yang mengalami kesulitan keuangan, membahayakan kelangsungan usahanya, dan tidak dapat disehatkan.

"Sejauh ini kita tidak melihat itu ada ya, dampaknya seperti apa, kita laporan sejauh ini tidak ada yang terkait langsung, ini lebih ke psikologis saja 'Wah jangan-jangan ada terjadi di Indonesia'. Tapi kami memonitor saat ini tidak ada bank yang dalam status resolusi, ada istilah bank dalam pengawasan, bank dalam penyehatan, dan bank dalam pengawasan resolusi," jelasnya.

Dia pun berharap masyarakat tidak perlu cemas dengan kejadian yang dialami oleh SVB. Karena Pemerintah Amerika Serikat memutuskan untuk menjamin deposito SVB. Di sisi lain, OJK pun menjamin perbankan di Indonesia aman dari hal seperti itu.

"Terkait SVB ini terjadi di Amerika dan gejolak itu terjadi dari Federal reserve sudah mengambil langkah-langkah untuk mengamankan para simpanan dan langsung kembali kepercayaan kepada industri keuangan bisa terjaga. Mudah-mudahan masyarakat tidak takut, dan menarik uangnya. Tapi kami yakin kan ini kondisi lembaga jasa keuangan di Indonesia relatif aman," pungkasnya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Gedung Putih Pelototi Semua Bank AS, Menyusul Kasus Silicon Valley Bank Kolaps

Gedung Putih kini memantau perkembangan bank-bank kecil di Amerika Serikat, salah satunya First Republic untuk melindungi para deposan menyusul keruntuhan Silicon Valley Bank (SVB) pekan lalu.

Hal itu diungkapkan oleh seorang pejabat Gedung Putih. 

Melansir Channel News Asia, Rabu (15/3/2023) pejabat tersebut menyebutkan bahwa sistem perbankan AS berada dalam "posisi yang jauh lebih baik saat ini" daripada jika tindakan tersebut tidak diambil.

Dia juga menghimbau para deposan untuk yakin bahwa dana mereka akan dilindungi.

"Kami mendedikasikan banyak waktu untuk memastikan bahwa kami melewati ini dengan baik," katanya.

Pejabat itu menambahkan, Gedung Putih terus berkomunikasi dengan Departemen Keuangan AS dan Federal Deposit Insurance Corporation (FDIC) tentang potensi masalah di bank lain, yang kasusnya hampir sama dengan Silicon Valley Bank.

"Kami tentu memantau apa yang terjadi di First Republic. Mereka adalah salah satu bank yang sedikit lebih tertekan, tetapi kami tidak memiliki pengumuman saat ini tentang tindakan apa pun yang kami ambil," ujar pejabat Gedung Putih itu, yang enggan diungkapkan identitasnya.

Selain itu, Gedung Putih juga mengawasi kemungkinan adanya arus keluar uang ke bank-bank besar, dan tetap berkomitmen untuk memastikan persaingan yang kuat di sektor perbankan, beber pejabat itu.

Dilaporkan sebelumnya, sejumlah pelanggan di AS telah bergegas untuk memindahkan dana simpanan mereka ke raksasa perbankan, termasuk JPMorgan Chase & Co, Bank of America dan Citigroup sejak runtuhnya Silicon Valley Bank.

"Presiden memiliki agenda persaingan yang kuat. Kami ingin ada sektor perbankan yang berkembang dengan banyak bank kecil, banyak bank komunitas yang dapat masuk ke sana dan bersaing dengan perusahaan besar," imbuh pejabat tersebut.

"Penting bagi kami agar model bisnis dapat bertahan," tambah dia.

3 dari 3 halaman

Mantan Ketua FDIC: Silicon Valley Bank Bangkrut, The Fed Perlu Pangkas Suku Bunga

Mantan ketua Federal Deposit Insurance Corporation (FDIC), Sheila Bair mengatakan bahwa keruntuhan Silicon Valley Bank menjadi salah satu dorongan untuk Federal Reserve atau The Fed menurunkan suku bunga.

"The Fed perlu menghentikan sementara dan menilai dampak penuh dari tindakannya sejauh ini sebelum menaikkan suku bunga lebih lanjut," kata Bair, dikutip dari CNN Business, Selasa (14/3/2023). 

"Jika mereka berhenti menaikkan, itu akan memiliki efek penyelesaian di pasar," ujar mantan ketua FDIC yang memimpin saat krisis keuangan tahun 2008.

Silicon Valley Bank menjadi kasus kedua setelah Washington Mutual mengalami keruntuhan bank terbesar dalam sejarah AS.

Sebelumnya, investor telah mengantisipasi kenaikan suku bunga sebesar setengah poin persentase pada pertemuan The Fed pada 21-22 Maret mendatang. Tetapi Bair mengatakan kenaikan itu tidak "disarankan" mengingat keruntuhan Silicon Valley Bank.

"Ketika uang semakin ketat, aset keuangan kehilangan nilainya. Itu harus dikelola dengan hati-hati," dia mengingatkan.  

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.