Sukses

Dewan Energi Nasional: Dunia Boleh Krisis, Tapi Kita Dikaruniai Energi oleh Tuhan

Indonesia masih banyak bergantung pada komoditas fosil untuk sektor energi, semisal gas dan minyak mentah yang mayoritas masih impor.

Liputan6.com, Jakarta - Sekjen Dewan Energi Nasional (DEN) Djoko Siswanto menyatakan, Indonesia masih diuntungkan oleh harta karun komoditas energi pemberian Tuhan semisal batu bara. Menurutnya, itu cukup bisa menjaga negara dari ancaman krisis ekonomi yang terjadi saat ini.

Djoko menghitung, produksi batu bara nasional masih di angka 700 juta ton. Meskipun pemerintah perlahan mulai meninggalkan PLTU batu bara untuk suplai listrik, namun 60 persen dari pembangkit nasional masih menggunakannya.

"Alhamdulillah kita dikaruniai tuhan batu bara. Dunia boleh krisis, tapi kita dikaruniai energi oleh Tuhan. Batu bara kira juga diekspor 75 persen, dan untuk kebutuhan dalam negeri 25 persen," ujar Djoko di Jakarta, Kamis (23/2/2023).

Meski tak mau tergantung lagi pada batu bara, ia juga menilai, sistem kelistrikan di Tanah Air sudah cukup tangguh. Secara indeks ketahanan energi, Indonesia berada di angka 6,61.

"Memang masuk di kategori tahan, bukan sangat tahan. Kalau tahan kan indeksnya 6 sampai 8, kalau sangat tahan 8 sampai 10. Kita masuk ke sangat tahan, karena listrik kita sangat andal," ungkapnya.

Energi IndonesiaTergantung Fosil

Namun di sisi lain, Djoko tak menampik Indonesia masih banyak bergantung pada komoditas fosil untuk sektor energi, semisal gas dan minyak mentah yang mayoritas masih impor.

"Kita belum masuk kategori belum sangat aman karena kita masih ada commodity fosil yang impor, yaitu LPG, minyak mentah, bensin. Kalau solar aman karena ada program B30 dan B35," sebutnya.

Kendati begitu, pemerintah disebutnya juga telah berupaya untuk mengurangi impor LPG dan minyak mentah, salah satunya lewat program jaringan gas dan menyiapkan infrastruktur kendaraan listrik.

"Untuk impor minyak mentah. Paling tidak produksi kita tidak turun lagi. SKK Migas punya target 1 juta barel (per hari/BOPD) di 2030," kata Djoko Siswanto.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Eropa Masih Dibayangi Krisis Energi pada 2023

Sebelumnya, meski sudah memiliki pasokan energi yang cukup untuk melewati tahun ini, Eropa masih diprediksi akan mengalami krisis energi pada 2023 mendatang.

Peringatan itu dikeluarkan oleh Kepala Badan Energi Internasional (IEA) Fatih Birol dan Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen, dalam konferensi pers bersama terkait tersebut pada Senin (12/12).

Dilansir dari laman resmi IEA, Selasa (13/12/2022) laporan baru badan tersebut menemukan bahwa Eropa dapat menghadapi kekurangan gas alam sebesar 27 miliar meter kubik pada tahun 2023.

"Uni Eropa telah membuat kemajuan signifikan dalam mengurangi ketergantungan pada pasokan gas alam Rusia, tetapi belum keluar dari zona bahaya," kata Fatih Birol.

"Banyak keadaan yang memungkinkan negara-negara UE untuk mengisi tempat penyimpanan mereka menjelang musim dingin ini tapi kemungkinan hal itu tak akan bertahan sampai 2023. Analisis baru IEA menunjukkan bahwa dorongan yang lebih kuat pada efisiensi energi, energi terbarukan, pompa panas, dan tindakan penghematan energi sederhana sangat penting. untuk mencegah risiko kelangkaan dan lonjakan harga yang lebih parah tahun depan," jelasnya. 

 

3 dari 3 halaman

Ujian Berat

IEA membeberkan bahwa laporan terbarunya, berjudul How to Avoid Gas Shortages in the European Union in 2023 menetapkan rangkaian tindakan praktis yang dapat dilakukan Eropa untuk mengurangi ketergantungan pada pasokan gas Rusia dan mengisi penyimpanan gas sebelum musim dingin.

Laporan tersebut memperingatkan bahwa tahun 2023 mungkin terbukti menjadi ujian yang berat bagi Eropa karena pasokan Rusia terus menurun, pasokan gas alam cair (LNG) global akan ketat – terutama jika permintaan China untuk LNG meningkat.

"Kami sekarang mengalihkan fokus kami untuk mempersiapkan tahun 2023, dan musim dingin berikutnya. Untuk itu, Eropa perlu meningkatkan upayanya di beberapa bidang, mulai dari penjangkauan internasional hingga pembelian gas bersama dan meningkatkan serta mempercepat energi terbarukan, serta mengurangi permintaan," kata Ursula von der Leyen.  

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.