Sukses

PGN Usul Harga Tertinggi Gas Bumi di Hulu USD 4,72 per MMBTU

Untuk mewujudkan program pemerintah sesuai dengan target, PGN menginginkan harga gas di hulu dipatok USD 4,72 per mmbtu, sehingga punya keleluasaan untuk menganggarkan pembangunan jargas yang lebih banyak.

Liputan6.com, Jakarta - Subholding Gas Pertamina mengusulkan harga tertinggi gas bumi di sumur tertinggi sebesar USD 4,72 per MMBTU. Hal ini untuk mendukung pembangunan jaringan gas rumah tangga (jargas) 1 juta per tahun.

Direktur Utama PGN Direktur Utama PGN M. Haryo Yunianto mengatakan, pihaknya telah mengusulkan harga jual tertinggi gas bumi sebesar USD 4,72 per mmbtu ke pemerintah. Sedangkan harga rata-rata saat ini sebesar USD 6,5 sampai 7 per mmbtu.

"Ini yang kami mohonkan kirannya kalau kami bisa di-suport untuk mendapatkan harga gas hulu itu maksimal di USD 4,72 per mmbtu," kata Haryo, dalam RDP dengan Komisi VII DPR, di Gedung DPR, Rabu (1/2/2023).

Menurut Haryo, harga gas jual gas dari sisi hulu sebesar  USD 6,5 sampai 7 per mmbtu menyulitkan Subholding Gas Pertamina berinvestasi, sebab di sisi lain perusahaan harus menjaga keterjangkauan harga jual gas ke masyarakat.

"Kami harus bertanggung jawab untuk juga mengembalikan investasi walau tetap  memberikan layanan ke masyarakat dengan harga yang murah," ucapnya.

Haryo mengungkapkan, Subholding Gas Pertamina diminta untuk melanjutkan program pembangunan jaringan gas 1 juta SR. Hal ini dilatarbelakangi oleh tidak dianggarkannya lagi program jargas sejak 2022, sementara Subholding Gas Pertamina hanya mampu membangun jargas 400 SR per tahun.

Untuk mewujudkan program pemerintah sesuai dengan target, Subholding Gas pun menginginkan harga gas di hulu dipatok USD 4,72 per mmbtu, sehingga punya keleluasaan untuk menganggarkan pembangunan jargas yang lebih banyak.

"Kami saat ini masih membeli gas hulunya dengan harga B to B ada yang 6,5 -7 sehigga ini memberatkan memberatkan keekonomian investasi kami namun kami tetap menjalankan investasi itu,  kami juga sudah menulis surat permohonan tesebut," tutur Haryo.

Adapun total pembangunan jargas rumah tangga hingga 2022 mencapai 982 ribu sambungan rumah (SR), terdiri dari 597.708 SR didanai APBN dan 382.652 SR berasal dari investasi PGN sebagai Subholding Gas Pertamina.

"Pada saat ini jargas yang sudah dikeliola  dan dibangun jargas yang sudah dibangun sebanyak 982 SR," tutup Haryo.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

PGN Mulai Bangun Jargas di Yogyakarta

Sebelumnya, Subholding Gas Pertamina sudah mulai melaksanakan perluasan jaringan gas rumah tangga (jargas) di wilayah Yogyakarta. Tahun 2023, rencananya akan dibangun 12.900 Sambungan Rumah (SR) di Yogyakarta.

General Manager PGN Sales Operation Region III (SOR III) Edi Armawiria mengatakan, saat ini PT PGN Tbk sebagai Subholding Gas Pertamina tengah melakukan penetrasi pasar di Kota Yogyakarta dan Sleman, tepatnya di Kecamatan Gondokusuman dan Kecamatan Depok untuk menjaring keminatan calon pelanggan.

“Tim Sales PGN sedang gencar melaksanakan sosialisasi produk jargas atau GasKita yang ditujukan untuk rumah tangga dan usaha kecil. Kami berharap, banyak calon pelanggan di Kecamatan Gondokusuman dan Caturtunggal yang berminat untuk beralih menggunakan gas bumi dari PGN,” kata Edi, dalam keterangan tertulis, di Jakarta (26/01/2023).

Edi merinci, PGN menargetkan pembangunan 5.900 SR di Kecamatan Gondokusuman, yang tersebar di empat kelurahan. Sedangkan di Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, PGN berencana membangun sekitar 7 ribu SR. Jumlah ini lebih banyak dari rencana awal ketika dilakukan penandatanganan kerjasama pembangunan jargas antara PGN SOR III dengan Pemerintah Kabupaten Sleman pada Oktober 2022 lalu.

Bagi masyarakat yang berada Kecamatan Gondokusuman dan Caturtunggal dapat dengan mudah melakukan pendaftaran melalui Kantor Perwakilan Sales Jargas di Yogyakarta atau dapat mendaftar secara online di http://pgn.id/daftar-gaskita.

3 dari 3 halaman

Skema Non Pipa

Edi mengatakan, wilayah Yogyakarta - Sleman saat ini belum terhubung dengan pipa transmisi gas bumi. Oleh karena itu, PGN akan memasok gas bumi dengan skema non pipa, yaitu melalui CNG atau Compressed Natural Gas sebagai moda beyond pipeline milik PGN Group.

"Diharapkan fase penggunaan CNG ini dapat sebagai periode bridging menuju penyaluran gas menggunakan pipeline. Adapun penyaluran melalui moda CNG ini merupakan wujud realisasi komitmen PGN dalam menghadirkan energi baik ke wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta & Sleman,” jelas Edi.

Menurut Edi, perluasan layanan gas bumi yang massif di Yogyakarta – Sleman menjadi tantangan PGN, karena wilayah tersebut merupakan wilayah baru bagi operasional PGN. Namun, PGN tetap melakukan upaya terbaik kepada masyarakat Yogyakarta – Sleman agar bisa merasakan manfaat dari gas bumi.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.