Sukses

Jakarta Dibiarkan Tenggelam Usai Ibu Kota Pindah ke IKN Nusantara?

Pemerintah pusat tidak akan begitu saja menelantarkan Jakarta, ketika ibukota negara berpindah ke Ibu Kota Nusantara.

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk memindahkan ibukota negara dari Jakarta ke Ibu KOta Nusantara (IKN Nusantara). Salah satu alasan utamanya, karena permukaan tanah terus menurun dan adanya kenaikan permukaan air laut, menyebabkan Jakarta semakin berisiko terkena bencana banjir dan berpotensi tenggelam.

Kendati begitu, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono memastikan pemerintah pusat tidak akan begitu saja menelantarkan Jakarta, ketika ibukota negara berpindah ke Ibu Kota Nusantara.

"Saya kira walaupun ibukota pindah ke Kalimantan, bukan berarti Jakarta dibiarkan. Jakarta tetap dibangun," tegas Menteri Basuki dalam sesi konferensi pers di sela-sela G20 Special Event, HELP, Water & Disasters di Conrad Hotel, Bali, Jumat (11/10/2022).

Sebagai contoh, Basuki memaparkan, pembangunan Bendungan Karian akan memasok air minum ke wilayah barat Jakarta hingga Tangerang. Sementara di sisi timur, pasokan air nantinya bakal disuplai oleh SPAM Jatiluhur-Juqnda, yang kini sedang underconstruction.

Namun, proyek-proyek tersebut tetap butuh dukungan dari Pemprov DKI dan warga Jakarta. Pasalnya, maraknya penggunaan air tanah berpotensi membuat sekitar 28,08 persen wilayah pesisir utara Jakarta berada di bawah permukaan air laut pada 2035 mendatang.

"Kalau itu semua (proyek penanganan air) sudah jadi, 2030 paling tidak bisa kita penuhi, Pemerintah Jakarta harus bisa mendeklarasikan stop air tanah," seru Menteri Basuki.

Di sisi lain, Menteri Basuki dan Kementerian PUPR pun memberikan dukungan terhadap komitmen pelanjutan proyek normalisasi Sungai Ciliwung oleh Pj Gubernur DKI Jakarta, Heru Budi Hartono.

"Kita bangun Jakarta, normalisasi oleh pak Pj Gubernur akan diteruskan. Terowongan sudah hampir selesai. Bendungan sudah hampir selesai, Monas akan dihijaukan, Manggarai akan dibikin stasiun yang besar," tuturnya.

"Jadi untuk pembangunan Jakarta untuk kegiatan ekonominya. Jadi bukan berarti Jakarta ditinggalkan, enggak. Saya kira itu terus dibangun seperti kota-kota lainnya," pungkas Menteri Basuki Hadimuljono.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Tiru Belanda, Sistem Polder Dinilai Jadi Solusi Ancaman Tenggelamnya Jakarta

Isu banjir akibat penurunan muka tanah dan kenaikan air laut selalu diangkat menghantam Jakarta dan pantai utara Jawa. Bahkan akibat penurunan muka tanah ini disebut menjadi faktor utama tenggelam sejumlah kota di Pesisir Utara Jawa (Pantura), termasuk Jakarta

Ketua Lembaga Riset Kebencanaan Ikatan Alumni ITB, Heri Andreas menyampaikan, kekhawatiran akan tenggelamnya suatu wilayah bisa dihindari dengan adanya penerapan Sistem Polder.

Sistem polder merupakan sistem yang menggabungkan tanggul, danau, dan pompa. Secara sederhananya kita bisa mengibaratkan seperti ember. Dimana dinding tanggul yang mengelilingi kawasan diibaratkan sebagai bibir ember, dan air laut berada di luar ember.

Cara kerjanya, jika permukaan air laut meningkat, akan diatasi dengan dinding tanggul. Cukup meninggikan dinding tanggul, untuk melindungi kawasan. Sementara, jika muka air di dalam kawasan yang meningkat, saat air hujan turun, akan disalurkan ke dalam danau-danau yang ada di dalam kawasan, dan kemudian dipompa ke laut.

Dengan memanfaatkan dua metode ini, jalanan di dalam kawasan tidak akan pernah ditinggikan 1 cm pun.

Contoh sukses penerapan Sistem Polder ini adalah Belanda yang sudah menerapkan Sistem Polder ini selama ±200 tahun, 60 persen daratan Belanda berada di bawah permukaan laut. Bahkan kota Amsterdam berada 3 meter di bawah permukaan laut.

Sedangkan di Indonesia, salah satu kawasan yang sudah berhasil menerapkan Sistem Polder ini adalah PIK1 dan PIK2, yang dirancang oleh konsultan ternama PT. Witteveen Bos Indonesia.

“Kawasan PIK2 menggunakan sistem polder, sehingga dijamin memiliki ketahanan terhadap banjir yang tinggi,” kata Deputy Director PT. Witteveen Bos Indonesia, Sawarendro dalam keterangannya, Selasa (19/10/2021).

Oleh sebab itu, keberadaan danau di dalam kawasan sangatlah penting. Seperti salah satunya, keberadaan danau yang luas di dalam Kawasan Pasir Putih Residences PIK2. Kawasan Pasir Putih Residences PIK2 memiliki luas sekitar 150 hektare (ha).

 

3 dari 3 halaman

Area Penampungan Air

Lebih dari 10 persen areanya didedikasikan sebagai area penampungan air. Tepatnya sekitar 16,2 ha area berupa danau yang tidak hanya cantik, sekeliling danau penampungan air ini juga didesain dengan sangat eksklusif, yaitu dengan hamparan pasir putih yang eksotis di sepanjang pinggir danau.

Selain itu, fasilitas danau ini pun dilengkapi dengan fasilitas penunjang lainnya yang bisa dimanfaatkan sebagai sarana olahraga dan rekreasi warga seperti jogging dan bicycle track sepanjang ±2,5 kilometer (km) yang menyambung hingga ke clubhouse, beberapa gazebo cantik, boardwalk, floating deck yang bisa digunakan untuk yoga, community art park, children playground, waterplay area untuk anak-anak serta terdapat pula jogging track view hutan mangrove sepanjang ±2,7 km di sekitar kawasan Pasir Putih Residences ini.

Jelas terlihat danau yang berada di dalam kawasan Pasir Putih Residences PIK2 memiliki fungsi ganda. Pertama sebagai bagian penting dari sistem pengelolaan air dan pencegahan banjir serta yang kedua sebagai fasilitas dan sarana rekreasi penghuni.

Hal ini tentunya merupakan salah satu hal yang patut untuk diterapkan oleh Kawasan residensial lainnya di Indonesia; yang diharapkan mampu memerhatikan dengan teliti dan seksama mengenai sistem pengelolaan air yang baik, sehingga mampu menekan serendah mungkin resiko terjadinya banjir.

  

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.